33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:18 PM WIB

Muncul Cairan Kuning di Kawah, PVMBG: Belum Cukup untuk Erupsi

RadarBali.com – Pengambilan gambar kawah Gunung Agung dari jarak dekat menggunakan drone atau pesawat tanpa awak akhirnya membuahkan hasil.

Keberhasilan itu diukir tim drone dari Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta.

Drone buffalo FX – 79 sukses memotret bagian kawah sebanyak 30 – 40 kali. Sementara untuk gambar lereng, drone karya anak bangsa ini sukses mendapatkan 300 – 400 foto.

Menurut Ruli Andaru, 35, ketua tim drone Fakultas Teknik Geodesi UGM, foto drone tidak klir 100 persen, karena 10 persen kawah tertutup asap putih.

Namun, dari potret drone terlihat ada cairan berwarna kuning kemerahan agak keruh di dasar kawah. Cairan tersebut berada di dua lokasi berdekatan.

Lokasi pertama berbentuk melebar dengan diameter sekita 10 – 20 meter. Sedangkan lokasi kedua, cairan berbentuk memanjang seperti garis.

“Kami tidak tahu itu cairan apa. Selain cairan kami juga masih melihat banyak asap putih,” imbuhnya.

Ruli mengungkapkan, produk mozaik foto kawah akan diolah dengan teknik digital trend model, sehingga menghasilkan gambar tiga dimensi.

Teknisnya, semua foto kawah digabungkan menjadi satu kesatuan utuh. Foto lereng juga akan diolah untuk mendapat data kontur yang mereprensentasikan topografi kawah.

Kabid Mitigasi Bencana Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suartika, menjelaskan bahwa cairan yang difoto drone FX-79 kemungkinan besar yelow sulfur atau belerang.

Hal itu mengacu pada warna cairan kuning kemerahan. Menurut Suartika, semua gunungapi di kawahnya terdapat belerang.

Pembentukan belerang diawali cairan sulfur. Pada titik tertentu cairan tersebut mengkristal membentuk belerang.

Terkait asap putih, Suartika menyebut asap putih bisa jadi hasil uap putih atau didapat dari pemanasan di bawah kawah.

“Kalau benar itu belerang, berarti suhu di kawah masih rendah. Artinya, suhu masih agak rendah dan belum cukup untuk terjadi erupsi (meletus, Red),” terang Suartika.

Disinggung gempa vulkanik dan tektonik lokal terus meninkat. Bahkan, gempa tremor nonharmonoik selama dua hari terus terjadi,

Suartika menyebut gempa terjadi karena adanya aktivitas vulkanik. “Berarti magma di bawah masih terus bergerak,” tukasnya.

Berdasar data yang direkap Jawa Pos Radar Bali dari PVMBG, selama 18 jam kemarin (pukul 00.00 – 18.00) terjadi 806 kali gempa.

Gempa tremor non-harmonik muncul sebanyak 4 kali dengan durasi 90-145 detik. Menurut Suartika, gempa tremor non-harmonik disebut juga spasmodic burst atau spasmodic tremor,

adalah rentetan beberapa gempa vulkanik di mana satu gempa muncul sebelum gempa sebelumnya selesai, secara fisik merefleksikan aliran fluida magmatik (gas, liquid atau solid).

“Manifestasi permukaan bisa hanya pelepasan gas atau asap ke permukaan. Kita berharap semua manifestasi di permukaan hanya berupa gas dan asap saja, jadi tekanan di bawah cepat habis,” jelasnya.

RadarBali.com – Pengambilan gambar kawah Gunung Agung dari jarak dekat menggunakan drone atau pesawat tanpa awak akhirnya membuahkan hasil.

Keberhasilan itu diukir tim drone dari Fakultas Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta.

Drone buffalo FX – 79 sukses memotret bagian kawah sebanyak 30 – 40 kali. Sementara untuk gambar lereng, drone karya anak bangsa ini sukses mendapatkan 300 – 400 foto.

Menurut Ruli Andaru, 35, ketua tim drone Fakultas Teknik Geodesi UGM, foto drone tidak klir 100 persen, karena 10 persen kawah tertutup asap putih.

Namun, dari potret drone terlihat ada cairan berwarna kuning kemerahan agak keruh di dasar kawah. Cairan tersebut berada di dua lokasi berdekatan.

Lokasi pertama berbentuk melebar dengan diameter sekita 10 – 20 meter. Sedangkan lokasi kedua, cairan berbentuk memanjang seperti garis.

“Kami tidak tahu itu cairan apa. Selain cairan kami juga masih melihat banyak asap putih,” imbuhnya.

Ruli mengungkapkan, produk mozaik foto kawah akan diolah dengan teknik digital trend model, sehingga menghasilkan gambar tiga dimensi.

Teknisnya, semua foto kawah digabungkan menjadi satu kesatuan utuh. Foto lereng juga akan diolah untuk mendapat data kontur yang mereprensentasikan topografi kawah.

Kabid Mitigasi Bencana Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suartika, menjelaskan bahwa cairan yang difoto drone FX-79 kemungkinan besar yelow sulfur atau belerang.

Hal itu mengacu pada warna cairan kuning kemerahan. Menurut Suartika, semua gunungapi di kawahnya terdapat belerang.

Pembentukan belerang diawali cairan sulfur. Pada titik tertentu cairan tersebut mengkristal membentuk belerang.

Terkait asap putih, Suartika menyebut asap putih bisa jadi hasil uap putih atau didapat dari pemanasan di bawah kawah.

“Kalau benar itu belerang, berarti suhu di kawah masih rendah. Artinya, suhu masih agak rendah dan belum cukup untuk terjadi erupsi (meletus, Red),” terang Suartika.

Disinggung gempa vulkanik dan tektonik lokal terus meninkat. Bahkan, gempa tremor nonharmonoik selama dua hari terus terjadi,

Suartika menyebut gempa terjadi karena adanya aktivitas vulkanik. “Berarti magma di bawah masih terus bergerak,” tukasnya.

Berdasar data yang direkap Jawa Pos Radar Bali dari PVMBG, selama 18 jam kemarin (pukul 00.00 – 18.00) terjadi 806 kali gempa.

Gempa tremor non-harmonik muncul sebanyak 4 kali dengan durasi 90-145 detik. Menurut Suartika, gempa tremor non-harmonik disebut juga spasmodic burst atau spasmodic tremor,

adalah rentetan beberapa gempa vulkanik di mana satu gempa muncul sebelum gempa sebelumnya selesai, secara fisik merefleksikan aliran fluida magmatik (gas, liquid atau solid).

“Manifestasi permukaan bisa hanya pelepasan gas atau asap ke permukaan. Kita berharap semua manifestasi di permukaan hanya berupa gas dan asap saja, jadi tekanan di bawah cepat habis,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/