25.1 C
Jakarta
20 November 2024, 4:50 AM WIB

Gara-gara Ternak Babi Mati Masal, Sulap Kandang Babi Jadi Kolam Lele

Pandemi Covid-19 sangat dirasakan masyarakat. Salah satunya peternak babi bernama I Gusti Ngurah Anom Wijaya yang akrab dipanggil Gung Kuba.

Peternak asal Banjar Sedang, Desa Sedang Abiansemal, Badung juga merasakan dampak kematian babi secara massal.

Ditambah lagi dengan pandemi covid-19 ini, membuat dia harus tetap bertahan. Akhirnya ia banting setir budidaya ikan lele. Seperti apa?

 

 

MADE DWIJA PUTRA, Abiansemal

LOKASI budidaya lele milik I Gusti Ngurah Anom Wijaya alias Gung Kuba berlokasi di Banjar Sedang, Abiansemal, tak jauh dari jalan utama.

Minggu (14/6) lalu Jawa Pos Radar Bali berkesempatan mendatangi lokasi budidaya ikan lele itu. Dari kejauhan sudah terlihat kotak-kotak kandang yang sebelumnya dimanfaatkan untuk beternak babi sudah disulap sebagai kolam ikan.

Kandang tersebut diisi terpal, kemudian ditata sedemikian rupa akhirnya jadinya kolam. Tidak hanya kandang, ada juga dibuatkan tempat khusus dari besi kemudian dimasukkan terpal.

Jadilah kolam yang siap untuk menampung benih ikan lele tersebut. Gung Kuba mengatakan, awalnya dia beternak babi dan memang sudah jalan.

Namun belakangan muncul virus babi yang membuat ternak babinya mati mendadak. “Karena ada virus, semua kena imbas termasuk babi yang saya pelihara.  Sampai sekarang juga belum ada solusi, ” jelas Gung Kuba.

Namun, dia tidak mau patah semangat. Karena tak mau melihat kandang babinya vakum dan tidak difungsikan, terlebih juga kena dampak pandemi covid-19 ini akhirnya muncul ide untuk budidaya ikan lele. 

Kandang babi pun kemudian disulap jadi kolam ikan. “Kami merintis dan juga ketemu dengan orang yang mengetahui model pembibitan,

pakan, pemeliharaan, pendistribusian atau dengan pola terpadu, kami tertarik untuk budidaya lele,” bebernya.

Tahap awal sudah ada 5 ribu ikan lele yang di sebar di kolam.  Kemudian beberapa hari lagi akan didatangkan lagi 10 ribu bibit ikan lele.  

Bahkan ke depannya juga tidak menutup kemungkinan akan terus dikembangkan. Baik dari pembibitan mau pun penggemukan ikan.  

“Budidaya lele ini susah-susah gampang tetapi bagi saya ini sangat menjanjikan. Karena konsumsi di Bali tergolong tinggi,” ungkapnya.

Dia juga mengharapkan perhatian dari instansi terkait. Bahkan bisa langsung duduk bersama untuk turut serta mengembangkan budidaya lele ini bersama masyarakat.

Sebab di masa pandemi ini masyarakat tentu harus tetap bisa bertahan.  Bahkan pemberian bantuan juga bukan serta merta dinilai dari materi saja.

Dengan sistem pola terpadu, mulai dari pemberian bantuan baik bibit, pengawasan, cara perawatan dan yang terpenting terakhir juga

pendistribusian atau penjualan ikan lele ini. Sehingga masyarakat yang budidaya lele ketika nanti ikanya siap dipanen sudah ada pembeli.

“Mari bersama-sama duduk bareng. Muda-mudahan budidaya ikan yang saya rintis ini bisa  berkembang ke depannya,” pungkasnya. (*)

Pandemi Covid-19 sangat dirasakan masyarakat. Salah satunya peternak babi bernama I Gusti Ngurah Anom Wijaya yang akrab dipanggil Gung Kuba.

Peternak asal Banjar Sedang, Desa Sedang Abiansemal, Badung juga merasakan dampak kematian babi secara massal.

Ditambah lagi dengan pandemi covid-19 ini, membuat dia harus tetap bertahan. Akhirnya ia banting setir budidaya ikan lele. Seperti apa?

 

 

MADE DWIJA PUTRA, Abiansemal

LOKASI budidaya lele milik I Gusti Ngurah Anom Wijaya alias Gung Kuba berlokasi di Banjar Sedang, Abiansemal, tak jauh dari jalan utama.

Minggu (14/6) lalu Jawa Pos Radar Bali berkesempatan mendatangi lokasi budidaya ikan lele itu. Dari kejauhan sudah terlihat kotak-kotak kandang yang sebelumnya dimanfaatkan untuk beternak babi sudah disulap sebagai kolam ikan.

Kandang tersebut diisi terpal, kemudian ditata sedemikian rupa akhirnya jadinya kolam. Tidak hanya kandang, ada juga dibuatkan tempat khusus dari besi kemudian dimasukkan terpal.

Jadilah kolam yang siap untuk menampung benih ikan lele tersebut. Gung Kuba mengatakan, awalnya dia beternak babi dan memang sudah jalan.

Namun belakangan muncul virus babi yang membuat ternak babinya mati mendadak. “Karena ada virus, semua kena imbas termasuk babi yang saya pelihara.  Sampai sekarang juga belum ada solusi, ” jelas Gung Kuba.

Namun, dia tidak mau patah semangat. Karena tak mau melihat kandang babinya vakum dan tidak difungsikan, terlebih juga kena dampak pandemi covid-19 ini akhirnya muncul ide untuk budidaya ikan lele. 

Kandang babi pun kemudian disulap jadi kolam ikan. “Kami merintis dan juga ketemu dengan orang yang mengetahui model pembibitan,

pakan, pemeliharaan, pendistribusian atau dengan pola terpadu, kami tertarik untuk budidaya lele,” bebernya.

Tahap awal sudah ada 5 ribu ikan lele yang di sebar di kolam.  Kemudian beberapa hari lagi akan didatangkan lagi 10 ribu bibit ikan lele.  

Bahkan ke depannya juga tidak menutup kemungkinan akan terus dikembangkan. Baik dari pembibitan mau pun penggemukan ikan.  

“Budidaya lele ini susah-susah gampang tetapi bagi saya ini sangat menjanjikan. Karena konsumsi di Bali tergolong tinggi,” ungkapnya.

Dia juga mengharapkan perhatian dari instansi terkait. Bahkan bisa langsung duduk bersama untuk turut serta mengembangkan budidaya lele ini bersama masyarakat.

Sebab di masa pandemi ini masyarakat tentu harus tetap bisa bertahan.  Bahkan pemberian bantuan juga bukan serta merta dinilai dari materi saja.

Dengan sistem pola terpadu, mulai dari pemberian bantuan baik bibit, pengawasan, cara perawatan dan yang terpenting terakhir juga

pendistribusian atau penjualan ikan lele ini. Sehingga masyarakat yang budidaya lele ketika nanti ikanya siap dipanen sudah ada pembeli.

“Mari bersama-sama duduk bareng. Muda-mudahan budidaya ikan yang saya rintis ini bisa  berkembang ke depannya,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/