25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:27 AM WIB

Membangun Data Berkualitas Menuju Indonesia Emas

BANK Dunia baru saja merilis capaian indikator pembangunan modal manusia yaitu Human Capital Index (HCI).

HCI atau Indeks Modal Manusia diluncurkan oleh Bank Dunia sejak tahun 2018 sebagai salah satu upaya agar semua anak di dunia dapat tumbuh dan mencapai potensi penuh.

Indeks tersebut memotret bagaimana kondisi kesehatan dan situasi pendidikan di suatu negara secara terus menerus dapat mendukung produktivitas generasi di masa yang akan datang.

HCI mempertimbangkan beberapa komponen penting seperti peluang anak untuk hidup hingga usia 5 tahun, kualitas dan kuantitas pendidikan, kesehatan termasuk permasalahan stunting.

Berdasar laporan tersebut Indonesia berhasil memperoleh capaian yang meningkat dari 0,53 pada tahun 2019 menjadi 0,54 di tahun 2020.

Artinya setiap anak yang lahir saat ini memiliki peluang sebesar 54 persen untuk bertumbuh mencapai potensinya dengan maksimal dengan syarat ia menyelesaikan pendidikannya dan memiliki akses yang baik terhadap layanan kesehatan.

Oleh karena itu seharusnya capaian ini juga menjadi tonggak catatan untuk mendorong sistem pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Bagaimana caranya?

Pembangunan yang berkualitas hanya akan tercapai dengan data yang berkualitas. Konsep “data is the new oil” sempat menarik perhatian publik sejak dimuat dalam majalah The Economist pada Mei 2017.

Perhatian sangat serius juga disampaikan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan bahwa data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita dan lebih berharga dari minyak.

Pesan tersebut disampaikan dalam Pidato Kenegaraan pada 16 Agustus 2019 untuk menekankan bahwa Indonesia harus segera mewujudkan kedaulatan data.

Nilai HCI Indonesia boleh saja meningkat namun perlu kembali diingat bahwa masih banyak pekerjaan yang tersisa untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Strateginya adalah dengan mengadaptasi evidence-based decision making. Dengan demikian semua keputusan pengkajian, dan evaluasi hasil-hasil pembangunan didasarkan pada fakta.

Data yang berkualitas adalah data yang mampu memotret fakta dan independen sehingga terhindar dari subjektivitas dan kepentingan.

Pakar Demografi Indonesia, Jousari Hasbullah dalam bukunya yang berjudul “Tangguh Dengan Statistik, Akurat Dalam Membaca Dunia” menekankan

bahwa ketika pembangunan mengesampingkan indikator universal yang objektif dengan bercirikan sekumpulan kesimpulan pribadi berarti membiarkan

Indonesia terjebak pada budaya kekacauan, penghujatan,pencelaan, dan pengumpatan yang pada akhirnya memperlemah sendi kehidupan bangsa.

Bagaimana suatu negara dapat membuat kebijakan penanganan stunting kalau negara tersebut tidak mengetahui fakta-fakta tentang keberadaan dan aksesibilitas penduduk terhadap fasilitas kesehatan?

Fakta tersebut hanya akan bisa diperoleh dengan mengoptimalkan pemanfaatan data untuk merancang target-target pembangunan pada periode tertentu.

Membangun kerangka data berkualitas merupakan tantangan besar. Dibutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit untuk memperoleh data yang reliabel dan akurat.

Indeks Modal Manusia 2020 menyisakan pekerjaan selanjutnya yang menjadi tanggung jawab bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.

Meskipun secara agregat capaian Indonesia meningkat dari 0,53 menjadi 0,54 secara komponen HCI tetap harus mendapatkan perhatian.

Komponen survival meningkat dar 0,98 dari sebelumnya 0,97.  Berikutnya komponen yang naik signifikan adalah komponen kesehatan

yang meningkat dari 0,66 menjadi 0,72 yang menjadi pertanda bahwa terjadi kenaikan jumlah anak yang tidak mengalami stunting.

Capaian tersebut tidak semestinya membuat kita berpuas diri. Di sisi lain, durasi waktu sekolah anak Indonesia turun menjadi 7,8 dari sebelumnya 7,9.

Bagaimana menuntaskan anak yang masih stunting dan anak yang durasi sekolahnya rendah? Siapa dan dimana hanya akan terjawab dari data.

Studi Kasus Gizi Balita (SKGB) oleh Kementerian Kesehatan dan Survei Sosial Nasional (SUSENAS) oleh Badan Pusat Statistik salah satu contoh upaya terintegrasi

yang dilakukan untuk memetakan permasalahan balita yang kurang gizi akibat kurangnya asupan gizi sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.

Agenda besar pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dengan menitik beratkan program prioritas nasional pada kualitas infrastrukur dan sumber daya manusia (SDM).

Bukan tanpa alasan, kedua bidang tersebut sangat strategis dalam penciptaan dampak ikutan dalam kerangka proses pembangunan berkelanjutan.

Dalam jangka 25 tahun kedepan, akselerasi pembangunan diharapkan mampu membawa Indonesia pada masa keemasan dimana semua penduduk dapat hidup dengan layak.

Capaian pembangunan yang berkualitas bukan hanya rapor pemanis laporan kinerja pada periode tertentu. Evaluasi yang akurat dari capaian pembangunan akan tergambar dari data.

Dengan demikian tidak heran jika Presiden Joko Widodo menaruh perhatian besar akan kedaulatan data, karena hanya dengan bersatu data arah pembangunan,

perencanaaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan tepat serta bebas dari kepentingan tertentu.

Data yang berkualitas adalah kompas bagi Indonesia untuk melanjutkan peta perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. (I Gede Heprin Prayasta/Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana)

BANK Dunia baru saja merilis capaian indikator pembangunan modal manusia yaitu Human Capital Index (HCI).

HCI atau Indeks Modal Manusia diluncurkan oleh Bank Dunia sejak tahun 2018 sebagai salah satu upaya agar semua anak di dunia dapat tumbuh dan mencapai potensi penuh.

Indeks tersebut memotret bagaimana kondisi kesehatan dan situasi pendidikan di suatu negara secara terus menerus dapat mendukung produktivitas generasi di masa yang akan datang.

HCI mempertimbangkan beberapa komponen penting seperti peluang anak untuk hidup hingga usia 5 tahun, kualitas dan kuantitas pendidikan, kesehatan termasuk permasalahan stunting.

Berdasar laporan tersebut Indonesia berhasil memperoleh capaian yang meningkat dari 0,53 pada tahun 2019 menjadi 0,54 di tahun 2020.

Artinya setiap anak yang lahir saat ini memiliki peluang sebesar 54 persen untuk bertumbuh mencapai potensinya dengan maksimal dengan syarat ia menyelesaikan pendidikannya dan memiliki akses yang baik terhadap layanan kesehatan.

Oleh karena itu seharusnya capaian ini juga menjadi tonggak catatan untuk mendorong sistem pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Bagaimana caranya?

Pembangunan yang berkualitas hanya akan tercapai dengan data yang berkualitas. Konsep “data is the new oil” sempat menarik perhatian publik sejak dimuat dalam majalah The Economist pada Mei 2017.

Perhatian sangat serius juga disampaikan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan bahwa data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita dan lebih berharga dari minyak.

Pesan tersebut disampaikan dalam Pidato Kenegaraan pada 16 Agustus 2019 untuk menekankan bahwa Indonesia harus segera mewujudkan kedaulatan data.

Nilai HCI Indonesia boleh saja meningkat namun perlu kembali diingat bahwa masih banyak pekerjaan yang tersisa untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Strateginya adalah dengan mengadaptasi evidence-based decision making. Dengan demikian semua keputusan pengkajian, dan evaluasi hasil-hasil pembangunan didasarkan pada fakta.

Data yang berkualitas adalah data yang mampu memotret fakta dan independen sehingga terhindar dari subjektivitas dan kepentingan.

Pakar Demografi Indonesia, Jousari Hasbullah dalam bukunya yang berjudul “Tangguh Dengan Statistik, Akurat Dalam Membaca Dunia” menekankan

bahwa ketika pembangunan mengesampingkan indikator universal yang objektif dengan bercirikan sekumpulan kesimpulan pribadi berarti membiarkan

Indonesia terjebak pada budaya kekacauan, penghujatan,pencelaan, dan pengumpatan yang pada akhirnya memperlemah sendi kehidupan bangsa.

Bagaimana suatu negara dapat membuat kebijakan penanganan stunting kalau negara tersebut tidak mengetahui fakta-fakta tentang keberadaan dan aksesibilitas penduduk terhadap fasilitas kesehatan?

Fakta tersebut hanya akan bisa diperoleh dengan mengoptimalkan pemanfaatan data untuk merancang target-target pembangunan pada periode tertentu.

Membangun kerangka data berkualitas merupakan tantangan besar. Dibutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit untuk memperoleh data yang reliabel dan akurat.

Indeks Modal Manusia 2020 menyisakan pekerjaan selanjutnya yang menjadi tanggung jawab bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.

Meskipun secara agregat capaian Indonesia meningkat dari 0,53 menjadi 0,54 secara komponen HCI tetap harus mendapatkan perhatian.

Komponen survival meningkat dar 0,98 dari sebelumnya 0,97.  Berikutnya komponen yang naik signifikan adalah komponen kesehatan

yang meningkat dari 0,66 menjadi 0,72 yang menjadi pertanda bahwa terjadi kenaikan jumlah anak yang tidak mengalami stunting.

Capaian tersebut tidak semestinya membuat kita berpuas diri. Di sisi lain, durasi waktu sekolah anak Indonesia turun menjadi 7,8 dari sebelumnya 7,9.

Bagaimana menuntaskan anak yang masih stunting dan anak yang durasi sekolahnya rendah? Siapa dan dimana hanya akan terjawab dari data.

Studi Kasus Gizi Balita (SKGB) oleh Kementerian Kesehatan dan Survei Sosial Nasional (SUSENAS) oleh Badan Pusat Statistik salah satu contoh upaya terintegrasi

yang dilakukan untuk memetakan permasalahan balita yang kurang gizi akibat kurangnya asupan gizi sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.

Agenda besar pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dengan menitik beratkan program prioritas nasional pada kualitas infrastrukur dan sumber daya manusia (SDM).

Bukan tanpa alasan, kedua bidang tersebut sangat strategis dalam penciptaan dampak ikutan dalam kerangka proses pembangunan berkelanjutan.

Dalam jangka 25 tahun kedepan, akselerasi pembangunan diharapkan mampu membawa Indonesia pada masa keemasan dimana semua penduduk dapat hidup dengan layak.

Capaian pembangunan yang berkualitas bukan hanya rapor pemanis laporan kinerja pada periode tertentu. Evaluasi yang akurat dari capaian pembangunan akan tergambar dari data.

Dengan demikian tidak heran jika Presiden Joko Widodo menaruh perhatian besar akan kedaulatan data, karena hanya dengan bersatu data arah pembangunan,

perencanaaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan tepat serta bebas dari kepentingan tertentu.

Data yang berkualitas adalah kompas bagi Indonesia untuk melanjutkan peta perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. (I Gede Heprin Prayasta/Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/