SUKASADA – Kopi yang ditanam di Desa Wanagiri, kini dirancang menjadi kopi spesialti. Produk kopi spesialti, diharapkan bisa menambah potensi pendapatan para petani.
Terlebih mereka sudah memiliki konsumen yang loyal dengan produk kopi dari Desa Wanagiri. Kini kopi di Desa Wanagiri, tak hanya dikembangkan di kawasan perkebunan.
Kopi juga ditanam di areal hutan yang dikelola oleh desa. Dari 250 hektare hutan yang dikelola desa, lahan seluas 120 hektare kini ditanami kopi.
Ketua BUMDes Wanagiri Made Darsana mengatakan, penanaman kopi di areal hutan itu diharapkan menjadi salah satu upaya konservasi.
“Di hutan itu tetap ada tanaman kayu. Tapi kami juga isi tanaman sela seperti kopi. Apalagi kopi ini kan salah satu tanaman konservasi. Sehingga kami harapkan ada hasil juga yang bisa didapat petani,” kata Darsana.
Lebih lanjut Darsana mengatakan, kopi yang dikembangkan di lahan hutan itu akan dikembangkan sebagai kopi spesialti.
Terlebih ada kopi arabika maupun kopi robusta yang ditanam di sana. Mulai dari masa panen hingga pengolahan, semuanya akan menggunakan pola khusus.
“Untuk pemetikan, kami upayakan petik merah. Pengolahan juga kami sesuaikan dengan kebutuhan pasar. Jadi apa yang diinginkan oleh buyer kami akan olah seperti itu.
Karena pada prinsipnya, tidak ada kopi yang buruk. Tapi harus disesuaikan dengan kebutuhan buyer,” imbuhnya.
Sementara itu penggiat kopi, Komang Sukarsana mengungkapkan, kopi di Wanagiri memiliki karakteristik yang mirip dengan kopi arabika di Kintamani.
Dengan penanaman kopi di areal hutan, Sukarsana optimistis hasil yang dicapai akan lebih baik. Terlebih penanaman sudah dilakukan dengan pola organic.
“Sekarang tinggal menjaga kualitas saja. Sebisa mungkin dipetik dalam kondisi petik merah, bukan petik rajut. Sehingga potensi yang ada bisa makin dioptimalkan,” ujar Sukarsana.