Di tengah pandemi Covid-19 ini tidak hanya musisi yang terdampak tetapi penyelenggara acara atau event organizer (EO) juga mengalami kendala.
Seperti Agung Anom Darsana pemilik Antida Music Production dan Antida Soundgarden ini harus putar otak untuk membikin even. Sebab, sejak bulan Maret 2020 semua event yang dirancang semuanya dibatalkan.
Pria asal Kesiman, Denpasar ini harus bikin inovasi. Kini ia telah menggalang konser live streaming yang melibatkan beberapa musisi. Seperti apa?
MADE DWIJA PUTRA, Denpasar
GUNCANGAN Pandemi covid-19 ini membuat banyak orang kehilangan pendapatan. Begitu juga dialami Anom Darsana.
Memasuki bulan Maret 2020, semua event festival yang dirancangnya dibatalkan. Ia bersama anak buahnya sudah tidak ada kerjaan alias dominan diam dirumah.
“Kalau saya di Antida Music Production kan bergerak di event organizer, ya sudah tidak bisa bekerja lagi sejak bulan Maret 2020,” ungkap Anom Darsana.
Hal ini juga berdampak terhadap pegawai di Antida Music, sebab ada pegawai yang berhenti sementara, ada juga bekerja seminggu dalam sebulan hanya untuk bertahan.
Selain itu pegawai yang freelance juga sudah semuanya terdampak alias tidak ada pekerjaan. “Karena ketika ada event baru kita bisa jalan. Kalau tidak ada even jadi tidak ada pekerjaan dan tidak bisa menggaji pegawai,” bebernya.
Selama pandemi ini event yang ia rancang dan di cancel yakni ada Bali Spirit Festival, Ubud Food Festival, setelah itu ada Festival Tepi Sawah, Ubud Jazz Village Festival dan lainnya.
Semua acara yang dirancang tahun ini belum ada jalan. Diperkirakan kemungkinan di Bulan Oktober-November 2020 ada event lagi dan itu juga tidak bisa diprediksi secara pasti.
Apakah benar even langsung atau online festival. “Bahkan untuk event Bali Spirit festival itu seminggu sebelum acara dicancel.
Saya banyak rugi, karena semua sudah siap, tiket jalan, panggung sudah berdiri. Jadi kita tidak pernah tahu pandemi melanda di indonesia, ” ungkap pria kelahiran Denpasar, 31 Mei 1972 ini.
Ia mengakui selama pandemi ia dan timnya benar-benar benar-benar berhenti total. Namun ia juga tak mau patah semangat.
Akhirnya ia dituntut harus kreatif bersama tim untuk membuat event musik online live streaming melalui media sosial YouTube.
Bahkan sebelumnya Antida Soundgarden support Navicula untuk live streaming. Setelah itu, membikin proposal beberapa event di Antida Sound Garden yang diajukan ke Kemenparekraf RI.
Sebab, di Kementerian tersebut ada anggaran untuk mensupport orang-orang kreatif. Selain itu juga mengajak musisi yang sudah lama tidak bekerja untuk bisa memberikan santunan.
“Kebetulan kita disupport Kemenparekrat untuk dua even. Pertama even dengan Dialog Dini Hari, even kedua ada Made Mawut & The Sarden.
Musisi semua dibayar, anak yang kerja semua dibayar, kita tetap live streaming tidak mendatangkan penonton.
Namun protokol kesehatan tetap jalan, menggunakan masker, cek suhu tubuh, hand sanitizer, artinya kita benar-benar nyaman kerjanya, ” terangnya.
Selain itu, Antida juga merancang sejumlah even online live streaming. Setelah Dialog Dini Hari dan Made Mawut, juga rencananya ada Ras Muhamad yang mau bekerja sama dengan Antida.
Ada juga live streaming Dongen dari Made Taro, ada juga band lokal yang mau launching dan lainnya.
“Jadi, kita sementara bisa bikin even online dulu. Media sosial seperti instagram, facebook, youtube, itu berperan besar di masa pandemi ini,” ungkapnya.
Sementara di new normal ini ia juga harus bisa menyesuaikan dengan kondisi. Namun Anom Darsana mengakui membikin even melalui online tidak banyak menguntungkan.
Karena secara garis besar banyak income terpotong. Selain itu, kalau online juga harus bikin konten yang bagus. “Mudah-mudahan tahun depan bisa normal,” pungkasnya. (*)