RadarBali.com– Silih berganti warga Karangasem yang melakukan pengungsian ke Kabupaten Klungkung menggelar upacara Guru Piduka.
Hal ini berkaitan dengan tidak bisa diselenggarakannya Ngusaba Kapat atau Ngusaba Goreng oleh warga Gumi Lahar yang terdampak status awas Gunung Agung.
Seperti yang dilakukan warga Banjar Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem yang mengungsi di Banjar Lebah, Klungkung, hari ini (17/10).
Saat Jawa Pos Radar Bali mengunjungi posko pengungsian di Banjar Lebah, Klungkung, tampak para ibu-ibu pengungsian asal Banjar Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, sedang sibuk mempersiapkan sarana-prasarana persembahyangan.
Banten ini dibuat para ibu-ibu berkaitan dengan upacara Guru Piduka yang akan digelar di Pura Puseh, Desa Pakraman Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, hari ini (17/10).
Salah seorang pengungsi, Ni Nyoman Tarni saat ditemui ketika sedang membuat sarana-prasarana upacara Guru Piduka menuturkan, Ngusaba Goreng merupakan upacara besar yang digelar setiap Purnama Kapat.
Namun karena Purnama Kapat lalu bertepatan dengan Ingkel Wong, maka Ngusaba Goreng ini diundur pelaksanaannya menjadi pada Purnama Kalima (3/11) mendatang.
Sayangnya dengan kondisi yang tidak kondusif seperti ini, warga Banjar Geriana Kangin sepakat tidak menggelar Ngusaba Goreng pada Purnama Kalima (3/11) mendatang.
Sebagai gantinya yakni menggelar upacara Guru Piduka hari ini. “Kalau biasanya, tiga bulan sebelum upacara Ngusaba Goreng sudah mulai persiapan. Upacara ini berlangsung selama sembilan hari dan digelar besar-besaran,” kata ibu empat orang anak ini.
Diungkapkannya dalam menggelar upacara Guru Piduka ini, hanya beberapa warga saja yang akan turut serta. Hal ini mengingat lokasi Pura Puseh, Desa Pakraman Geriana Kangin yang berada di kawasan KRB II.
“Rencananya berangkat pukul 08.00, biar bisa selesai pukul 14.00. Karena takut juga lama-lama tinggal di sana,” tandasnya.