Berawal dari curhatan seorang teman pengacara yang mengeluhkan kondisi perekonomian, hati I Made Somya Putra tergerak untuk berbagi.
Bukan paket sembako, tapi paket buah dan sayur yang dipetik langsung dari kebun di kampung halamannya, di Banjar Paketan, Desa Sukawana, Kintamani, Bangli.
MAULANA SANDIJAYA, Denpasar
DI pedalaman Bangli nun jauh, para petani di Desa Pinggan, Kintamani, Bangli, sibuk memetik sayur labu siam atau jepang.
Saat ini memang sedang musim panen tanaman merambat itu. Tak heran jika jumlahnya melimpah. Mereka pun bersemangat mengumpulkan tumbuhan pemilik nama latin sechium edule itu.
Di lain tempat, masih di Bangli, tepatnya di Banjar Paketan, Desa Desa Sukawana, dengan diselingi canda tawa dan suasana asri,
Somya beserta kerabat dan kawan dekatnya juga asyik memetik jeruk limau. Jeruk mungil yang biasa digunakan untuk menyambal.
Setelah memetik jeruk, Somya memilah cabai merah besar. Cabai-cabai itu sisa dari cabai yang dikirim ke Pulau Jawa.
Setelah labu siam, jeruk limau, dan cabai terkumpul, selanjutnya dikemas ke dalam kantong plastik. Dalam satu paket berisi cabai 1 kilogram, jepang 15 biji, dan setengah kilogram jeruk limau.
“Lumayan, dapat 50 bungkus,” tutur Somya. Setelah dibungkus, 50 paket sayur itu dinaikkan ke atas mobil bak terbuka. Senyum Somya dan teman serta kerabatnya tampak ceria.
Mereka bahagia bisa berbagi dengan yang membutuhkan. Somya kemudian menawarkan paket sayur dan buah itu melalui akun Facebook (FB) miliknya.
Tawaran itu bersambut gayung. Banyak orang yang meminta karena mengaku sangat membutuhkan. Namun demikian, Somya dan timnya juga sudah mengantongi daftar orang yang akan dibantu.
“Kami tidak mau berpikir siapa kaya dan miskin. Siapa yang meminta, itu kami anggap membutuhkan,” kata pria 35 tahun itu.
Selanjutnya, paket tersebut didistribusikan Somya ke beberapa titik. Ia berkeliling dari Bangli ke Badung, Denpasar, hingga rumahnya di Batubulan, Gianyar.
Semua dibagikan secara cuma-cuma alias gratis. “Daripada dikasih uang cepat habis, lebih baik diberi sayur. Lagian sayur di tempat kami ini ada banyak. Daripada dibuang, lebih baik dibagikan,” tukas pria yang juga advokat itu.
Menurut Somya, pihaknya sengaja aktif mendatangi tempat penerima bantuan karena tidak ingin melabrak physical distancing.
Ia khawatir jika mengundang orang datang ke satu titik akan menimbulkan kerumunan massa. Ia pun tidak keberatan mengeluarkan kocek untuk membeli bensin.
Sekalian sambil jalan-jalan ke rumah teman. “Jangan karena jarak lantas i rage sing bisa metrisna (kita tidak bisa melepas rindu),” seloroh bapak tiga anak itu.
Aksi ini juga didukung advokat lain yang tergabung dalam LBH Panarajon. Ada yang ingin menyumbang masker hingga menyumbang ikan laut.
Somya berharap dengan aksi saling berbagi ini bisa menyebarkan energi dan pikiran positif. “Kalau barang dibagikan bakal habis. Tapi, kalau pikiran dan energi positif tidak pernah habis. Itu alasan kami berbagi,” tegasnya.
Meski nilai barang yang dibagikan tidak seberapa, dengan berbagi ini mereka yang punya rezeki lebih bisa berbagi sesama. Baginya, tidak ada nilainya kekayaan yang melimpah tapi hanya dinikmati sendiri.(*)