33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:29 PM WIB

Bosan di Kamp, Pengungsi Mulai Sibuk Cari Penghasilan Tambahan

RadarBali.com – Lebih dari tiga pekan warga Karangasem melakukan pengungsian ke Kabupaten Klungkung, tepatnya ke GOR Swecapura, Gelgel.

Beruntungnya, para pengungsi Gunung Agung sudah bisa menyesuaikan diri. Ini terlihat dari berbagai kegiatan menghasilkan yang sebelumnya dikerjakan di rumah masing-masing sebelum mengungsi, kini dikerjakan di tempat pengungsian. 

Saat Jawa Pos Radar Bali melewati tenda-tenda para pengungsi di Lapangan Swecapura, terlihat para pengungsi sedang memisahkan kacang tanah dari kulitnya di tenda masing-masing. 

Kadek Sukerti, 48 pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem yang ditemui di tenda nomor 15 mengungkapkan, pekerjaan memisahkan kacang tanah dari kulitnya ini sudah dia kerjakan sejak 11 hari yang lalu.

Sebelum mengungsi, pekerjaan ini dilakoni saat waktu luangnya setelah bercocok tanam. “Kacang ini saya dapat dari bos saya dulu. Dia sekarang mengungsi di Besang, tapi jemur kacangnya tetap di Muncan,” ungkapnya.

Dari memisahkan kacang dari kulitnya ini, dia mengaku mendapat penghasilan sebesar Rp 20 ribu per karung.

Sayangnya untuk menyelesaikan pekerjaan ini dia membutuhkan waktu tiga hari untuk setiap karungnya.

“Dari pada bengong dan stres, lebih baik kerja ini. Jadi ada untuk bekal anak. Ini upahnya meningkat, kalau pas di rumah hanya Rp 15 ribu per karungnya,” ungkap ibu tiga anak ini.

Jika Sukerti bekerja memisahkan kacang dari kulitnya, Ketut Jumu, pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem, tampak sedang sibuk menganyam tempat menjemur cengkeh yang dikenal dengan nama bide.

Menurutnya, pekerjaan menganyam bide ini sudah dilakukannya sejak empat hari yang lalu. Biasanya pekerjaan ini dilakoninya ketika tidak ada pekerjaan untuk mengayak pasir.

“Saya beli sendiri bahannya di Muncan. Sambil mebanten, saya beli bambu seharga Rp 10 ribu per batang dengan ukuran tujuh meter,” terang nenek tujuh orang cucu itu.

Jika bekerja sendiri, Ketut Jumu mengaku bisa menganyam empat lembar bide dengan ukuran satu meter persegi.

Untuk satu batang bambu dengan panjang tujuh meter itu dia bisa mendapat sekitar 10 lembar bide.

“Jadi keuntungannya sekitar Rp 30 ribu. Biasa tetangga saya yang ambil ke pengungsian. Dari pada stres lebih baik kerja seperti ini.

Cucu masih kecil, tidak tahu yang namanya tidak ada uang. Jadi hasil ini yang dipakai karena saya ngungsi tidak bawa uang,” terang ibu dua anak ini.

Lebih lanjut dia berharap agar ada kepastian dari Yang Maha Kuasa. Dengan kondisi seperti ini, dia merasa sedikit stres.

“Kalau meletus, bias cepat meletus. Kalau tidak, biar tidak usah meletus. Kalau kayak ini, capai juga,” tandasnya. 

RadarBali.com – Lebih dari tiga pekan warga Karangasem melakukan pengungsian ke Kabupaten Klungkung, tepatnya ke GOR Swecapura, Gelgel.

Beruntungnya, para pengungsi Gunung Agung sudah bisa menyesuaikan diri. Ini terlihat dari berbagai kegiatan menghasilkan yang sebelumnya dikerjakan di rumah masing-masing sebelum mengungsi, kini dikerjakan di tempat pengungsian. 

Saat Jawa Pos Radar Bali melewati tenda-tenda para pengungsi di Lapangan Swecapura, terlihat para pengungsi sedang memisahkan kacang tanah dari kulitnya di tenda masing-masing. 

Kadek Sukerti, 48 pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem yang ditemui di tenda nomor 15 mengungkapkan, pekerjaan memisahkan kacang tanah dari kulitnya ini sudah dia kerjakan sejak 11 hari yang lalu.

Sebelum mengungsi, pekerjaan ini dilakoni saat waktu luangnya setelah bercocok tanam. “Kacang ini saya dapat dari bos saya dulu. Dia sekarang mengungsi di Besang, tapi jemur kacangnya tetap di Muncan,” ungkapnya.

Dari memisahkan kacang dari kulitnya ini, dia mengaku mendapat penghasilan sebesar Rp 20 ribu per karung.

Sayangnya untuk menyelesaikan pekerjaan ini dia membutuhkan waktu tiga hari untuk setiap karungnya.

“Dari pada bengong dan stres, lebih baik kerja ini. Jadi ada untuk bekal anak. Ini upahnya meningkat, kalau pas di rumah hanya Rp 15 ribu per karungnya,” ungkap ibu tiga anak ini.

Jika Sukerti bekerja memisahkan kacang dari kulitnya, Ketut Jumu, pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem, tampak sedang sibuk menganyam tempat menjemur cengkeh yang dikenal dengan nama bide.

Menurutnya, pekerjaan menganyam bide ini sudah dilakukannya sejak empat hari yang lalu. Biasanya pekerjaan ini dilakoninya ketika tidak ada pekerjaan untuk mengayak pasir.

“Saya beli sendiri bahannya di Muncan. Sambil mebanten, saya beli bambu seharga Rp 10 ribu per batang dengan ukuran tujuh meter,” terang nenek tujuh orang cucu itu.

Jika bekerja sendiri, Ketut Jumu mengaku bisa menganyam empat lembar bide dengan ukuran satu meter persegi.

Untuk satu batang bambu dengan panjang tujuh meter itu dia bisa mendapat sekitar 10 lembar bide.

“Jadi keuntungannya sekitar Rp 30 ribu. Biasa tetangga saya yang ambil ke pengungsian. Dari pada stres lebih baik kerja seperti ini.

Cucu masih kecil, tidak tahu yang namanya tidak ada uang. Jadi hasil ini yang dipakai karena saya ngungsi tidak bawa uang,” terang ibu dua anak ini.

Lebih lanjut dia berharap agar ada kepastian dari Yang Maha Kuasa. Dengan kondisi seperti ini, dia merasa sedikit stres.

“Kalau meletus, bias cepat meletus. Kalau tidak, biar tidak usah meletus. Kalau kayak ini, capai juga,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/