DENPASAR – Bantuan Tidak Terduga (BTT) dikucurkan Gubernur Bali, I Wayan Koster kepada pelaku usaha koperasi di Gedung Wiswasabha Utama, Selasa (2/6) lalu.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali Wayan Mardiana menyebut untuk tahap pertama jumlah koperasi yang memenuhi persyaratan sebanyak 758 koperasi.
Koperasi binaan kabupaten/kota “disuntik” Rp 10 juta dan binaan Pemprov Bali sebesar Rp 30 juta. Stimulus kepada koperasi ini dikritisi oleh salah seorang petani muda asal Klungkung, I Nengah Sumerta.
“Adakah koperasi yang terancam bangkrut karena Covid-19? Tidak. Koperasi bisa merestrukturisasi hutang nasabahnya. Mereka akan baik-baik saja,” ucap Sumerta kepada Radarbali.id.
Pria yang tergabung dalam kelompok petani muda keren ini juga mempertanyakan berapa miliar dana yang dialokasikan Pemprov Bali untuk stimulus koperasi.
Menurutnya masih banyak sektor usaha lain yang membutuhkan uluran tangan pemerintah. Stimulus kepada koperasi di masa pandemi terangnya seperti menabur garam ke laut; sia-sia.
“Bagaimana dengan petani paprika yang tidak bisa menjual produknya karena pasar mereka hanya horeka (hotel, restoran, kafe)?
Bagaimana dengan peternak ayam potong yang tak mampu beli jagung sehingga daging ayam langka dan harganya membumbung tinggi?
Bagaimana dengan peternak ayam petelur yang tak bisa menjual telurnya dengan harga BEP agar bisa beli konsentrat? Kenapa yang kuat dibantu tapi yang lemah diabaikan?” tanya Sumerta.
Lebih lanjut, Sumerta memberikan masukan kepada Koster tentang apa yang disebut skala prioritas, khususnya di masa pandemi Covid-19.
“Priority itu seperti ini Pak Gubernur. Pertama, protokol penyebaran virus, kedua ketahanan pangan, ketiga ekonomi kerakyatan, keempat UMKM, dan kelima recovery.
Fokus APBD kita untuk apa? Jika ketahanan pangan tidak terjadi, bagaimana bisa memutar roda perekonomian?” sentilnya.