32.8 C
Jakarta
21 November 2024, 16:28 PM WIB

Menguji Eksistensi Seorang Pemimpin

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 

 

MENGUTIP sebuah mutiara hadis dalam agama yang penulis yakini, sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa kita adalah seorang pemimpin.

Hal ini tidak memperdulikan apa jabatannya sekarang, berapa jumlah bawahannya, strata pendidikannya, darimana sukunya berasal, dan berapa penghasilan perbulannya.

Tapi pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang layak dan mampu mengayomi. Membahas tentang pemimpin, tentu tidak  ada orang yang tidak ingin menjadi seorang pemimpin.

Menjadi seorang pemimpin adalah dambaan bagi setiap orang. Baik itu pemimipin di suatu desa, kabupaten/kota, provinsi   terlebih lagi   menjadi  pemimipin pada suatu Negara.

Dan, sejatinya kita adalah seorang pemimimpin untuk diri sendiri. Kita murni terlahir sebagai pemimpin di dunia ini, entah itu di lingkup organisasi maupun lingkup kecil keluarga tersayang atau dalam lingkup yang lebih kecil lagi, diri kita pribadi.

Kita selalu dituntut tampil dengan baik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang bisa mengayomi, pemimpin yang bisa melindungi dan menjadi teladan bagi pengikut atau orang yang dipimpinnya.

Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.

Seperti penulis memahami, pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga.

Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, pemimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pemimpin merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.

Seperti yang kita ketahui, sudah banyak diluar sana seorang pemimpin yang dapat menjadi panutan kita semua.

Tentunya hal ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pemimpin tersebut.

Ada pemimpin yang dapat membuat hati kita bangga, tetapi ada pula pemimpin yang membuat kita kecewa.

Pemimpin menjadi faktor penentu keberhasilan dan kemajuan bagi suatu team/kelompok.

Jika team maju dan berkembang hebat, maka sudah pasti karena ada pemimping yang hebat dibelakangnya dan jika suatu team rusak atau  hancur bersumber dari ketidakcakapan seseorang pemimpinya.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya, “Sebaik-baik pemimpin di antara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendo’akannya

dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat kalian”. (HR Muslim dari ‘Auf bin Malik)

Tapi, pada   kenyataannya, banyak   pemimpin yang   gagal   menjalankan   tugas   dan fungsinya dengan baik, apalagi jika itu berhubungan dengan kepentingan umum.

Itulah sebabnya banyak masyarakat yang tidak percaya lagi terhadap pemimpin mereka. Pemimpin dipilih karena dipercayai akan mampu memperjuangkan mereka, tapi apa yang diperoleh masyarakat setelah pemimpin yang mereka percaya diam tanpa bertindak?

Mereka hanya memperoleh kekecewaan. Memperjuangkan masyarakat tentu bukan persoalan yang mudah, karena tidak   bisa dipungkiri ketika memperjuangkan

masyarakat terkadang kepentingan pemimpin tersebut akan terhambat. Itulah kenapa menjadi seorang pemimpin itu harus memiliki jiwa kenegarawanan.

Jiwa kenegarawanan merupakan sikap seseorang yang mendahulukan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi dan golongan.

Hal yang tidak kalah penting untuk menjadi seorang pemimpin adalah kejujuran. Kenapa begitu penting?

Karena ketika pemimpin memimpin tidak berazaskan kejujuran, maka itu sangat berpotensi untuk terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang akhirnya menimbulkan efek penderitaan bagi masyarakat.

“Orang yang pintar banyak tetapi orang yang jujur sedikit”, itu merupakan dialog yang benar karena pada zaman sekarang, orang yang jujur sangat sulit dicari, dan pemimpin yang jujur bisa dihitung jari dalam pemerintahan kita sekarang ini.

Ketika pemimipin sudah mempunyai jiwa kenegarawan dan sikap yang jujur, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan   masyarakat yang sejahtera (welfare state).

Mewujudkan masyarakat yang sejahtera memang membutuhkan waktu yang lama, tapi dengan adanya pemimpin yang jujur, maka semua menjadi mungkin terwujud, apalagi itu adalah  tujuan yang baik dan untuk kepentingan bersama.

Dengan memiliki sifat yang demikianlah pemimpin akan mampu melayani masyarakat dengan baik. Kebanyakan orang berlomba-lomba menjadi pemimpin supaya dapat menjadi orang yang besar dan terkemuka, disegani dan dihormati banyak orang.

Itu hanya akan menjadi kenyataan jika sudah mempersiapkan diri menjadi pelayan dan hamba bagi banyak orang. (Muhammad Tariq/Pegiat Literasi)

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 

 

MENGUTIP sebuah mutiara hadis dalam agama yang penulis yakini, sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa kita adalah seorang pemimpin.

Hal ini tidak memperdulikan apa jabatannya sekarang, berapa jumlah bawahannya, strata pendidikannya, darimana sukunya berasal, dan berapa penghasilan perbulannya.

Tapi pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang layak dan mampu mengayomi. Membahas tentang pemimpin, tentu tidak  ada orang yang tidak ingin menjadi seorang pemimpin.

Menjadi seorang pemimpin adalah dambaan bagi setiap orang. Baik itu pemimipin di suatu desa, kabupaten/kota, provinsi   terlebih lagi   menjadi  pemimipin pada suatu Negara.

Dan, sejatinya kita adalah seorang pemimimpin untuk diri sendiri. Kita murni terlahir sebagai pemimpin di dunia ini, entah itu di lingkup organisasi maupun lingkup kecil keluarga tersayang atau dalam lingkup yang lebih kecil lagi, diri kita pribadi.

Kita selalu dituntut tampil dengan baik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang bisa mengayomi, pemimpin yang bisa melindungi dan menjadi teladan bagi pengikut atau orang yang dipimpinnya.

Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.

Seperti penulis memahami, pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga.

Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, pemimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pemimpin merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.

Seperti yang kita ketahui, sudah banyak diluar sana seorang pemimpin yang dapat menjadi panutan kita semua.

Tentunya hal ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pemimpin tersebut.

Ada pemimpin yang dapat membuat hati kita bangga, tetapi ada pula pemimpin yang membuat kita kecewa.

Pemimpin menjadi faktor penentu keberhasilan dan kemajuan bagi suatu team/kelompok.

Jika team maju dan berkembang hebat, maka sudah pasti karena ada pemimping yang hebat dibelakangnya dan jika suatu team rusak atau  hancur bersumber dari ketidakcakapan seseorang pemimpinya.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya, “Sebaik-baik pemimpin di antara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendo’akannya

dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat kalian”. (HR Muslim dari ‘Auf bin Malik)

Tapi, pada   kenyataannya, banyak   pemimpin yang   gagal   menjalankan   tugas   dan fungsinya dengan baik, apalagi jika itu berhubungan dengan kepentingan umum.

Itulah sebabnya banyak masyarakat yang tidak percaya lagi terhadap pemimpin mereka. Pemimpin dipilih karena dipercayai akan mampu memperjuangkan mereka, tapi apa yang diperoleh masyarakat setelah pemimpin yang mereka percaya diam tanpa bertindak?

Mereka hanya memperoleh kekecewaan. Memperjuangkan masyarakat tentu bukan persoalan yang mudah, karena tidak   bisa dipungkiri ketika memperjuangkan

masyarakat terkadang kepentingan pemimpin tersebut akan terhambat. Itulah kenapa menjadi seorang pemimpin itu harus memiliki jiwa kenegarawanan.

Jiwa kenegarawanan merupakan sikap seseorang yang mendahulukan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi dan golongan.

Hal yang tidak kalah penting untuk menjadi seorang pemimpin adalah kejujuran. Kenapa begitu penting?

Karena ketika pemimpin memimpin tidak berazaskan kejujuran, maka itu sangat berpotensi untuk terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang akhirnya menimbulkan efek penderitaan bagi masyarakat.

“Orang yang pintar banyak tetapi orang yang jujur sedikit”, itu merupakan dialog yang benar karena pada zaman sekarang, orang yang jujur sangat sulit dicari, dan pemimpin yang jujur bisa dihitung jari dalam pemerintahan kita sekarang ini.

Ketika pemimipin sudah mempunyai jiwa kenegarawan dan sikap yang jujur, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan   masyarakat yang sejahtera (welfare state).

Mewujudkan masyarakat yang sejahtera memang membutuhkan waktu yang lama, tapi dengan adanya pemimpin yang jujur, maka semua menjadi mungkin terwujud, apalagi itu adalah  tujuan yang baik dan untuk kepentingan bersama.

Dengan memiliki sifat yang demikianlah pemimpin akan mampu melayani masyarakat dengan baik. Kebanyakan orang berlomba-lomba menjadi pemimpin supaya dapat menjadi orang yang besar dan terkemuka, disegani dan dihormati banyak orang.

Itu hanya akan menjadi kenyataan jika sudah mempersiapkan diri menjadi pelayan dan hamba bagi banyak orang. (Muhammad Tariq/Pegiat Literasi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/