NEGARA – Menghadapi pesta demokrasi di tengah pandemi yang akan digelar 9 Desember mendatang, partai politik mulai memanaskan mesin politik.
Salah satunya Partai Golkar yang sudah tergabung dalam Koalisi Jembrana Maju. Dalam menentukan calon bupati dan wakil bupati, partai beringin ini menyerahkan sepenuhnya pada partai koalisi untuk menentukan.
Partai Golkar meskipun memiliki kursi terbanyak di antara tujuh partai koalisi, belum tentu mencalonkan kader partai Golkar sebagai calon bupati atau wakil bupati.
Menurutnya, pada pelaksanaan Pilkada tidak bisa memaksakan diri, karena Pilkada merupakan pertaruhan figur.
Di mana masyarakat memiliki hak untuk memilihnya, sehingga kewajiban dari koalisi adalah memenangkan keinginan rakyat dalam memilih calon bupati dan wakil bupatinya.
“Kami berpandangan, bahwa yang ingin kami menangkan keinginan rakyat. Karena ingin memenangkan keinginan rakyat, harus mengalahkan diri sendiri.
Tidak harus kader Golkar, tapi siapa yang diterima oleh rakyat itu kita dukung,” ujar ketua DPD Partai Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry, di dampingi Ketua DPD Golkar Jembrana I Made Suardana, kemarin.
Wakil Ketua DPRD Bali ini menambahkan, koalisi untuk menyongsong Pilkada Jembrana sudah terbentuk dengan tujuh partai politik.
Bahkan partai politik yang akan bergabung akan bertambah lagi. “Ini mencerminkan, ada keinginan basar masyarakat Jembrana untuk melakukan perubahan,” terangnya.
Mengenai bakal calon bupati yang sudah menyetorkan nama wakil bupati kepada Partai Golkar, masih diproses di masing-masing partai dan koalisi.
Partai diberi keleluasaan untuk menentukan calon bupati dan wakil bupati yang akan didukung. Koalisi yang sudah terbentuk, lanjutnya, dipastikan tetap solid sehingga tidak ada istilah layu sebelum berkembang.
Partai koalisi yang sudah terbentuk, sudah sepakat untuk mengusung calon bupati dan wakil bupati.