KRISIS identitas. Itu adalah istilah yang sering kita dengar belakangan ini. Apa itu krisis identitas? Krisis identitas ini pertama kali dikemukakan oleh Erik Erikson.
Erik Erikson adalah seorang psikolog dan psikonalisis yang berpengaruh di bidang psikologi. Menurut Erikson, sebenarnya kepribadian kita selalu mengalami perkembangan ketika telah berasil memecahkan sebuah permasalahan atau krisis dalam hidup ini.
Namun, dalam keadaan ini kita tidak mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Malah menimbulkan permasalahan baru.
Sejatinya memang benar demikian. Pembentukan keribadian atau identitas ini adalah hal wajar dan terus berlangsung dan berkembang serta berubah sejalan dengan perubahan usia.
Kondisi, situasi dan tantangan baru yang dihadapi tersebut yang akan membentuk. Krisis identitas adalah konflik yang terjadi di dalam diri individu
dimana mengalami kebingungan dan selalu berfikir dan bertanya siapa Anda sebenarnya, untuk apa Anda ada di dunia ini, serta apa yang harus Anda lakukan.
Ciri-ciri dari krisis ini tentunya Anda tidak mengetahui siapa diri Anda, mengalami onflik batin karena di dalam fikiran Anda selalu timbul pertanyaan-pertanyaan tentang jati diri Anda.
Adanya perubahan besar mengenai perasaan kehidupan Anda. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus muncul dimana dalam keadaan normalpun sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul tapi sesegera mungkin akan hilang.
Beda halnya ketika dalam kondisi krisis identitas, pertanyaan-pertanyaan tersebut susah untuk dihilangkan, dilupakan, atau disepelekan.
Hal ini sangatlah buruk, dimana bisa menimbulan kesalahan arah dalam melangkah. Akibatnya sangatlah
fatal.
Setiap individu yang terkena dampaknya akan mengalami sifat rendah diri, malu dengan dirinya sendiri, merasa orang lain akan mengalahkan diri kita, tidak mempunyai motivasi, dan pastinya akan stagnan.
Malah bisa sampai depresi dan bunuh diri. Karena merasa gagal pada setiap langkah atau aktivitas di dalam hidupnya.
Kepercayaan diri yang lemah merasa selalu tidak berguna, mengguncang kejiwaannya. Banyak orang-orang mengalami kondisi ini di lingkungan kita, bisa teman kita, saudara kita, atau bahkan kita sendiri yang tanpa kita sadari sebenarnya sudah masuk pada pintu awal kondisi ini.
Memang banyak sumber mengatakan bahwa kondisi ini banyak ditemukan di kalangan remaja. Wajar saja hal itu terjadi karena pada waktu remaja ini mereka masih mencari jati dirinya, masih mencoba hal-hal baru untuk dikenali dan dipecahkan permasalahannya.
Kadang inilah penyebabnya. Dimana meraka ternyata tidak mampu memecahkannya dan merasa gagal serta salah arah.
Sebenarnya kondisi ini bisa kita cegah dengan pendidikan karakter. Karakter yang kuat akan menumbuhkan pribadi yang kuat pula.
Tidak mudah mengalami kondisi yang melemahkan termasuk krisis identitas ini. Sayangnya, pendidikan karakter kita belakangan ini terabaikan begitu saja.
Sehingga setiap individu tidak dibentuk karakternya yang pada akhirnya tidak memiliki karakter tersendiri.
Karakter merupakan identitas itu sendiri.
Karakter atau identitas adalah suatu hal yeng mencirikan setiap individu sehingga dapat dikenali, diperhatikan, dihormati, atau dianggap oleh orang lain.
Sehingga pada kahirnya akan memiliki motivasi atau arah hidup yang kuat. Dewasa ini memang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat.
Segala sesuatu semakin mudah untuk didapatkan, dilakukan, serta dikomunikasikan. Namun, kenyataannya semakin banyak pula individu yang tidak mempunyai karakter yang kuat.
Malah semestinya di era inilah dibutuhkan karakter yang kuat itu. Tujuannya ialah untuk menjaga diri kita dari segalah godaan yang menyebabkan terjerumusnya ke dalam sebuah masalah yang mengakibatkan krisis ini.
Banyak orang yang bergelimang harta, pendidikan yang tinggi, jabatan yang tinggi, serta popularitas yang tinggi justru merasa kehilangan arah dan tidak mengenali jati dirinya.
Sebenarnya mereka adalah pesohor yang dikenal publik namun merasa kesepian karena menggangap apa yang telah dilakukan tidak membahagiakan atau tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Sebagian besar tidak mampu mengenali dirinya sendiri yang hanya bisa mengikuti orang lain tanpa mempunyai karakter yang jelas.
Banyak pesohor bertingkah laku plin plan yang tidak tahu arah kemana harus melangkah. Untuk berkarakter yang kuat tidak mesti Anda harus menjadi pesohor.
Merekapun bisa juga kehilangan jati diri atau tidak memiliki karakter. Banyak orang sukses tapi malah meratapi kesuksesannya karena ketidakjujurannya terhadap jati dirinya.
Dan lebih banyak lagi orang gagal untuk sukses karena tidak memiliki karakter. Maka dari itu, untuk memiliki karakter yang kuat, kita cukup menjadi diri kita sendiri.
Cukup menjadi orang biasa saja. Karena justru ketika anda berprinsip menjadi orang yang keren, mungkin saja sudah tidak sesuai dengan karakter Anda.
Langkah kedua Anda harus mampu mengekplorasi diri anda, dengan kelbihan yang anda miliki lakukan hal positif yang mampu membawa Anda pada kesuksesan tanpa harus berpura pura.
Langkah ketiga ialah ketekunan. Walaupun Anda pintar tapi tidak memiliki ketekunan sama saja artinya Anda menyerah.
Tidak kuat dalam menerima tantangan. Langkah keempat ialah keyakinan, yakinlah dengan menjadi diri Anda sendiri Anda akan mampu melakukan apapun yang bisa meningkatkan kuliatas hidup Anda walupun hanya menjadi orang biasa.
Anda akan memiliki motivasi yang tinggi dan melihat peluang dengan penuh semangat. Nah, bagaimana caranya menguatkan karakter ini?
Sebenarnya hal terbaik semestinya sedari kecil sudah dibimbing dan ditumbuhkan karakter yang kuat.
Namun, tidak ada istilah terlambat bagi yang ingin memperkuat karakternya bisa dengan mengenali dirinya kembali, kekuatan dan kelemahan diri, bakat dan minat, serta sifat-sifat positif seperti kejujuran, ketekunan, saling menghormati, rajin, dll.
Kadang orang tuapun masih bisa belajar dan memperkuat karakternya dengan nila-nilai karakter yang berkembang di masyarakat.
Pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan mengenai pendidikan karakter melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Di dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), memperkuat pendidikan karakter yaitu dengan melaksanakan pendidikan karakter
yang berdasar asas Pancasila dengan menanamkan sikap religious, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.
Semua sikap tersebut merupakan penjabaran dari 5 (lima) nilai pokok yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Sebenarnya tidaklah sulit. Tidak perlu dibuat-buat untuk menjadi berkarakter. Tidak perlu berpura-pura untuk mempunyai sebuah identitas.
Cukup menjadi diri sendiri, mengenali diri, memiliki nilai-nilai karakter, dan tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Krisis identitas tidak akan terjadi, dan bahkan akan menumbuhkan semngat juang yang tinggi karena mampu berpijak pada pundak sendiri sehingga mampu dikenali dan dihargai orang lain.
Di situlah kesuksesan sejati akan muncul sendirinya. Bukan kesuksesan yang palsu. (I Putu Yoga Purandina M.Pd/Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)