SINGARAJA – Kebakaran lahan kembali terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala. Peristiwa kebakaran kali ini, cukup berdampak pada warga sekitar.
Sebab asap yang timbul dari kebakaran itu, menyebar hingga ke pemukiman warga. Utamanya di sekitar Desa Bungkulan, Desa Bengkala, dan Desa Kubutambahan.
Insiden kebakaran itu terjadi sekitar pukul 14.00, Minggu (2/8) siang. Api tiba-tiba muncul di sisi utara TPA, sehingga membakar timbunan sampah di kawasan tersebut.
Proses pemadaman dilakukan bersama-sama oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng maupun petugas pos pemadam kebakaran Kecamatan Kubutambahan.
Asap yang timbul dari peristiwa kebakaran itu, tak pelak mengganggu aktifitas masyarakat. Sejak Minggu sore, asap berhembus ke arah pemukiman warga.
Jelang tengah malam, hembusan asap hilang dan beralih ke wilayah Bungkulan dan Bengkala.
Perbekel Kubutambahan Gede Pariadnyana yang dihubungi kemarin menyebut kondisi asap sudah mengganggu warga sejak sebulan terakhir.
Terutama warga yang bermukim di wilayah Banjar Dinas Tegal, Desa Kubutambahan. Biasanya asap mulai masuk ke pemukiman warga sekitar pukul 20.00 malam.
“Termasuk kemarin sore ini. Biasanya memang malam sampai tengah malam itu sudah masuk ke perumahan warga. Kami sudah koordinasikan masalah ini ke DLH,” kata Pariadnyana.
Sementara itu Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi yang ditemui terpisah mengatakan, sejak beberapa bulan terakhir TPA memang beberapa kali mengalami kebakaran.
Tumpukan gas metan dan cuaca yang panas, menyebabkan api muncul. “Ini memang disebabkan karena gas metan. Cuaca bulan-bulan ini juga panas. Makanya sempat beberapa kali kebakaran. Sekarang sudah dalam penanganan,” ujar Ariadi.
Soal asap yang mengganggu aktifitas warga, Ariadi tak menampiknya. Ia menyatakan sudah menjajagi para pemilik rumah pada Senin pagi untuk melakukan koordinasi dan meminta permakluman pada masyarakat.
Sebab asap yang timbul dipicu terbakarnya sampah di areal TPA. “Memang ada titik tertentu yang masih muncul asap, karena gas metan di bawah masih besar.
Kami upayakan ini bisa segera tuntas. Kedepan memang harus dilakukan penimbunan dengan tanah urug, sehingga bisa tuntas,” tandas Ariadi.