GIANYAR – Warga yang berada di seberang timur objek wisata Ceking memasang kaca cermin. Tujuannya, untuk membuat silau pengunjung di terasering Ceking.
Warga juga membunyikan musik bernada kencang untuk merusak keheningan Ceking. Pemasangan kaca cermin itu dilakukan oleh warga setelah new normal.
Ceking yang sebelumnya tutup, kini mulai buka. Meski belum ramai, namun pemilik restoran sudah beraktivitas.
Bendesa Adat Tegallalang, Made Jaya Kesuma, yang duduk di Badan Pengelola Objek Wisata Ceking (BPOC) mengaku kaca itu sengaja dipasang untuk membuat silau.
“Kalau pas mataharinya terik, sinarnya bikin silau. Nyenter ke arah sini (restoran, red),” ujar Jaya Kesuma, kemarin.
Jaya Kesuma membeberkan, alasan warga di seberang timur Ceking memasang kaca karena belum mendapat kontribusi.
Itu karena selama pandemi Covid-19, belum ada pemasukan. Ceking tutup. Sehingga pihak pengelola belum bisa memberikan kontribusi kepada warga yang ada di timur.
“Alasan menunda pembayaran (kontribusi, red), mengingat pariwisata menurun tidak ada penghasilan. Maunya dibayar, tapi belum. BPOC sepakat akan dibayar. Tapi menunggu pariwisata buka,” jelas Jaya Kesuma.
Kata dia, selama ini, hubungan pihak Ceking dengan warga dii seberang timur sangat baik. “Hubungan kami bagus sama yang di timur, kami sudah programkan akan bayar,” jelasnya.
Sementara itu, rombongan DPRD Bali yang dikomando Wakil Ketua, Tjokorda Asmara Putra Sukawati, sidak ke objek wisata Ceking.
Mengenai masalah kaca silau itu, menurut Tjok Asmara bisa dikomunikasikan. “Semua bisa dibicarakan baik-baik. Terpenting adalah saling pengertian,” ujar Tjok Asmara.
Dewan dari partai Demokrat asal Kecamatan Ubud itu mengaku, saat suasana ekonomi saat ini, semua terdampak. “Kalau memang perlu kami bisa mediasi, kami siap. Itu hanyalah soal komunikasi saja,” pungkasnnya.