27.3 C
Jakarta
21 November 2024, 21:46 PM WIB

Bulan Bung Karno, Teater Selem Putih Pentaskan Teater Secara Virtual

SINGARAJA – Komunitas Teater Selem Putih punya cara tersendiri dalam merayakan Bulan Bung Karno, yang jatuh sepanjang Juni ini.

Mereka menggelar pementasan teater secara virtual. Tercatat ada tiga buah fragmen yang telah dipentaskan oleh komunitas ini.

Pementasan pertama dilangsungkan di markas Teater Selem Putih yang terletak di Kelurahan Banyuning, Buleleng, pada Senin (1/6) malam.

Ketiga fragmen yang dipentaskan berjudul “Cinta Tidak Punya Takut”, “Lawan Juga Kawan”, dan “Tukang Teh di Gedung Tyuuoo Sangi-in”.

Seluruh fragmen itu ditulis sekaligus disutradari Putu Satria Kusuma. Dalam pementasan ia menggandeng sejumlah aktor seperti Arik dan Gung Wah. Ada pula Ayu Sri Darmayanti dan Dewa Adi Garing yang acap tampil pada pementasan drama gong.

Serta penari kontemporer I Made Tegeh Okta Maheri atau yang akrab disapa Dek Geh. Ditemui usai pementasan, Putu Satria mengatakan pementasan itu merupakan salah satu menghormati Bulan Bung Karno.

Mengingat pada bulan ini terjadi tiga peristiwa bersejarah. Yakni lahirnya Pancasila pada 1 Juni, hari lahir Bung Karno pada 6 Juni, dan wafatnya Bung Karno pada 21 Juni.

Sebelum melakukan pementasan tersebut, Satria mengaku harus melahap 30 buah buku yang berkaitan dengan Bung Karno.

“Saya meskipun menghasilkan karya yang sifatnya kreatif, tapi harus membaca banyak buku sebagai studi pustaka.

Karena saya tidak hidup pada jaman itu. Ini penting untuk menambah rasa percaya diri saya dalam menulis karya,” kata Satria.

Sebenarnya selama Bulan Bung Karno ini ia berencana menulis 10 fragmen pendek yang terkait dengan Bung Karno. Hanya saja, baru 3 naskah yang tuntas ditulis.

Ketiganya pun telah dipentaskan pada Senin malam lalu. Rencananya satu fragmen lain akan dipentaskan pada 21 Juni mendatang. Sedangkan sebuah fragmen berikutnya, akan dipentaskan pada Juli.

Uniknya lagi, dalam pementasan ini Satria memilih menyajikan cerita dari kacamata masyarakat umum dalam memandang sosok Soekarno.

“Karena selama ini kan tidak pernah ada (pementasan) yang menceritakan dari sisi rakyat. Rakyat ini yang mengkonstruksi sosok Soekarno.

Saya kira ini belum pernah dilakukan dalam kisah-kisah yang mengangkat Soekarno sebagai sosok. Bagi saya ini penting, karena rakyat juga menjadi saksi sejarah.

Karena saat Soekarno disingkirkan, mungkin ada jutaan rakyat (yang juga) disingkirkan karena mereka pro Soekarno. Ini tidak pernah tercatat,” ceritanya.

Khusus untuk pementasan tersebut, Satria menyatakan pementasan dilakukan secara virtual untuk membatasi kepadatan penonton.

Sehingga penonton bisa menyaksikannya di media sosial, baik melalui siaran langsung maupun siaran ulang. 

SINGARAJA – Komunitas Teater Selem Putih punya cara tersendiri dalam merayakan Bulan Bung Karno, yang jatuh sepanjang Juni ini.

Mereka menggelar pementasan teater secara virtual. Tercatat ada tiga buah fragmen yang telah dipentaskan oleh komunitas ini.

Pementasan pertama dilangsungkan di markas Teater Selem Putih yang terletak di Kelurahan Banyuning, Buleleng, pada Senin (1/6) malam.

Ketiga fragmen yang dipentaskan berjudul “Cinta Tidak Punya Takut”, “Lawan Juga Kawan”, dan “Tukang Teh di Gedung Tyuuoo Sangi-in”.

Seluruh fragmen itu ditulis sekaligus disutradari Putu Satria Kusuma. Dalam pementasan ia menggandeng sejumlah aktor seperti Arik dan Gung Wah. Ada pula Ayu Sri Darmayanti dan Dewa Adi Garing yang acap tampil pada pementasan drama gong.

Serta penari kontemporer I Made Tegeh Okta Maheri atau yang akrab disapa Dek Geh. Ditemui usai pementasan, Putu Satria mengatakan pementasan itu merupakan salah satu menghormati Bulan Bung Karno.

Mengingat pada bulan ini terjadi tiga peristiwa bersejarah. Yakni lahirnya Pancasila pada 1 Juni, hari lahir Bung Karno pada 6 Juni, dan wafatnya Bung Karno pada 21 Juni.

Sebelum melakukan pementasan tersebut, Satria mengaku harus melahap 30 buah buku yang berkaitan dengan Bung Karno.

“Saya meskipun menghasilkan karya yang sifatnya kreatif, tapi harus membaca banyak buku sebagai studi pustaka.

Karena saya tidak hidup pada jaman itu. Ini penting untuk menambah rasa percaya diri saya dalam menulis karya,” kata Satria.

Sebenarnya selama Bulan Bung Karno ini ia berencana menulis 10 fragmen pendek yang terkait dengan Bung Karno. Hanya saja, baru 3 naskah yang tuntas ditulis.

Ketiganya pun telah dipentaskan pada Senin malam lalu. Rencananya satu fragmen lain akan dipentaskan pada 21 Juni mendatang. Sedangkan sebuah fragmen berikutnya, akan dipentaskan pada Juli.

Uniknya lagi, dalam pementasan ini Satria memilih menyajikan cerita dari kacamata masyarakat umum dalam memandang sosok Soekarno.

“Karena selama ini kan tidak pernah ada (pementasan) yang menceritakan dari sisi rakyat. Rakyat ini yang mengkonstruksi sosok Soekarno.

Saya kira ini belum pernah dilakukan dalam kisah-kisah yang mengangkat Soekarno sebagai sosok. Bagi saya ini penting, karena rakyat juga menjadi saksi sejarah.

Karena saat Soekarno disingkirkan, mungkin ada jutaan rakyat (yang juga) disingkirkan karena mereka pro Soekarno. Ini tidak pernah tercatat,” ceritanya.

Khusus untuk pementasan tersebut, Satria menyatakan pementasan dilakukan secara virtual untuk membatasi kepadatan penonton.

Sehingga penonton bisa menyaksikannya di media sosial, baik melalui siaran langsung maupun siaran ulang. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/