25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:26 AM WIB

Permudah Fermentasi Sampah Organik, DLH Kenalkan Teknologi Eco Enzim

SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng mengenalkan teknologi eco-enzyme. Teknologi ini diharapkan bisa memudahkan proses fermentasi sampah-sampah organik.

Upaya ini juga bisa menjadi alternative, selain menggunakan sampah organik sebagai kompos. Akhir pekan kemarin, sejumlah pengelola TPS 3R di Kabupaten Buleleng, dilatih membuat eco-enzyme.

Pelatihan itu dilangsungkan di Rumah Pilah Mesari, Desa Kalibukbuk. Mereka langsung dikenalkan dengan proses memilah dan proses pembuatan eco-enzym.

Ketua Komunitas Eco-Enzyme Buleleng Ferry Tanaya mengatakan, eco-enzyme bisa menjadi salah satu alternatif upaya pemilahan sampah berbasis rumah tangga, maupun TPS.

Menurutnya jumlah sampah organik cukup banyak. Mencapai 60 persen dari total volume sampah rumah tangga.

Bila sampah-sampah itu bisa diolah di rumah, maka sampah yang akan masuk ke TPS maupun TPA pun akan berkurang signifikan.

“Nanti hasilnya bisa dijadikan untuk pupuk organik. Tanaman menjadi lebih sehat, lingkungan menjadi lebih bersih, udara juga akan lebih segar,” kata Ferry.

Cara membuatnya pun, kata Ferry, relatif sederhana. Menurutnya, sampah organik cukup dicampur dengan molases dan air.

“Perbandingannya 1:3:10. Misalnya 1 kilogram molases, dicampur 3 kilogram sampah sayur, dicampur 10 liter air. Itu sudah bisa digunakan membuat eco enzyme di rumah,” katanya.

Sementara itu Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, teknologi itu sudah sempat diterapkan di TPA Bengkala sejak beberapa bulan terakhir.

Sampah-sampah organik, selain dibawa ke composter plant di Desa Jagaraga, juga diolah menjadi eco enzyme.

“Ini sebenarnya multi fungsi. Dia bisa untuk disinfektan, bisa juga jadi pupuk organik cair. Malah untuk menghilangkan kerak kamar mandi juga bisa.

Sementara memang baru di TPA Bengkala. Sekarang kami coba perluas ke TPS 3R dan komunitas lingkungan. Jangka panjang, kalau bisa diterapkan juga sampai di rumah tangga,” tegasnya.

SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng mengenalkan teknologi eco-enzyme. Teknologi ini diharapkan bisa memudahkan proses fermentasi sampah-sampah organik.

Upaya ini juga bisa menjadi alternative, selain menggunakan sampah organik sebagai kompos. Akhir pekan kemarin, sejumlah pengelola TPS 3R di Kabupaten Buleleng, dilatih membuat eco-enzyme.

Pelatihan itu dilangsungkan di Rumah Pilah Mesari, Desa Kalibukbuk. Mereka langsung dikenalkan dengan proses memilah dan proses pembuatan eco-enzym.

Ketua Komunitas Eco-Enzyme Buleleng Ferry Tanaya mengatakan, eco-enzyme bisa menjadi salah satu alternatif upaya pemilahan sampah berbasis rumah tangga, maupun TPS.

Menurutnya jumlah sampah organik cukup banyak. Mencapai 60 persen dari total volume sampah rumah tangga.

Bila sampah-sampah itu bisa diolah di rumah, maka sampah yang akan masuk ke TPS maupun TPA pun akan berkurang signifikan.

“Nanti hasilnya bisa dijadikan untuk pupuk organik. Tanaman menjadi lebih sehat, lingkungan menjadi lebih bersih, udara juga akan lebih segar,” kata Ferry.

Cara membuatnya pun, kata Ferry, relatif sederhana. Menurutnya, sampah organik cukup dicampur dengan molases dan air.

“Perbandingannya 1:3:10. Misalnya 1 kilogram molases, dicampur 3 kilogram sampah sayur, dicampur 10 liter air. Itu sudah bisa digunakan membuat eco enzyme di rumah,” katanya.

Sementara itu Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, teknologi itu sudah sempat diterapkan di TPA Bengkala sejak beberapa bulan terakhir.

Sampah-sampah organik, selain dibawa ke composter plant di Desa Jagaraga, juga diolah menjadi eco enzyme.

“Ini sebenarnya multi fungsi. Dia bisa untuk disinfektan, bisa juga jadi pupuk organik cair. Malah untuk menghilangkan kerak kamar mandi juga bisa.

Sementara memang baru di TPA Bengkala. Sekarang kami coba perluas ke TPS 3R dan komunitas lingkungan. Jangka panjang, kalau bisa diterapkan juga sampai di rumah tangga,” tegasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/