DENPASAR – Kompetisi musim ini masih menjadi polemik meskipun sudah diusulkan oleh PSSI agar bergulir setidaknya pada bulan September atau Oktober.
Satu sisi, PSSI lebih fokus untuk persiapan Indonesia di Piala Dunia U-20 tahun depan. Maklum, Indonesia menjadi tuan rumah pertama dan pasti tidak ingin hanya jadi penggembira saja.
Selain itu, PSSI juga masih memikirkan mengenai daerah-daerah yang ditunjuk untuk menghelat Piala DUnia U-20 tahun depan.
Bukan itu saja, pembinaan juga wajib dipikirkan oleh PSSI ditengah situasi seperti ini. Akhirnya, PSSI mengeluarkan wacana agar setiap klub yang akan berkompetisi musim ini bisa memasukkan pemain U-20.
Usulan tersebut bagus, tapi masih ada kekurangannya. Ini yang dilihat oleh Pelatih Bali United Youth I Made Pasek Wijaya.
Pasek yang diwawancarai di Lapangan Gelora Samudera, Kuta, mengungkapkan, berbagai kelebihan dan kekurangan jika wacana tersebut benar-benar teralisasi.
Pasek pun berkaca pada Liga 1 2017. Saat itu PSSI mewajibkan tim memainkan tiga pemain U-23 sebagai starter. Keputusan tersebut dibuat sebagai persiapan SEA Games 2017, Malaysia.
Bagi Pasek, memasukkan pemain U-20 di tim senior tidak akan maksimal. Kebetulan juga, pelatih bersuai 56 tahun tersebut masih menjabat sebagai Asisten Pelatih Bali United.
“Memang ada bagusnya. Tapi kan ada plus-minusnya. Sisi positifnya jelas pemain muda bisa lebih terasah mentalnya.
Tapi sisi negatifnya, mereka tidak maksimal bermain. Pelatih di tim senior pasti ingin mengejar prestasi. Mereka ingin tim yang
dipimpinnya kuat dan tidak mau kalah. Kalau tetap ada regulasi tersebut, bisa saja pemain U-20 menit bermainnya sangat sedikit,” terangnya.
Ayah lima anak tersebut lebih setuju jika PSSI menggelar kembali Elite Pro Academy (EPA)Liga 1 U-20.
“Hanya EPA U-20 saja karena waktunya yang mepet dan tidak mungkin harus menggelar EPA U-16 dan U-18,” ucap Pasek.
Lebih banyak keuntungan jika menggelar EPA Liga 1 U-20 daripada kekurangannya. Kekurangannya menurut Pasek, hanya dari faktor finansial saja.
Apakah masing-masing klub penghuni Liga 1 musim ini sanggup untuk mengirim wakil karena terbentur anggaran atau tidak.
Maklum untuk tim senior saja, beberapa klub masih keberatan dengan wacana subsidi yang akan diberikan oleh operator kompetisi.
Tapi kelebihannya menurut Pasek, jajaran Pelatih Timnas Indonesia lebih mudah dalam memilih pemain.
“Pelatih sebagai talent scouting bisa lebih mudah dalam melihat kemampuan pemain secara penuh. Mereka (pemain) juga
bisa menambah pengalaman bertandingan. Kalau di (tim) senior kan belum tahu apakah dimainkan atau tidak,” jelasnya.
“Misalnya saja ada 10 tim saja yang ikut kompetisi, minimal ada 200 pemain yang bisa dipantau dengan mudah oleh pelatih.
Pelatih juga lebih leluasa melihat pemain dari lini per lini mulai dari penjaga gawang sampai pemain nomor sembilan (penyerang),” tutup mantan Asisten Pelatih Pelita Jaya tersebut.