Saat pandemi Covid-19, banyak masyarakat dirumahkan. Terutama yang bekerja maupun usaha di sektor pariwisata. Bantuan pun berdatangan. Tak sedikit yang merengek minta jatah bantuan.
Namun, owner restoran Moksa Plant Based, Made Janur Yasa, memilih tergerak membangkitkan masyarakat. Yakni membuat gerakan menukar sampah plastik dengan beras.
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
GERAKAN sampah plastik ditukar dengan beras ini sudah merembet ke desa-desa di Kabupaten Gianyar. Inisiatornya owner Moksa Plant Based, I Made Janur Yasa.
“Saya ingat awal bulan Mei, puncak Covid ini, saya pingin membantu masyarakat di desa. Tapi bagaimana membantu secara sehat,” ujar Janur Yasa.
Upaya yang dia lakukan beranjak dari kata pepatah. Bahwa dalam suastu musibah atau masalah pasti ada kesempatan.
“Saya pikir, apa masalah yang dihadapi saat ini. Pertama, bahwa di dalam kondisi pandemi. Kemudian Covid, orang banyak kehilangan pekerjaan.
Sehingga sulit cari makan, katakan. Itu kebutuhan di Bali beras,” terang pria yang tinggal di Banjar Kutuh, Desa Sayan, Kecamatan Ubud itu.
Masalah lain selama pandemi yang dia lihat krisis sampah, terutama plastik. Selain itu, tanpa disadari, orang datang memberikan bantuan.
Kemudian banyak yang tak sadar, begitu berikan bantuan, orang yang dapat musibah hanya menerima. “Sehingga tak ada usaha, hanya menunggu menerima bantuan,” terangnya.
Janur pun mencontohkan, sekarang ada bantuan pemerintah baik itu pembagian sembako termasuk dana tunai berupa Bantuan Langsung Tunai (Dana Desa) maupun Bantuan Sosial Tunai (Kemensos).
“Itu pada natakang lima (memohon, red). Tak ada usaha,” jelasnya. Akhirnya, muncul pemikiran masalah beras dengan krisis sampah ini.
“Muncul ide, kumpulkan plastik, lalu kasih beras. Ide ini sudah saya kembangkan di desa (asal, red) saya di Banjar Jangkahan,
Desa Batuaji, Kecamatan Kerambitan di Kabupaten Tabanan. Itu disambut baik,” jelas pria kelahiran 12 Februari 1966 itu.
Setelah seminggu berlangsung di Jangkahan Tabanan, Janur berpikir jika gerakan tersebut bisa dikembangkan di banjar-banjar lain di seluruh Bali.
“Akhirnya saya sebarkan ide ini ke banjar-banjar di (Kecamatan, red) Ubud. Karena kebetulan saya tinggal di Desa Sayan. Kami adakan di 4 banjar di Desa Sayan. Sekarang 9 banjar di Desa Lodtunduh. Desa Mas sudah mulai,” ungkapnya.
Bahkan desa di Kecamatan Sukawati juga disasar. Yakni Desa Batuan, Desa Batubulan, hingga Desa Celuk. “Itu mau memulai pada Agustus. Termasuk di Desa Pejeng (Kecamatan Tampaksiring, red),” ungkapnya.
Hingga saat ini, ada 31 banjar berturut-turut melakukan penukaran plastik jadi beras. “Idenya sangat sederhana.
Masyarakat datang bawa plastik, kami timbang dan kasih poin. Poin ini dicatat, berapa kilo plastik di bawa dan bisa ditukarkan dengan beras,” jelasnya.
Dia pun memberikan contoh sederhana. “Contoh, pak Indra bawa 10 kilogram sampah plastik, lalu bawa pulang 3 kilogram beras. Kami sudah kumpulkan 20 ton sampah plastik,” jelasnya.
Gerakan yang lebih besar pun akan dia lakukan. “Kami galang donatur. Agustus ini saya akan bicara dengan Asosiasi Hotel Bali.
Bagaimana caranya hotel dan restoran di Bali bergabung untuk mendukung program ini,” kata Janur Yasa. Sehingga, lanjut dia, seluruh masyarakat Bali akan melakukan ini.
“Niscaya kami akan bersihkan Bali secara perlahan dan pasti. Ke depan, kami akan buatkan sistem semacam aplikasi,” ujarnya.
Dia pun bercita-cita mengembangkan tukar plastik jadi beras ini ke aplikasi. “Ke depan, ide saya adalah, orang bisa bawa plastik ke bank sampah.
Kemudian dia dapatkan poin. Dari poin bisa dibawa ke Indomart maupun Alfamart, supermarket-lah. Kerja sama dengan toko moderen,” terangnya.
Dengan aplikasi tersebut, rencananya, masyarakat punya kredit poin sampah. “Lalu bisa ditukarkan dengan beras, gula dan kopi. Maka kita semua bertanggungjawab dan berpartisipasi,” pungkasnya. (*)