25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:51 AM WIB

Tan Lioe Ie: Jika Politik Memisahkan, Pandemi (Mestinya) Menyatukan

DENPASAR – Pandemi Coronavirus Disease alias Covid-19 menjadi kekhawatiran banyak pihak. Karena virus tak memilih-milih korban berdasar SARA, afiliasi politik, dan sejenisnya.

Karena itu, sastrawan dan budayawan nasional, Tan Lioe Ie menyebut gotong royong merupakan bentuk ideal melewati pandemi. Jangan ada yang menjadikan Covid-19 sebagai komoditi politik sekaligus pencitraan.

“Ini tak hanya terjadi di Bali, Indonesia. Bahkan dunia sibuk saling tuding seperti yang dilakukan AS. Di negara kita, dimanfaatkan juga untuk jualan

rapid dan swab tes mandiri yang mahal banget. Tes lebih banyak dan gratis diperlukan,” ucap penulis buku Malam Cahaya Lampion, Selasa (9/6) siang.

Tan Lio Ie menekankan agar masyarakat dunia percaya Indonesia bebas corona, maka jumlah tes standar harus ditingkatkan.

Jelasnya, jumlah tes untuk Provinsi Jawa Barat saja minimal 300.000 tes lebih sesuai standar WHO. Tapi, faktanya untuk seluruh Indonesia baru 300 ribuan.

“Jika jumlah tes tak standar, lalu suatu ketika kita umumkan Indonesia bebas corona, apakah akan dipercaya?” tanyanya.

Sang sastrawan juga menyoroti para “spekulan” yang sempat membuat masker dan sejenisnya langka dan mahal.

“Rakyat bergotong royong plus swadaya, akhirnya keadaan normal dari segi ini. Pola ini baru gotong royong sesuai Pancasila,” ungkap pria berpenampilan khas tersebut.

Kepada masyarakat luas, Tan Lio Ie menyarankan agar masyarakat tak panik. Tidak dicekam oleh berita, pendapat epidemiolog, dan pejabat yang tak satu pun membahas tentang badai sitokin.

“Ini bisa terjadi juga pada DBD (demam berdarah, red) walau cara penularannya berbeda. Padahal, jika ini dipahami tak perlu kocar kacir, tercekam, RS penuh.

Belum lagi disertai jualan rapid dan swab test mandiri yang mahal sebagai syarat ke suatu daerah dari daerah lain,” tandasnya.

Lebih lanjut, Tan Lio Ie berkata jika politik memisahkan, pandemi (mestinya) menyatukan. Dia menyebut edukasi tentang corona sangat kurang.

Padahal edukasi akan menjadikan masyarakat paham dan situasi tak mencekam. “Gotong royong merupakan bentuk ideal melewati pandemi.

Jangan ada yang menjadikan Covid-19 sebagai komoditi politik sekaligus pencitraan,” tutupnya. 

DENPASAR – Pandemi Coronavirus Disease alias Covid-19 menjadi kekhawatiran banyak pihak. Karena virus tak memilih-milih korban berdasar SARA, afiliasi politik, dan sejenisnya.

Karena itu, sastrawan dan budayawan nasional, Tan Lioe Ie menyebut gotong royong merupakan bentuk ideal melewati pandemi. Jangan ada yang menjadikan Covid-19 sebagai komoditi politik sekaligus pencitraan.

“Ini tak hanya terjadi di Bali, Indonesia. Bahkan dunia sibuk saling tuding seperti yang dilakukan AS. Di negara kita, dimanfaatkan juga untuk jualan

rapid dan swab tes mandiri yang mahal banget. Tes lebih banyak dan gratis diperlukan,” ucap penulis buku Malam Cahaya Lampion, Selasa (9/6) siang.

Tan Lio Ie menekankan agar masyarakat dunia percaya Indonesia bebas corona, maka jumlah tes standar harus ditingkatkan.

Jelasnya, jumlah tes untuk Provinsi Jawa Barat saja minimal 300.000 tes lebih sesuai standar WHO. Tapi, faktanya untuk seluruh Indonesia baru 300 ribuan.

“Jika jumlah tes tak standar, lalu suatu ketika kita umumkan Indonesia bebas corona, apakah akan dipercaya?” tanyanya.

Sang sastrawan juga menyoroti para “spekulan” yang sempat membuat masker dan sejenisnya langka dan mahal.

“Rakyat bergotong royong plus swadaya, akhirnya keadaan normal dari segi ini. Pola ini baru gotong royong sesuai Pancasila,” ungkap pria berpenampilan khas tersebut.

Kepada masyarakat luas, Tan Lio Ie menyarankan agar masyarakat tak panik. Tidak dicekam oleh berita, pendapat epidemiolog, dan pejabat yang tak satu pun membahas tentang badai sitokin.

“Ini bisa terjadi juga pada DBD (demam berdarah, red) walau cara penularannya berbeda. Padahal, jika ini dipahami tak perlu kocar kacir, tercekam, RS penuh.

Belum lagi disertai jualan rapid dan swab test mandiri yang mahal sebagai syarat ke suatu daerah dari daerah lain,” tandasnya.

Lebih lanjut, Tan Lio Ie berkata jika politik memisahkan, pandemi (mestinya) menyatukan. Dia menyebut edukasi tentang corona sangat kurang.

Padahal edukasi akan menjadikan masyarakat paham dan situasi tak mencekam. “Gotong royong merupakan bentuk ideal melewati pandemi.

Jangan ada yang menjadikan Covid-19 sebagai komoditi politik sekaligus pencitraan,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/