DENPASAR – Seharusnya, ASEAN Para Games (APG) diselenggarakan tidak lama setelah perhelatan SEA Games.
Ini juga berlaku ketika Filipina menjadi tuan rumah SEA Games 2019. Seharusnya APG 2019 sudah dihelat.
Namun, tuan rumah Filipina menunda pelaksanaan APG di bulan Maret 2020 karena kesulitan keuangan. Tapi, akhirnya ditunda lagi karena pandemi Covid-19.
Nah, 29 April lalu, Philippine Sports Commission (PSC) membuat keputusan mengejutkan untuk menarik seluruh pendanaan APG 2020 dan seluruh anggaran dialihkan untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Dengan kata lain, APG 2020 resmi dibatalkan. Jelas hal ini membuat kecewa seluruh atlet paralimpic yang sudah berlatih keras selama satu tahun terakhir.
Salah satunya adalah atlet asal Bali, Ni Nengah Widiasih. Lifter angkat berat tersebut mengaku sedih karena program latihannya bersama rekan lainnya di Pelatnas yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah menjadi sia-sia.
“Sebenarnya kecewa ya. Kami sudah berlatih intens sejak awal tahun ini. Bisa diibaratkan kami ini sudah seperti pacuan kuda. Kami berlatih pagi sore,
sudah gila-gilaan pokoknya untuk meraih hasil maksimal di APG Manila. Mau bagaimana lagi, itu sudah keputusan taun rumah,” terang Widiasih.
Sejatinya, lifter asal Karangasem tersebut menjadi satu dari beberapa atlet yang dipulangkan paling akhir dari pelatnas.
Mereka masih dipersiapkan untuk Paralimpiade Tokyo 2020 yang juga akhirnya ditunda tahun depan. Sekarang, dia hanya berkuat di rumahnya di kawasan Ketewel, Sukawati, Gianyar.
Dia hanya melakukan program individual training yang diberikan oleh pelatihnya. “Saya biasa latihan pagi hari dan ada program latihan yang diberikan pelatih.
Di rumah tidak maksimal karena pakai alat seadanya. Saya hanya melakukan exercise seperti penguatan trisep atau bisep untuk menjaga kebugaran saja,” ujarnya.
Peraih medali perunggu di Paralimpiade Rio De Janeiro 2016 tersebut memikirkan bagaimana caranya agar bisa melewati tahun 2021 dengan mulus.
Yup, Widiasih menjadi salah satu atlet yang memiliki jadwal sangat padat tahun depan. Ada tiga even mayor yang tidak boleh dilewatinya. Mulai dari Paralimpiade Tokyo, APG Vietnam, dan PON Peparnas di Papua.
Beban berat ada dipundaknya karena dia menjadi salah satu andalan Indonesia untuk meraih medali di dua even olahraga internasional tahun depan.
“Tahun depan benar-benar sangat padat buat saya. Bukan hanya tiga even itu, tapi sebelum Paralimpiade sudah ada kualifikasi yang harus saya ikuti,” ucap atlet berusia 25 tahun tersebut.
Awal tahun depan, Widi harus bertolak ke Kolombia untuk melakoni babak kualifikasi. Sebelumnya, kualifikasi sudah dilakukan di Nigeria dan Manchester, Inggris.
“Seharusnya saya ke Kolombia pertengahan Maret kemarin,” ucapnya. Dari tiga even besar tersebut, yang coba untuk dilaluinya dengan mulus adalah Paralimpiade Tokyo.
Dia sudah memiliki target besar disana yaitu ingin meraih hasil melebihi capaian di Rio de Jenerio 2016. Hanya masalahnya, persiapan sedikit kacau dan jadwal padat menjadi kendala Widiasih.
Terlebih dia sudah melihat pesaing terberat dari Tiongkok yang sudah melakoni latihan kembali. “Lifter di Tiongkok sudah comeback latihan. Ini yang saya takutkan karena sejauh ini dan belum tahu sampai kapan berlatih di rumah,” tegasnya.
“Hal ini menjadi sesuatu yang berat untuk kami. Porsi latihan sudah tertinggal jauh dengan negara rival. Bisa dikatakan, ini jadi sesuatu yang sangat berat.
Tapi, astungkara, saya harus bisa semaksimal mungkin untuk melebihi pencapaian saya di Rio. Let’s See,” tutur peraih medali perak di Asian Para Games 2018, Jakarta tersebut.