25.6 C
Jakarta
19 September 2024, 7:58 AM WIB

Panggung Seni di Bali Mulai Bergeliat di Tengah Pandemi

DENPASAR – Panggung seni Bali sempat mengalami jeda sesaat dikarenakan situasi pandemi Covid-19. Banyak pementasan terpaksa ditunda. Di Bali banyak sekali ada sekeha atau grup seni tradisi. Meski pementasan mengalami jeda sesaat namun tak membuat berhenti berkarya. Seiring waktu panggung seni kini kembali bergeliat dan hidup kembali dengan beradaptasi dengan kenormalan baru. 

Seperti pada Minggu (30/8) pukul 19.00 WITA lalu. Panggung seni daring menampilkan Genggong Kutus dan Rhythm Rebels, ditayangkan melalui kanal Youtube Budayasaya. Gelaran panggung itu diprakarsai oleh Antida Musik Productions bekerja sama dengan Kemendikbud RI. 

Salah satu sekeha musik tradisional di Bali adalah Genggong Kutus yang berasal dari Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Musik Genggong dengan jenis gamelan dengan instrumen getar, jika dimainkan menimbulkan suara yang mirip seperti suara katak sawah.

Musik ini memberikan kesan riang, gembira, yang saling bersahutan. Untuk menghasilkan nada musik ini memanfaatkan rongga mulut sebagai resonator.

“Musik ini tergolong langka. Kita memakai alat musik khusus yang terbuat dari pelepah pohon aren. Dalam pementasan kita biasanya memainkan tiga jenis lagu yaitu macepetan, sangkep enggung dan magenggongan. Masing-masing dari gending ini memiliki kekhasan, sehingga kalau dimainkan selalu menarik dan sahut-menyahut antara seluruh penampil,” ungkap I Nyoman Suwida, ketua komunitas Genggong Kutus yang rajin mengupayakan pelestarian kesenian Genggong. 

I Nyoman Suwida bersama komunitas Genggong Kutus akan memainkan sederet lagu. Di antaranya Bali magenggongan, macepetan, ngejuk celeng dan tari onang ocing. Selain mementaskan musik dan tari juga akan memberikan lokakarya mengenai alat musik tersebut dan bagaimana cara memainkannya.

Panggung seni ini tak hanya menampilkan musik tradisi namun juga akan membawa musik kontemporer dari grup band Rhythm Rebel.  Penampilan mereka memberikan suasana yang berbeda dengan adanya duo musisi, Reza Achman pada Drum dan Rizal Abdulhadi memainkan Bamboo Yidaki, Bamboo upright Bass, Synths serta Jawsharp.

Rhythm Rebels telah menghentak panggung musik di beberapa festival international seperti Rusia, India dan Korea ini menciptakan irama yang kuat dengan momen-momen ketegangan murni yang tak tertahankan bagi pendengar untuk menari.

Mereka akan menampilakn sederetan lagu diantaranya jagadhita, dharma, organic mind, lil lion, billionaires serta dua lagu kolaborasi dengan genggong kutus platypus dan elephants stomp.

“Musik dan seni adalah napas yang memberi hidup, keterbatasan tak membuat kita berhenti berkarya dan bereksplorasi karena musik dan seni merupakan sebuah olah rasa yang juga dapat mengobati kegelisahan hati,” kata Reza Achman, drummer dari Rhythm Rebels

Pementasan panggung seni ini berlangsung selama 1 jam, dan diselenggarakan di Antida Sound Garden, Waribang, Denpasar. “Dalam panggung seni kali ini kita akan membuat sebuah kolaborasi yang unik antara musik tradisi genggong dan musik kontemporer yang mana mereka akan menggunakan beragam alat musik tiup, saya sungguh menantikan hasil kolaborasi ini,” ungkap Anom Darsana pendiri Antida Music Productions.

DENPASAR – Panggung seni Bali sempat mengalami jeda sesaat dikarenakan situasi pandemi Covid-19. Banyak pementasan terpaksa ditunda. Di Bali banyak sekali ada sekeha atau grup seni tradisi. Meski pementasan mengalami jeda sesaat namun tak membuat berhenti berkarya. Seiring waktu panggung seni kini kembali bergeliat dan hidup kembali dengan beradaptasi dengan kenormalan baru. 

Seperti pada Minggu (30/8) pukul 19.00 WITA lalu. Panggung seni daring menampilkan Genggong Kutus dan Rhythm Rebels, ditayangkan melalui kanal Youtube Budayasaya. Gelaran panggung itu diprakarsai oleh Antida Musik Productions bekerja sama dengan Kemendikbud RI. 

Salah satu sekeha musik tradisional di Bali adalah Genggong Kutus yang berasal dari Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Musik Genggong dengan jenis gamelan dengan instrumen getar, jika dimainkan menimbulkan suara yang mirip seperti suara katak sawah.

Musik ini memberikan kesan riang, gembira, yang saling bersahutan. Untuk menghasilkan nada musik ini memanfaatkan rongga mulut sebagai resonator.

“Musik ini tergolong langka. Kita memakai alat musik khusus yang terbuat dari pelepah pohon aren. Dalam pementasan kita biasanya memainkan tiga jenis lagu yaitu macepetan, sangkep enggung dan magenggongan. Masing-masing dari gending ini memiliki kekhasan, sehingga kalau dimainkan selalu menarik dan sahut-menyahut antara seluruh penampil,” ungkap I Nyoman Suwida, ketua komunitas Genggong Kutus yang rajin mengupayakan pelestarian kesenian Genggong. 

I Nyoman Suwida bersama komunitas Genggong Kutus akan memainkan sederet lagu. Di antaranya Bali magenggongan, macepetan, ngejuk celeng dan tari onang ocing. Selain mementaskan musik dan tari juga akan memberikan lokakarya mengenai alat musik tersebut dan bagaimana cara memainkannya.

Panggung seni ini tak hanya menampilkan musik tradisi namun juga akan membawa musik kontemporer dari grup band Rhythm Rebel.  Penampilan mereka memberikan suasana yang berbeda dengan adanya duo musisi, Reza Achman pada Drum dan Rizal Abdulhadi memainkan Bamboo Yidaki, Bamboo upright Bass, Synths serta Jawsharp.

Rhythm Rebels telah menghentak panggung musik di beberapa festival international seperti Rusia, India dan Korea ini menciptakan irama yang kuat dengan momen-momen ketegangan murni yang tak tertahankan bagi pendengar untuk menari.

Mereka akan menampilakn sederetan lagu diantaranya jagadhita, dharma, organic mind, lil lion, billionaires serta dua lagu kolaborasi dengan genggong kutus platypus dan elephants stomp.

“Musik dan seni adalah napas yang memberi hidup, keterbatasan tak membuat kita berhenti berkarya dan bereksplorasi karena musik dan seni merupakan sebuah olah rasa yang juga dapat mengobati kegelisahan hati,” kata Reza Achman, drummer dari Rhythm Rebels

Pementasan panggung seni ini berlangsung selama 1 jam, dan diselenggarakan di Antida Sound Garden, Waribang, Denpasar. “Dalam panggung seni kali ini kita akan membuat sebuah kolaborasi yang unik antara musik tradisi genggong dan musik kontemporer yang mana mereka akan menggunakan beragam alat musik tiup, saya sungguh menantikan hasil kolaborasi ini,” ungkap Anom Darsana pendiri Antida Music Productions.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/