27.4 C
Jakarta
13 September 2024, 10:09 AM WIB

Desa Lodtunduh Gerakkan Gerakan Tukar 1 Kg Plastik dengan 1 Kg Beras

GIANYAR – Warga Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud semringah. Mereka membawa sampah plastik seberat minimal satu kilogram ke Balai Banjar.

Kemudian sampah ditukar dengan sekilo beras. Klian Banjar Apuh, Wayan Eka Sudiarta, menyatakan warganya sudah sering memilah sampah plastik.

“Sebelum  program tukar sampah jadi beras ini dilakukan, kami di sini setiap minggu memang mengumpulkan sampah plastik.

Tapi warga belum bisa menikmati manfaatnya. Sekarang dengan program ini baru bisa dirasakan oleh warga dampaknya,” ujarnya.

Eka mengatakan, meski program tukar sampah jadi beras ini baru pertama, namun warga tampak antusias.

Terlebih di tengah pandemi covid 19, meski hanya memiliki sampah plastik 1 kilogram langsung ditukarkan agar mendapatkan beras.

Dengan demikian ia memastikan program itu akan terus berlanjut kedepannya. “Ini juga ada sponsornya. Sehingga warga antusias.

Sebelum hari ini dilakukan programnya 10 hari sebelumnya sudah kami infokan ke masyarakat agar memilah sampah plastik. Selanjutnya bisa ditukar di balai banjar dengan beras sesuai berat sampah yang dibawa,” imbuhnya.

Disampaikan juga pihaknya demi menjaga lingkungan banjar menjadi bersih dari sampah, telah memiliki jadwal memungut sampah di jalan hingga sungai yang ada.

Khususnya di wilayah Banjar Apuh, Desa Lodtunduh. “Kami juga sudah pungut sampah di aliran sungai dengan nama komunitas yang ada di banjar diberi nama Kedas-Kedas,” jelasnya.

Untuk penukaran sampah jadi beras kali ini, disiapkan 700 kilogram beras. “Untuk selanjutnya baru  satu sampai dua ton beras,” terangnya.

Sementara itu, sponsor sekaligus penggagas program, I Made Janur Yasa mengatakan, kegiatan itu ibarat pepatah.

Dalam musibah ada kesempatan, dalam hal ini  yang dimaksudkan adalah kesempatan membantu seseorang tanpa harus dengan mengemis.

Melainkan dengan mengumpulkan sampah, memilah dan disetor akan mendapatkan beras.

“Makanya ini manfaatnya sangat banyak sekali, membantu orang dapat, membersihkan lingkungan dapat hingga memmbantu

perekonomian warga juga dapat. Sebab beras yang kita sebagai ganti dari sampah ini dibeli dari masyarakat juga,” ungkap Janur Yasa.

Kegiatan serupa pun diakuinya dimulai dari kampungnya sendiri di wilayah Kabupaten Tabanan. Dia berharap agar banjar-banjar yang ada di Gianyar terlebih di Bali agar bisa meniru kegiatan itu.

“Setiap desa bisa melaksanakan ini, siapa saja. Harapan saya kalau ini bisa ditiru oleh semua banjar di Bali, saya yakin sampah plastik tidak akan ada lagi,” pungkasnya.

GIANYAR – Warga Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud semringah. Mereka membawa sampah plastik seberat minimal satu kilogram ke Balai Banjar.

Kemudian sampah ditukar dengan sekilo beras. Klian Banjar Apuh, Wayan Eka Sudiarta, menyatakan warganya sudah sering memilah sampah plastik.

“Sebelum  program tukar sampah jadi beras ini dilakukan, kami di sini setiap minggu memang mengumpulkan sampah plastik.

Tapi warga belum bisa menikmati manfaatnya. Sekarang dengan program ini baru bisa dirasakan oleh warga dampaknya,” ujarnya.

Eka mengatakan, meski program tukar sampah jadi beras ini baru pertama, namun warga tampak antusias.

Terlebih di tengah pandemi covid 19, meski hanya memiliki sampah plastik 1 kilogram langsung ditukarkan agar mendapatkan beras.

Dengan demikian ia memastikan program itu akan terus berlanjut kedepannya. “Ini juga ada sponsornya. Sehingga warga antusias.

Sebelum hari ini dilakukan programnya 10 hari sebelumnya sudah kami infokan ke masyarakat agar memilah sampah plastik. Selanjutnya bisa ditukar di balai banjar dengan beras sesuai berat sampah yang dibawa,” imbuhnya.

Disampaikan juga pihaknya demi menjaga lingkungan banjar menjadi bersih dari sampah, telah memiliki jadwal memungut sampah di jalan hingga sungai yang ada.

Khususnya di wilayah Banjar Apuh, Desa Lodtunduh. “Kami juga sudah pungut sampah di aliran sungai dengan nama komunitas yang ada di banjar diberi nama Kedas-Kedas,” jelasnya.

Untuk penukaran sampah jadi beras kali ini, disiapkan 700 kilogram beras. “Untuk selanjutnya baru  satu sampai dua ton beras,” terangnya.

Sementara itu, sponsor sekaligus penggagas program, I Made Janur Yasa mengatakan, kegiatan itu ibarat pepatah.

Dalam musibah ada kesempatan, dalam hal ini  yang dimaksudkan adalah kesempatan membantu seseorang tanpa harus dengan mengemis.

Melainkan dengan mengumpulkan sampah, memilah dan disetor akan mendapatkan beras.

“Makanya ini manfaatnya sangat banyak sekali, membantu orang dapat, membersihkan lingkungan dapat hingga memmbantu

perekonomian warga juga dapat. Sebab beras yang kita sebagai ganti dari sampah ini dibeli dari masyarakat juga,” ungkap Janur Yasa.

Kegiatan serupa pun diakuinya dimulai dari kampungnya sendiri di wilayah Kabupaten Tabanan. Dia berharap agar banjar-banjar yang ada di Gianyar terlebih di Bali agar bisa meniru kegiatan itu.

“Setiap desa bisa melaksanakan ini, siapa saja. Harapan saya kalau ini bisa ditiru oleh semua banjar di Bali, saya yakin sampah plastik tidak akan ada lagi,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/