SINGARAJA – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Hita Buleleng membutuhkan dana hingga Rp 20 miliar pada tahun ini.
Dana sebanyak itu akan digunakan perusahaan untuk pengembangan instalasi air minum. Sekaligus melakukan peningkatan kapasitas debit air minum.
Hal itu diungkap Dirut Perumda Tirta Hita Buleleng Made Lestariana kepada Jawa Pos Radar Bali. Menurut Lestariana ada beberapa rencana bisnis yang sudah disusun perusahaan.
Di antaranya perluasan jaringan air minum serta eksplorasi sumur dalam untuk menambah debit air minum.
“Kalau dari rencana bisnis kami. Memang pada tahun 2020 ini kami butuh investasi sekitar Rp 20 miliar. Itu mencakup penyadaan gedung kantor, perluasan jaringan air minum, peremajaan jaringan, sampai eksplorasi sumur dalam,” kata Lestariana.
Untuk eksplorasi sumur dalam misalnya. Perusahaan harus merogoh anggaran sebesar Rp 700 juta per sumur.
Tahun ini, tercatat ada tiga sumur dalam yang akan dieksplorasi. Masing-masing sumur dalam diharapkan bisa memberi debit hingga 10 liter per detik.
Ketiga sumur dalam itu rencananya dibangun di Desa Tinga-Tinga, Desa Kalibukbuk, dan Desa Kubutambahan.
“Yang selesai baru di Desa Tinga-Tinga. Di desa lainnya masih dalam proses,” imbuhnya. Selain itu perusahaan juga membutuhkan dana miliaran rupiah untuk peremajaan jaringan induk.
Sebab ada beberapa jaringan induk milik PDAM Buleleng yang telah berusia puluhan tahun. “Jaringan induk ini harus dipelihara secara berkala.
Banyak jaringan kami yang tua. Ini kami remajakan secara bertahap. Ini yang membutuhkan biaya besar. Sebab pipa induk itu kan biayanya tidak sedikit,” imbuhnya.
Untuk melancarkan rencana bisnis itu, perusahaan berencana meminta penyertaan modal dari pemerintah daerah.
Sejauh ini pemerintah disebut telah menyanggupi memberi penyertaan modal sebanyak Rp 4,4 miliar. Sisanya akan diambil dari kas daerah dan sisa penyertaan modal pemerintah tahun lalu.
Sekadar diketahui Perumda Air Minum Tirta Hita saat ini mencatat jumlah pelanggan sebanyak 55.549 sambungan.
Merujuk laporan tahun buku 2019, perusahaan mencatatkan laba bersih sebanyak Rp 10,45 miliar, dengan total aset Rp 83 miliar.
Pada tahun yang sama, perusahaan juga menyerahkan pendapatan asli daerah sebanyak Rp 5,1 miliar ke kas daerah.