RadarBali.com – Devy Kamil Syahbana, pengembang aplikasi Magma Indonesia dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi berpendapat tentang rentetan gempa yang dirasakan di sekitar Gunung Agung, Karangasem.
Menurutnya, tremor non-harmonic atau sering juga disebut Spasmodic Burst atau Spasmodic Tremor adalah rentetan beberapa gempa vulkanik di mana satu gempa muncul sebelum gempa sebelumnya selesai.
Fenomena alam ini jelasnya secara fisis merefleksikan aliran fluida magmatik (gas, liquid atau solid). Menurutnya, pada beberapa kasus di dunia tidak semua tremor seperti ini dbarengi letusan.
Kecuali kalau sudah terjadi terus menerus. “Manifestasi permukaan bisa hanya berupa pelepasan gas atau asap ke permukaan.
Tolong kalau memberitakan jangan membuat masyarakat panik. Kita semua berharap manifestasi di permukaan hanya berupa gas dan asap saja jadi tekanan di bawah cepat habis,” ucapnya Jumat (13/10) kemarin.
Ditanyai apakah tremor harmonik merupakan penanda erupsi? Devy Kamil Syahbana menjelaskan tremor harmonik terjadi apabila aliran fluida mengakibatkan bergeraknya conduit dan membuat resonance effect atau efek resonansi.
Tremor harmonik juga tidak selalu diikuti letusan. “Tremor menerus (non-harmonic) biasanya menjadi penanda terakhir sebelum letusan terjadi, biasanya berkaitan dengan penghancuran sumbat penutup kawah,” jelasnya.