SINGARAJA– Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mendesak agar Perusahaan Listrik Negara (PLN), memberikan energi murah pada para petani.
Energi murah itu diharapkan bisa menggerakkan sumur pada rumah-rumah pompa di Buleleng. Sehingga air bisa mengalir ke lahan-lahan pertanian warga.
Pada musim kemarau ini, para petani di Buleleng tengah bergelut dengan masalah air bersih. Terlebih bagi petani yang berada di dataran tinggi.
Para petani akhirnya harus menyedot air menggunakan pompa, demi mengairi lahan mereka. Masalahnya menyedot air menggunakan pompa membutuhkan biaya yang cukup besar.
Entah itu menggunakan pompa listrik atau menggunakan pompa diesel. Sebenarnya pemerintah telah menyiapkan fasilitas berupa panel surya.
Fasilitas itu sudah dibangun di Desa Bondalem. Fasilitas serupa juga ada di Desa Tembok. Hanya saja keberadaan panel surya itu, belum memberikan dampak besar pada petani.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, fasilitas panel surya tak bisa langsung dialirkan ke sumur pompa.
Energi yang dihasilkan panel surya, harus disalurkan ke sistem milik PLN. Setelah itu baru PLN menyalurkan energi ke rumah pompa.
Itu pun hitungannya dibagi dua. Dalam artian, separo energi masuk ke dalam sistem PLN, sementara separo lainnya disalurkan ke penyuplai dengan harga murah.
“Tapi ini kan masih ada biaya juga. Kalau untuk kebutuhan MCK masih masuk akal. Tapi kalau untuk pertanian, nggak bisa. Harus zero. Petani nggak bisa bayar besar untuk bertani,” katanya.
Agus mengaku telah melobi Anggota Komisi XI DPR RI I Gusti Agung Rai Wirajaya. Dengan harapan DPR RI bisa mengambil langkah intervensi pada PLN, sehingga bersedia memberikan energi murah pada petani.
Terlebih dalam waktu dekat ini, pemerintah juga akan membangun fasilitas panel surya di Desa Penuktukan.
Di sisi lain, Anggota Komisi XI DPR RI I Gusti Agung Rai Wirajaya mengaku sudah menerima usulan dari pemerintah daerah terkait hal itu.
Idealnya, PLN memang harus memberikan energi murah pada petani. Terlebih pemerintah telah memberikan panel surya untuk mendukung operasional sumur pompa.
“Memang kendala suplai air bersih, sekarang itu di pompa air. Biaya energi untuk menggerakkan pompa cukup besar. Memang kalau pompa yang diperuntukkan bagi pertanian, harusnya nol biayanya.
Kalau masih dikenakan biaya, petani masih tidak mampu. Kami akan bicarakan ini dengan PLN. Bagaimana caranya biar petani itu bisa nol rupiah biayanya,” katanya.