Pandemi Covid-19 sejak bulan Maret membuat segala aktivitas dibatasi. Aktivitas keluar rumah dan berkerumun tak bisa dilakukan leluasa.
Meski demikian, pembatasan aktivitas itu tidak membuat kreativitas seniman Jembrana tumpul. Sebaliknya produktivitas karya mereka semakin meningkat. Seperti yang dilakukan komunitas kertas budaya yang berbasis di Jembrana.
M. BASIR, Negara
ROMPYOK kopi yang berada di Jalan Udayana, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, menjadi pusat berkumpulnya para seniman dan budayawan, terutama yang tergabung dalam komunitas kertas budaya.
Hampir setiap minggu kegiatan seni budaya digelar. Puluhan bahkan ratusan orang berkumpul untuk mengikuti kegiatan seni maupun sekadar menikmati kegiatan seni budaya yang digelar.
Akan tetapi, sejak pandemi melanda negeri ini kegiatan seni budaya terhenti. Tidak ada lagi teater, baca puisi dan pentas musik dari para pelajar dan seniman Jembrana.
Kegiatan seni budaya yang mengundang banyak orang datang selama lima bulan terakhir terhenti. I Wayan Udiana atau yang akrab disapa Nanoq Da Kansas
sebagai penggerak komunitas yang juga mengelola rompyok kopi secara ekonomi rugi karena kegiatan seni budaya terhenti, tapi kreatifitas tidak boleh terhenti.
Akhirnya dengan pembatasan kegiatan pertemuan langsung, beralih pada kegiatan seni budaya berbasis digital.
Kegiatan seni budaya seperti teater, baca puisi dan kegiatan seni lainnya dilakukan dengan memanfaatkan media daring, baik secara langsung dan didokumentasikan untuk disebarluaskan melalui sosial media yang ada.
“Meski secara daring, justru lebih padat kegiatan saat pandemi ini,” ujar Nanoq Da Kansas. Selain kegiatan seni budaya secara daring, produktivitas seniman meningkat drastis.
Selama pandemi ini sudah ada lima lagu yang dibuat Nanoq Da Kansas, dari lagu anak hingga lagu motivasi terkait dengan pandemi.
Termasuk musikalisasi puisi oleh komunitas badai diatas kepalanya, sebuah komunitas beranggotakan pelajar dan mahasiswa yang dibina komunitas kertas budaya.
Hampir semua kegiatan tersebut dilakukan di Dusun Senja, Banjar Moding Kaja, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya.
Beberapa kegiatan juga digelar di rompyok kopi sebagai tempat nongkrong komunitas kertas budaya, tetapi hanya menghadirkan orang-orang yang menjadi pelaku kegiatan.
“Seluruh kegiatan direkam dan disebar melalui media sosial,” terangnya. Tidak hanya anggota komunitas seni, warga sekitar Dusun Senja, Banjar Moding Kaja, Desa Candikusuma,
Kecamatan Melaya, terutama anak-anak yang sedang belajar dari rumah diajak untuk tetap berkreatifitas di tengah pandemi, mulai dari latihan vocal dan membuat kerajinan.
Menurut Nanoq, di saat pandemi ini produktivitas karya semakin meningkat karena didorong oleh keadaan. Harus beradaptasi dengan kondisi.
Karena adanya pembatasan kegiatan, lebih konsentrasi dalam berkarya sehingga produktivitas juga meningkat.
Berbeda dengan situasi sebelum pandemi, justru disibukkan dengan rutinitas terjadwal sehingga untuk menghasilkan karya terbatas.
“Dengan ada di rumah saja, kreatifitas lebih terkonsentrasi dan terbangun,” ungkapnya. Meski sudah memasuki adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi,
kegiatan seni budaya akan dilanjutkan baik secara daring maupun kegiatan langsung yang menghadirkan banyak orang.
“Pada prinsipnya tidak menyerah pada kondisi di tengah pandemi ini. Kreatifitas dan produktivitas harus tetap berjalan dan ditingkatkan,” tandasnya. (*)