GEROKGAK – Meski sudah memasuki era kehidupan baru (new normal) sejumlah objek dan destinasi pariwisata di wilayah Buleleng barat belum berani membuka bisnis pariwisata mereka.
Sejumlah pengelola objek dan destinasi pariwisata tetap akan menunggu keputusan Pemerintah Provinsi Bali.
Salah satunya yang belum membuka bisnis pariwisata adalah objek wisata alam air panas Banyuwedang, Desa Pejarakan, Gerokgak, Buleleng.
“Di Desa Pejarakan hotel, villa dan restaurant sudah ada yang mulai membuka usaha akomodasi pariwisata. Tetapi kami pengelola
wisata alam air panas Banyuwedang belum buka,” tutur Komang Sudiasa Artawan, Ketua Pengelola Air Panas Banyuwedang kemarin.
Kendati saat new normal diperbolehkan membuka objek wisata, pihaknya mempertimbangkan banyak hal.
Karena tidak mudah menerapkan protokol kesehatan dalam wisata air panas. Mengingat jumlah pengunjungnya pasti melebihi 25 orang setiap harinya.
Selain itu sebagai pihak pengelola juga pastikan akan mempertimbangkan soal pembatasan kuota jumlah kunjungan.
Jika rata-rata dalam sehari air panas Banyuwedang dikunjungi 100-150 orang. Maka bisa saja dalam seharinya setengah dari jumlah kunjungan tersebut.
“Kami tidak ada kendala dari sisi fasilitas protokol Covid-19. Hanya menjadi penting kesadaran masyarakat ketika berwisata untuk menerapkan protokol kesehatan physical distancing,” ungkapnya.
Artawan mengaku, pengunjung Air Panas Banyuwedang tidak hanya datang dari wilayah Buleleng jika kembali normal.
Melainkan pengunjung juga datang dari dari Jembrana, Denpasar Badung dan daerah Banyuwangi, Jawa timur.
“Jadi sudah banyak pengunjung yang menelpon mempertanyakan kapan akan dibuka objek wisata air panas. Ya mungkin karena mereka sudah jenuh di rumah saja,” ujarnya.
Pengunjung tidak semata berwisata ke air panas Banyuwedang, tapi juga bersembahyang di Pura Pulaki Pemuteran sembari menikmati keindahan Pantai pasir putih di Desa Pejarakan.
“Sekali lagi, buka atau tidak kembali bisnis wisata alam air panas. Kami tetap menunggu instruksi pemerintah,” pungkasnya.