32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:01 PM WIB

Kelompok Mapan Kuasai Pasar Modal Bali

RadarBali.com – Untuk menjaring lebih banyak peserta muda dalam pemahaman masyarakat tentang pasar modal di wilayah Bali, Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal (BPSPM) bekerja sama dengan OJK, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) menggelar sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu (SEPMT) 2017 yang berlangsung pada 18 hingga 20 Juli 2017 di Kantor regional 8 OJK Bali – Nusra.

Berdasar survei indeks literasi keuangan tahun 2016, indeks pasar modal nasional hanya mencapai 4,4 persen. Angka ini meningkat dari tahun 2013 silam yang hanya mencapai 3,79 persen.

Rentang waktu antara tahun 2013 hingga 2016 hanya mengalami peningkatan 0,61 persen saja.

Sedangkan indeks inklusi tingkat nasional antara tahun 2013 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan hingga 1,14 persen.

“Kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, wartawan, dan pelaku bisnis di daerah atas isu aktual di pasar modal. Selain itu bagaimana berinvestasi dengan cerdas dan aman,” ujar Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal lA OJK, Gonthor R. Aziz, di Kantor OJK, Selasa (18/7) kemarin.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, untuk lebih gampang menyerap serta memantik daya tarik peserta kegiatan sosialisasi, pihaknya mengemas melalui kompetisi nasional games investasi pasar modal.

Sasaran dari games “Nabung Saham Go dan Permainan Kartu Stocklab” merupakan anak muda.  “Sudah ada sekitar 199 anak muda yang terdaftar mengikuti kompetisi ini,” katanya.

Agus Andiyasa, Kepala BEI Kantor Perwakilan Bali menambahkan, selain mengedukasi masyarakat, dia berharap acara ini bisa memberi pemahaman tentang isi dari sebuah perusahaan, kemudian bagaimana membuat laporan keuangan serta anak perusahaan itu sendiri.

“Perkembangan pasar modal di Bali didominasi investor usia 40 tahun ke atas. Nah, kami berharap, investor dari kalangan muda ini bisa meningkat dan nabung saham,” paparnya.

Agus menjelaskan jumlah sub rekening efek (SRE) di Bali sebanyak 11.264 SRE dengan pertumbuhan 10,89 persen. Sedangkan single investor identity (SID) sebanyak 9.614 SID dengan pertumbuhan 13,12 persen.

RadarBali.com – Untuk menjaring lebih banyak peserta muda dalam pemahaman masyarakat tentang pasar modal di wilayah Bali, Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal (BPSPM) bekerja sama dengan OJK, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) menggelar sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu (SEPMT) 2017 yang berlangsung pada 18 hingga 20 Juli 2017 di Kantor regional 8 OJK Bali – Nusra.

Berdasar survei indeks literasi keuangan tahun 2016, indeks pasar modal nasional hanya mencapai 4,4 persen. Angka ini meningkat dari tahun 2013 silam yang hanya mencapai 3,79 persen.

Rentang waktu antara tahun 2013 hingga 2016 hanya mengalami peningkatan 0,61 persen saja.

Sedangkan indeks inklusi tingkat nasional antara tahun 2013 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan hingga 1,14 persen.

“Kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, wartawan, dan pelaku bisnis di daerah atas isu aktual di pasar modal. Selain itu bagaimana berinvestasi dengan cerdas dan aman,” ujar Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal lA OJK, Gonthor R. Aziz, di Kantor OJK, Selasa (18/7) kemarin.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, untuk lebih gampang menyerap serta memantik daya tarik peserta kegiatan sosialisasi, pihaknya mengemas melalui kompetisi nasional games investasi pasar modal.

Sasaran dari games “Nabung Saham Go dan Permainan Kartu Stocklab” merupakan anak muda.  “Sudah ada sekitar 199 anak muda yang terdaftar mengikuti kompetisi ini,” katanya.

Agus Andiyasa, Kepala BEI Kantor Perwakilan Bali menambahkan, selain mengedukasi masyarakat, dia berharap acara ini bisa memberi pemahaman tentang isi dari sebuah perusahaan, kemudian bagaimana membuat laporan keuangan serta anak perusahaan itu sendiri.

“Perkembangan pasar modal di Bali didominasi investor usia 40 tahun ke atas. Nah, kami berharap, investor dari kalangan muda ini bisa meningkat dan nabung saham,” paparnya.

Agus menjelaskan jumlah sub rekening efek (SRE) di Bali sebanyak 11.264 SRE dengan pertumbuhan 10,89 persen. Sedangkan single investor identity (SID) sebanyak 9.614 SID dengan pertumbuhan 13,12 persen.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/