DENPASAR — Nama Bali United tahun depan tidak melulu soal sepak bola. Itu jika Bali United cabang bola basket resmi masuk di Indonesia Basketball League (IBL) 2021. Tim Basket Bali United bukanlah isapan jempol belaka.
Sebenarnya sudah sejak tahun lalu Yabes dan Pieter Tanuri memiliki keinginan untuk membuat klub basket profesional. Tapi baru sekarang akhirnya bisa teralisasi. Bali United sendiri bukanlah klub pertama di Indonesia yang memiliki tim di dunia sepak bola dan basket.
“Saudara dekat” Bali United, Persib Bandung sudah lebih dulu memiliki tim basket bernama Prawira Bandung yang berkiprah di IBL. Di Eropa, klub-klub besar seperti Barcelona dan Real Madrid juga memiliki klub basket. Namun tidak semudah itu Bali United bisa merangsek ke IBL 2021. Jalan yang panjang masih harus dilewati mereka.
Selain Bali United, ada tiga tim lainnya yang ingin masuk ke IBL 2021. Tapi hanya ada dua tim saja yang berhak untuk mengikuti liga basket profesional putra Indonesia tersebut. Di IBL musim ini, ada 10 tim yang ambil bagian. Tahun depan menjadi 12 tim.
Tiga tim selain Bali United yang mengajukan diri adalah Mountain Gold Basketball Timika, Teruna Jayapura, dan West Bandits Solo. Tahapan penjaringan sendiri sudah dilakukan. Mountain Gold Basketball Timika dan West Bandits Solo sudah lebih dulu melakukan presentasi dari di depan petinggi IBL pada Selasa (11/8).
Rabu (12/8), giliran Bali United dan Teruna Jayapura yang melakukan presentasi. Diwawancarai Jumat kemarin (14/), Direktur Utama IBL Junas Miradyarsyah membenarkan jika Bali United menjadi satu di antara empat tim yang mengajukan diri tahun depan. Sebenarnya ada tujuh tim yang mendaftar, tapi akhirnya hanya empat tim yang melaju ke tahap selanjutnya.
“Dari tujuh tim menjadi empat tim itu tahapan awal. Kami harus melakukan pengecekan dokumen dan sebagainya. Presentasi awal sudah dilakukan dan nanti akan pemaparan visi — misi lanjutan termasuk kesiapan manajemen untuk menyusun program dan sebagainya. Kami juga ingin melihat kesiapan tim-tim dari sisi operasional dan keuangan. Kami harus perdalam lagi,” terangnya.
Lanjut Junas, proses awal ini akan berlangsung hingga akhir Agustus mendatang. Baru setelah itu ada penilaian paling telat awal September mendatang.
“Ada beberapa hal yang perlu kami tanyakan untuk mengetahui mereka lebih dalam lagi. Mudah-mudahan 1 September kami sudah bisa mengeluarkan penialain. Ada syarat-syarat wajib juga yang harus mereka patuhi. 1 Oktober, kami akan umumkan dua klub yang bisa ikut dalam IBL 2021,” terangnya.
Tanpa mendiskreditkan tiga klub basket lainnya, Junas mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Bali United bisa menjadi hal postif untuk perkembangan basket di Pulau Dewata. Dengan adanya Bali United pula, Bali akhirnya punya dua klub basket profesional. Satu tim lagi adalah Merpati Bali sebagai tim basket putri profesional.
“Artinya geliat basket di luar Pulau Jawa semakin besar. Kalau melihat Bali untuk dunia basket, ada sejarah panjang. Banyak pebasket yang lahir dari Bali. Misalnya Cokorda Raka Satria Wibawa, Tri Adnjana Adiloka, dan sebagainya. Misalnya Bali United memenuhi berbagai persyaratan untuk ikut tahun depan, saya pikir industri basket di sana (Bali) akan hidup lagi,” jelas Junas.
Lalu bagaimana dengan anggaran? Apakah pihak IBL memiliki anggaran minimal bagi masing-masing klub agar lolos verifikasi? Junas mengatakan tidak ada minimal anggaran. Namun yang jelas, semua aspek termasuk keuangan klub akan diverifikasi.
Klub basket juga wajib berbentuk perseroan terbatas (PT) dan mungkin saja PT Bali Bintang Sejahtera Tbk yang menjadi induk perusahaan dari entitas bisnis di basket milik Bali United. Dari berbagai sumber Jawa Pos Radar Bali, setidaknya dalam satu musim minimal klub basket putra Indonesia harus merogoh kocek sebesar Rp 9 miliar.
Jumlah tersebut untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti gaji pemain termasuk ofisial dan pelatih, konsumsi, tempat tinggal, pendidikan pemain, biaya kompetisi yang mencakup akomodasi dan tranportasi tiap serinya, latihan, dan biaya lain-lain. Mungkin juga Yabes atau Pieter Tanuri yang menjadi CEO dari Bali United Basketball karena Junas mengatakan tidak masalah ada rangkap jabatan di sepak bola dan basket.
“Kalau untuk anggaran bervariasi dari masing-masing tim. Aspek keuangan dan legalitas mereka pasti kami akan verifikasi. Sumber pendapatan mereka harus kami cek agar kami bisa tahu apakah mereka punya rencana yang realistis atau tidak. Kalau mengenai rangkap manajemen di sepak bola dan basket, saya rasa tidak ada masalah,” tutupnya.