RadarBali.com – Warga yang tinggal di pesisir pantai Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, mengeluhkan lambannya penanganan abrasi pantai yang semakin.
Pasalnya, sejak hari terakhir ombak terus memperparah abrasi pantai, bahkan akses jalan warga sudah hampir putus. Jika tidak segera ditangani, maka jalan dan pemukiman warga juga akan tergerus.
Tingginya gelombang sejak tiga hari terakhir ini, terjadi setiap malam. Air laut naik hingga ke jalan dan perumahan warga.
Tumpukan pasir dan ban bekas yang dipasang warga untuk menahan abrasi sudah hilang terbawa ombak. Padahal saat ini masih awal musim angin barat, kondisi akan semakin parah hingga 7-8 bulan ke depan.
Menurutnya, pada musim angin barat tahun lalu sebanyak 39 rumah warga hancur disapu gelombang.
Sehingga, warga terpaksa, mengungsi ke rumah warga yang lain, sebagian membuat rumah sementara di lokasi yang jauh dari pantai.
“Ini masih awal musim (angin barat), puncaknya nanti akan semakin tinggi,” kata Nur Hakim, warga yang tinggal di pesisir pantai Banjar Pebuahan, kemarin.
Selain mengancam jalan dan pemukiman warga, tiang listrik yang berada di sisi utara jalan dikhawatirkan ambruk.
Abrasi juga sudah mengikis hingga saluran utama pipa air PDAM saat ini rusak sehingga perlu segera dipindah.
Menurutnya, solusi satu-satunya adalah dengan senderan pantai agar abrasi tidak semakin meluas.
Sejumlah warga sempat mendatangi Kantor Perbekel Banyubiru untuk menanyakan rencana pembangunan senderan pantai tersebut.
Karena sejak beberapa tahun lalu, pemerintah selalu menjanjikan akan membangun senderan, tetapi hingga saat ini belum ada pembangunan senderan.
“Kalau dibiarkan begini terus ngak ada senderan, bisa hancur semua rumah-rumah dan jalan ini,” ujarnya.
Perbekel Banyubiru Masturi mengatakan, sejumlah warga dari Banjar Pebuahan datang ke kantornya Jumat (20/10) lalu untuk menanyakan perkembangan rencana pembangunan senderan.
Selain itu, warga juga meminta untuk dimediasi untuk bertemu dengan Bupati Jembrana I Putu Artha untuk membicarakan masalah abrasi yang mengancam pemukiman.
“Mereka menanyakan perkembangan proposal penanganan abrasi itu,” ungkapnya. Pihaknya belum mengetahui secara pasti pembangunan senderan pantai akan di mulai.
Namun beberapa waktu lalu sudah ada dari Dinas Pekerjaan Umum melakukan pengukuran dan penelitian arus laut dari pusat, namun hingga saat ini belum ada pembangunan.
“Memang ada informasi dapat 600 meter tahun 2018 nanti,” ujarnya. Menurutnya, warga menganggap abrasi disebabkan oleh pembangunan yang ada PPN Pengambengan.
Karena itu mereka akan meminta penutupan pembangunan breakwater dan perluasan di PPN Pengambengan. Padahal menurut para ahli, abrasi ini disebabkan oleh fenomena global yakni pemanasan global