28.4 C
Jakarta
20 September 2024, 0:05 AM WIB

Masuk Generasi Ketiga, Bibit Beras Merah Munduk Diuji di Busungbiu

SINGARAJA – Rekayasa genetik terhadap bibit beras merah munduk, terus menunjukkan trend positif. Benih yang tadinya membutuhkan usia tanam yang cukup panjang, kini usia tanamnya semakin singkat.

Meski sudah menunjukkan trend yang positif, pemerintah belum berencana menyebarkan bibit tersebut pada petani dalam waktu dekat.

Rekayasa genetik bibit beras merah munduk sudah dimulai sejak Maret 2019 lalu. Dinas Pertanian Buleleng bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dalam melakukan rekayasa genetik tersebut.

Beras merah yang tadinya membutuhkan usia tanam selama 6-7 bulan, diharapkan bisa makin singkat. Ditargetkan usia tanam menjadi 3-4 bulan saja.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pengembangan bibit beras merah munduk kini telah masuk generasi ketiga (M3).

Bibit generasi ketiga itu, ditanam di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Busungbiu. “Kalau generasi pertama dan kedua kan kami tanam di Balai Benih Tangguwisia.

Sekarang kami tanam di Busungbiu. Mendekati dengan kondisi ketinggian dan suhu yang ada di Munduk. Kami coba di daerah yang lokasinya semirip mungkin,” kata Sumiarta.

Menurutnya, pengembangan bibit beras merah munduk itu masih memakan waktu yang cukup panjang. Usia tanam 3-4 bulan, diharapkan sudah bisa tercapai pada benih generasi kelima (M5).

“Kalau lihat perkembangan dua generasi terakhir, itu sudah cukup positif. Usianya sudah berkisar antara 4,5-5 bulan. Kami harap saat benih M5 sudah bisa panen saat mencapai usia tanam 4 bulan,” imbuhnya.

Apabila sudah bisa masuk usia tanam 4 bulan, pemerintah akan segera menyusun kajian dan segera mengusulkan agar benih bisa diproduksi untuk keperluan petani.

“Mungkin setelah masuk tahun keempat, sudah bisa diproduksi. Minimal produksi benih pokok. Artinya benih pokok ini nanti tidak untuk

konsumsi, tapi untuk penangkar. Hasil penangkarannya ini baru digunakan untuk konsumsi,” tandas Sumiarta. 

SINGARAJA – Rekayasa genetik terhadap bibit beras merah munduk, terus menunjukkan trend positif. Benih yang tadinya membutuhkan usia tanam yang cukup panjang, kini usia tanamnya semakin singkat.

Meski sudah menunjukkan trend yang positif, pemerintah belum berencana menyebarkan bibit tersebut pada petani dalam waktu dekat.

Rekayasa genetik bibit beras merah munduk sudah dimulai sejak Maret 2019 lalu. Dinas Pertanian Buleleng bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dalam melakukan rekayasa genetik tersebut.

Beras merah yang tadinya membutuhkan usia tanam selama 6-7 bulan, diharapkan bisa makin singkat. Ditargetkan usia tanam menjadi 3-4 bulan saja.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pengembangan bibit beras merah munduk kini telah masuk generasi ketiga (M3).

Bibit generasi ketiga itu, ditanam di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Busungbiu. “Kalau generasi pertama dan kedua kan kami tanam di Balai Benih Tangguwisia.

Sekarang kami tanam di Busungbiu. Mendekati dengan kondisi ketinggian dan suhu yang ada di Munduk. Kami coba di daerah yang lokasinya semirip mungkin,” kata Sumiarta.

Menurutnya, pengembangan bibit beras merah munduk itu masih memakan waktu yang cukup panjang. Usia tanam 3-4 bulan, diharapkan sudah bisa tercapai pada benih generasi kelima (M5).

“Kalau lihat perkembangan dua generasi terakhir, itu sudah cukup positif. Usianya sudah berkisar antara 4,5-5 bulan. Kami harap saat benih M5 sudah bisa panen saat mencapai usia tanam 4 bulan,” imbuhnya.

Apabila sudah bisa masuk usia tanam 4 bulan, pemerintah akan segera menyusun kajian dan segera mengusulkan agar benih bisa diproduksi untuk keperluan petani.

“Mungkin setelah masuk tahun keempat, sudah bisa diproduksi. Minimal produksi benih pokok. Artinya benih pokok ini nanti tidak untuk

konsumsi, tapi untuk penangkar. Hasil penangkarannya ini baru digunakan untuk konsumsi,” tandas Sumiarta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/