AMLAPURA – Berbagai gebrakan dilakukan masyarakat di tengah pandemic Coronavirus Disease (Covid 19). Salah satunya yang dilakukan Made Sudana alias Goes Brieg asal Banjar Duda, Selat, Karangasem.
Enggan berpangku tangan, Goes Brieg mencoba berjualan loloh Bali, sejenis ramuan obat tradisional, seperti jamu kalau di tanah Jawa.
Usaha ini dia mulai geluti awal Mei lalu. Kebetulan juga sang istri Luh Sri Dharmawati hobi membuat loloh atau jamu.
Kepiawaiannya ini pun mereka gunakan untuk berinovasi. Selain itu sang istri juga membuat keripik yang dia jajakan di warung-warung milik warga sekitar.
“Kami mulai dari empat botol loloh,” ujar Goes Brieg. Pada awalnya dia tidak menduga kalau akan mendapat respons cukup bagus dari masyarakat.
Namun, mungkin sudah jadi garis tangan, diluar dugaan respons masyarakat cukup bagus. Loloh Bali yang mereka jual pun laris manis.
Konsumen suka dan merespon bagus Loloh tersebut. Bahkan, saat ini dia mampu menjual hingga 200 botol loloh per hari.
Satu botol isinya 330 mililiter dia jual dengan harga Rp 5.000. Saat ini dibuat dengan lima varian loloh Bali, di antaranya beras kencur, jahe sireh, kunyit sireh, bluntas, dan kunyit asem.
Hebatnya, dia kini sudah memiliki 10 orang resseler yang secara konsisten menjual produk loloh miliknya.
Konsumen tertarik mengonsumsi produksi loloh miliknya karena dibuat dari bahan alami.
Pemanis yang dipakai juga pemanis alami, bukan buatan. Untuk melebarkan sayap, selain dijual secara offline di beberapa warung di Kecamatan Selat, Karangasem, loloh miliknya juga dijajakan secara online via facebook dan grup WA.
“Kalau mau pesan, silakan via WA,” ujarnya sambil menyebutkan nomornya. Sekalipun jualanya cukup laku, namun dirinya tetap berharap pandemic Covid-19 segera berakhir.
Dengan berakhirnya pandemic, dirinya optimis usaha yang dia rintis akan tetap jalan dan berkembang. “Semoga ini juga jadi motivasi bagi siapa saja agar tidak menyerah dengan keadaan sekarang,” pungkasnya.