SINGARAJA – Desa Adat Buleleng memilih mendirikan krematorium di areal setra desa adat. Keberadaan kreamtorium itu diharapkan bisa memudahkan masyarakat yang kurang mampu dalam prosesi upacara duka.
Krematorium itu didirikan di sisi timur Setra Desa Adat Buleleng. Selain mendirikan krematorium, juga didirikan sebuah rumah duka yang terletak bersebelahan dengan gedung perabuan.
Prosesi ngeruak bangunan krematorium itu dilakukan pada Minggu (28/6), bertepatan dengan rahina redite kliwon watugunung.
Bendesa Adat Buleleng Jro Nyoman Sutrisna mengatakan, pembangunan krematorium itu merupakan salah satu program jangka panjang yang disusun prajuru adat.
Tadinya desa adat berencana membangun jalan melingkar di areal setra. Belakangan muncul ide agar setra juga dilengkapi dengan krematorium.
“Kami ikuti perkembangan jaman. Dengan krematorium ini harapannya prosesi duka itu bisa dipercepat. Terutama bagi krama yang ada upacara duka,
tapi tidak punya waktu panjang (menunggu dewasa atau hari baik). Kami carikan solusi supaya bisa lebih cepat,” kata Sutrisna.
Lebih lanjut Sutrisna mengatakan, krematorium itu akan diprioritaskan untuk krama di Desa Adat Buleleng.
Meski begitu, krematorium juga bisa digunakan oleh warga di luar status krama Desa Adat Buleleng. Bahkan Warga Negara Asing (WNA) juga diizinkan menggunakan krematorium itu.
Selama mereka mengikuti awig-awig yang ada di Desa Adat Buleleng. “Ini nanti kan dikelola yayasan yang bernaung di bawah Desa Adat Buleleng.
Kalau ada dari luar desa yang mau menggunakan, boleh saja. Selama mereka bersedia mengikuti awig-awig kami di desa adat.
Sebab kami juga kan ada awig, ada hari-hari yang tidak boleh digunakan untuk prosesi pembakaran jenazah,” demikian Sutrisna.