29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:27 AM WIB

Gagal Jadi Makanan Lezat, 8 Penyu Dilepaskan

DENPASAR – Menjaga populasi penyu sangat penting dilakukan. Untuk itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali bersama dengan Ditreskrimsus Polda Bali, TCEC Serangan, KPP Sindu Dwarawati dan para stakeholder serta pengunjung hari ini melepasliarkan penyu hasil sitaan pada Selasa (11/8). Beruntung saja penyelundupan penyu-penyu itu bisa diungkap. Bila tidak, kemungkinan besar menjadi makanan lezat yang ada di meja makan restoran atau warung makan.

Ada sebanyak 8 ekor penyu hijau yang dilepaskan di Pantai Sindu, Sanur. Dapat diketahui juga, penyu hijau ini merupakan hasil operasi Ditreskrimsus Polda Bali pada bulan Juni 2020.

“Pada saat itu mengamankan sebanyak 12 ekor penyu hijau dan dilepasliarkan sebanyak 8 ekor,” ujar Prawono Meruanto selaku Kasubag Tata Usaha BKSDA Bali.

Sisanya, 3 ekor untuk proses penyidikan Balai KSDA Bali dan masih menitiprawatkan barang bukti satwa liar tersebut. “Yang satunya lagi sakit dan mati saat penangkapan,” sambungnya.

Sebelum dilakukan pelepasliaran, pihaknya telah dilakukan pemantauan dan observasi di TCEC Serangan untuk memastikan kesehatan satwa penyu yang dilepasliarkan.

Nah, hasil observasi di TCEC dinyatakan bahwa penyu–penyu tersebut dalam kondisi sehat dan siap untuk dilepasliarkan ke habitatnya.

Selain melakukan pelepasliaran penyu Hijau hasil sitaan tersebut, pihaknya juga melakukan pelepasliaran tukik atau anakan penyu jenis Lekang (Lepidochelys olivácea) sebanyak 200 ekor.

“Jadi 200 ekor tukik ini merupakan salah satu hasil kegiatan penyelamatan sarang telur penyu yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yaitu TCEC Serangan dan KPP Sindu Dwarawati,” ujarnya.

Diketahui pula, TCEC Serangan dan KPP Sindu Dwarawati merupakan kelompok masyarakat binaan dari Balai KSDA Bali yang fokus pada konservasi satwa terutama jenis penyu.

Salah satu kegiatan konservasi yang mereka lakukan adalah penyelamatan sarang telur penyu berupa relokasi sarang telur alami yang ada di pantai ke penetasan sarang telur semi alami di bak penetasan.

“Kegiatan ini dilakukan dikarenakan kondisi di habitat alaminya mengalami gangguan baik alam maupun adanya predator pemangsa sehingga dilakukan kegiatan penetasan semi alami,” tegasnya.

Dijelaskan juga, 200 ekor tukik ini merupakan hasil penyelamatan di sekitar pantai Sanur dan Serangan.

Di Dunia ada 7 (tujuh) jenis penyu yang terancam akan kepunahan dan di perairan Indonesia sendiri ada 6 (enam) jenis, yaitu Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae), Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Sisik (Eretmochelys  imbricata).

Dari ke 6 jenis tersebut yang paling dominan mendarat di pantai Bali adalah jenis Lekang. “Kegiatan pelepasliaran ini memberikan pelajaran kepada masyarakat tentang jenis-jenis satwa yang dilindungi dan upaya upaya-upaya konservasi yang terus dilakukan,” tutupnya.

DENPASAR – Menjaga populasi penyu sangat penting dilakukan. Untuk itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali bersama dengan Ditreskrimsus Polda Bali, TCEC Serangan, KPP Sindu Dwarawati dan para stakeholder serta pengunjung hari ini melepasliarkan penyu hasil sitaan pada Selasa (11/8). Beruntung saja penyelundupan penyu-penyu itu bisa diungkap. Bila tidak, kemungkinan besar menjadi makanan lezat yang ada di meja makan restoran atau warung makan.

Ada sebanyak 8 ekor penyu hijau yang dilepaskan di Pantai Sindu, Sanur. Dapat diketahui juga, penyu hijau ini merupakan hasil operasi Ditreskrimsus Polda Bali pada bulan Juni 2020.

“Pada saat itu mengamankan sebanyak 12 ekor penyu hijau dan dilepasliarkan sebanyak 8 ekor,” ujar Prawono Meruanto selaku Kasubag Tata Usaha BKSDA Bali.

Sisanya, 3 ekor untuk proses penyidikan Balai KSDA Bali dan masih menitiprawatkan barang bukti satwa liar tersebut. “Yang satunya lagi sakit dan mati saat penangkapan,” sambungnya.

Sebelum dilakukan pelepasliaran, pihaknya telah dilakukan pemantauan dan observasi di TCEC Serangan untuk memastikan kesehatan satwa penyu yang dilepasliarkan.

Nah, hasil observasi di TCEC dinyatakan bahwa penyu–penyu tersebut dalam kondisi sehat dan siap untuk dilepasliarkan ke habitatnya.

Selain melakukan pelepasliaran penyu Hijau hasil sitaan tersebut, pihaknya juga melakukan pelepasliaran tukik atau anakan penyu jenis Lekang (Lepidochelys olivácea) sebanyak 200 ekor.

“Jadi 200 ekor tukik ini merupakan salah satu hasil kegiatan penyelamatan sarang telur penyu yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yaitu TCEC Serangan dan KPP Sindu Dwarawati,” ujarnya.

Diketahui pula, TCEC Serangan dan KPP Sindu Dwarawati merupakan kelompok masyarakat binaan dari Balai KSDA Bali yang fokus pada konservasi satwa terutama jenis penyu.

Salah satu kegiatan konservasi yang mereka lakukan adalah penyelamatan sarang telur penyu berupa relokasi sarang telur alami yang ada di pantai ke penetasan sarang telur semi alami di bak penetasan.

“Kegiatan ini dilakukan dikarenakan kondisi di habitat alaminya mengalami gangguan baik alam maupun adanya predator pemangsa sehingga dilakukan kegiatan penetasan semi alami,” tegasnya.

Dijelaskan juga, 200 ekor tukik ini merupakan hasil penyelamatan di sekitar pantai Sanur dan Serangan.

Di Dunia ada 7 (tujuh) jenis penyu yang terancam akan kepunahan dan di perairan Indonesia sendiri ada 6 (enam) jenis, yaitu Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae), Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Sisik (Eretmochelys  imbricata).

Dari ke 6 jenis tersebut yang paling dominan mendarat di pantai Bali adalah jenis Lekang. “Kegiatan pelepasliaran ini memberikan pelajaran kepada masyarakat tentang jenis-jenis satwa yang dilindungi dan upaya upaya-upaya konservasi yang terus dilakukan,” tutupnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/