SUKASADA – Pertumbuhan ekonomi Bali pasca masa pandemi covid-19, diprediksi masih mengalami kontraksi alias mengalami pertumbuhan negatif.
Sejumlah program pemerintah pusat, diharapkan dialihkan ke Bali. Sehingga bisa memberikan stimulus ekonomi bagi Bali.
Hal itu diungkapkan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bali Trisno Nugroho, yang ditemui usai acara panen bawang putih di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada kemarin.
Trisno mengatakan, pada triwulan kedua (Q2) tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Bali masih mengalami kontraksi.
Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan ekonomi ada pada angka -10,98 persen. “Memang April sampai Juni kemarin kita masih stay at home,
supaya penanganan covid-nya optimal. Syukurnya penanganan bagus, namun harus kita sadari memang nggak ada kegiatan,” kata Trisno.
Untuk menggerakkan perekonomian di Bali, Trisno mengatakan pemerintah daerah harus menyiapkan anggaran untuk stimulus ekonomi.
Hanya saja kondisi anggaran pemerintah daerah sangat terbatas. Terlebih lagi kondisi anggaran pemerintah daerah telah terfokus pada penanggulangan covid.
“Kalau memang ada program di daerah, harus direalisasikan. Kemudian juga pusat lewat dana APBN, kami harap bisa gerakkan ekonomi.
Shortcut diteruskan, infrastruktur yang ada di APBN, dieksekusi sekarang. Kami harap ini bisa memicu ekonomi tumbuh. Kalau infrastruktur bagus, ekonomi juga bisa bergerak maju,” imbuhnya.
Untuk pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga, Trisno memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi masih akan mengalami kontraksi.
Dengan pelonggaran aktifitas, ekonom di Bank Indonesia telah melihat aktifitas yang lebih intens di pusat ekonomi. Baik di lokasi retail, pusat grosir, maupun daya tarik wisata.
“Dengan aktifitas ekonomi itu, paling tidak bisa lebih baik. Mungkin bisa kontraksi 8 persen, 7 persen, bahkan 5 persen.
Kalau turun, tidak mendalam lah. Kami berharap ini bisa pulih lebih cepat,” tutur Trisno.