AMLAPURA — Gebrakan yang dilakukan Desa Amerta Bhuana, Selat, Karangasem patut dicontoh. Untuk mendongkrak Pendapatan Asli Desa atau PADes, desa yang terletak di lereng selatan Gunung Agung ini melakukan gebrakan dengan menanam pisang lokal.
Desa ini mengalokasikan anggaran tahun 2019 untuk pembibitan pisang dan menanam bibit pisang lokal. Ada 700 pohon pisang indukan yang ditanam di arel seluas 90 are. Penanaman dilakukan di Banjar Tegah, Desa Amerta Bhuana, Selat, Karangasem.
Penanaman sengaja melibatkan kelompok petani setempat, sehingga demplot pisang yang ditanam ada yang merawat dan mengawasinya.
Perbekel Amerta Bhuana I Wayan Suara Arsana optimis langkah ini bisa meningkatkan pendapatan asli desa ke depan. Terlebih lagi pisang merupakan kebutuhan utama masyarakat desa setempat di antaranya untuk kebutuhan upacara. Selama ini pisang dibeli dari pasar dengan harga yang cukup mahal. Dengan menanam sendiri nantinya bisa dipergunakan warga setempat untuk kebutuhan upacara.
Pisang hasil panen ini nantinya akan dijual ke warga dengan harga bersaing.
Selain buahnya, daun pisang juga bisa dijual untuk kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu Ketua Pengelola Demplot Pisang Lokal I Wayan Seriasa mangakui kalau apa yang dilakukan tersebut sebagai program rintisan. “Ya ini merupakan program rintisan, mudah-mudahan sesuai harapan,” ujarnya.
Penanaman pisang tersebut merupakan embrio atau rintisan awal dengan menggunakan Dana Desa sebagai. “Kita akan jual buah pisang dan juga daunnya, diharapkan bisa menjadi sumber pengasilan asli buat desa,” ujarnya.
Selain itu juga membantu warga masyarakat menyediakan kebutuhan akan pisang. Karena saat upacara pisang cukup langka dan harga melambung tinggi.
“Akibatnya warga kesulitan membeli pisang yang berkwalitas,” ujarnya.
Dengan demplot ini maka desa bisa menyediakan kebutuhan akan buah pisang untuk kepentingan warga.
Sekalipun kecil, kata dia, gagasan ini sebagai upaya dari Desa Amerta Bhuana untuk terus berkreasi menggali sumber PAD. Tidak hanya pasrah dengan menunggu uluran tangan pemerintah belaka. Namun tetap berupaya menggali potensi yang ada.
Selama ini program Desa memang banyak disubsisi pemerintah. Karena kalau tidak maka program tersebut bisa mandek.
Desa di Bali rata-rata PAD-nya bisa berkisar antara Rp 5 miliar per tahunya. Ini didapat dari usaha desa seperti pariwisata, simpan pinjam, pengelolaan sampah, swalayan desa, perta shop, pasar desa dan kuliner desa. Sebelumnya Desa Amerta Bhuana juga sempat melakukan gebrakan dengan memproduksi gula semut. Gula ini menggunakan bahan baku gula merah yang didapat dari tuak aren. Tuak ini juga banyak ditekuni petani sekitar desa.