33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:49 PM WIB

Cegah Penularan, Satgas IDI Rekomendasikan Perubahan Alur Pasien

SINGARAJA – Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan Covid-19 di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Buleleng, merekomendasikan agar alur penerimaan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan perubahan. Perubahan itu dianggap penting, sehingga potensi penularan virus SARS-CoV-2 yang memicu penyakit Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan, dapat dicegah.

Ketua Satgas Pencegahan Covid-19 IDI Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD. mengungkapkan, IDI sudah melakukan diskusi internal terkait kasus penularan Covid-19 di kalangan tenaga medis.

Menurutnya, IDI sudah menyusun beberapa rekomendasi yang akan disampaikan secara tertulis pada Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng.

Salah satu yang direkomendasikan yakni pengetatan Alat Pelindung Diri (APD). Pengetatan ini dilakukan pada dua sisi.

Baik dari sisi manajerial rumah sakit dan pemerintah, maupun dari sisi tenaga kesehatan yang menggunakan APD.

Arya mengungkapkan, ketersediaan APD harus memadai. Selain itu tenaga kesehatan juga harus mampu menggunakan dan melepas APD yang benar.

Karena dalam kajian teoritis, cara menggunakan dan melepas APD yang salah juga bisa memicu penularan virus.

“Apalagi WHO sudah declare ini disebarkan bukan lewat droplet semata, tapi airbone juga. Ini akan menimbulkan perbedaan pola APD.

Kalau dulu hanya masker bedah saja, sekarang mau nggak mau harus masker N95. Secara harga, ini jauh lebih mahal,” kata Arya.

Tak hanya itu IDI juga merekomendasikan perbaikan rute pasien di pelayanan kesehatan. Menurut Arya secara umum fasilitas kesehatan belum siap dengan penanganan wabah.

Sehingga seluruh fasilitas pelayanan kesehatan harus memperbaiki rute. Terutama bila menangani pasien dengan penyakit infeksius.

IDI juga mendesak agar pemerintah menyiapkan sistem karantina pada masa new normal. Sebab pada masa new normal, pasien dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) dapat dikarantina di rumah.

Apabila terjadi kasus lonjakan OTG, pemerintah harus menyiapkan fasilitas yang mumpuni. Sebab kapasitas rumah sakit terbatas.

“Perlu juga penguatan perlindungan bagi mereka yang bertugas langsung di rumah sakit isolasi. Kemarin ada pihak ketiga

yang memberikan asuransi tanpa premi pada tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit isolasi. Perlindungan seperti itu sudah luar biasa,” kata Arya.

Arya dengan tegas menyatakan, proteksi terhadap tenaga kesehatan harus dilakukan. Sebab hal itu bisa berdampak sistemik pada sistem pelayanan kesehatan di Buleleng.

“Kalau tenaga kesehatan kena, kemudian meluas, (pelayanan kesehatan) kita bisa kolaps. Kami sebagai tim klinis siap diajak membuat sebuah skema yang baik. Mumpung Buleleng saat ini ada di zona yang cukup bagus,” demikian Arya. 

SINGARAJA – Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan Covid-19 di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Buleleng, merekomendasikan agar alur penerimaan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan perubahan. Perubahan itu dianggap penting, sehingga potensi penularan virus SARS-CoV-2 yang memicu penyakit Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan, dapat dicegah.

Ketua Satgas Pencegahan Covid-19 IDI Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD. mengungkapkan, IDI sudah melakukan diskusi internal terkait kasus penularan Covid-19 di kalangan tenaga medis.

Menurutnya, IDI sudah menyusun beberapa rekomendasi yang akan disampaikan secara tertulis pada Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng.

Salah satu yang direkomendasikan yakni pengetatan Alat Pelindung Diri (APD). Pengetatan ini dilakukan pada dua sisi.

Baik dari sisi manajerial rumah sakit dan pemerintah, maupun dari sisi tenaga kesehatan yang menggunakan APD.

Arya mengungkapkan, ketersediaan APD harus memadai. Selain itu tenaga kesehatan juga harus mampu menggunakan dan melepas APD yang benar.

Karena dalam kajian teoritis, cara menggunakan dan melepas APD yang salah juga bisa memicu penularan virus.

“Apalagi WHO sudah declare ini disebarkan bukan lewat droplet semata, tapi airbone juga. Ini akan menimbulkan perbedaan pola APD.

Kalau dulu hanya masker bedah saja, sekarang mau nggak mau harus masker N95. Secara harga, ini jauh lebih mahal,” kata Arya.

Tak hanya itu IDI juga merekomendasikan perbaikan rute pasien di pelayanan kesehatan. Menurut Arya secara umum fasilitas kesehatan belum siap dengan penanganan wabah.

Sehingga seluruh fasilitas pelayanan kesehatan harus memperbaiki rute. Terutama bila menangani pasien dengan penyakit infeksius.

IDI juga mendesak agar pemerintah menyiapkan sistem karantina pada masa new normal. Sebab pada masa new normal, pasien dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) dapat dikarantina di rumah.

Apabila terjadi kasus lonjakan OTG, pemerintah harus menyiapkan fasilitas yang mumpuni. Sebab kapasitas rumah sakit terbatas.

“Perlu juga penguatan perlindungan bagi mereka yang bertugas langsung di rumah sakit isolasi. Kemarin ada pihak ketiga

yang memberikan asuransi tanpa premi pada tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit isolasi. Perlindungan seperti itu sudah luar biasa,” kata Arya.

Arya dengan tegas menyatakan, proteksi terhadap tenaga kesehatan harus dilakukan. Sebab hal itu bisa berdampak sistemik pada sistem pelayanan kesehatan di Buleleng.

“Kalau tenaga kesehatan kena, kemudian meluas, (pelayanan kesehatan) kita bisa kolaps. Kami sebagai tim klinis siap diajak membuat sebuah skema yang baik. Mumpung Buleleng saat ini ada di zona yang cukup bagus,” demikian Arya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/