GIANYAR – Nama tape atau jajanan dari singkong khas Lodtunduh, Ubud, Gianyar sempat tren pada zamannya. Sayang, perajin tape Lodtunduh kini hanya bisa dihitung dengan jari. Pihak Desa Lodtunduh pun berencana kembali menggeliatkan jajanan khas Lodtunduh yang mulai jarang di pasaran itu.
Perbekel Lodtunduh, I Wayan Gunawan, mengaku perajin tape khas Lodtunduh sudah sangat terbatas. “Hampir punah. Padahal, cirinya, rasanya beda dengan tape daerah lain,” ujar Gunawan.
Dia menjelaskan, dari tanaman singkongnya saja, berbeda dengan daerah lainnya. “Sesuai kualitas singkong di Lodtunduh. Tanah agak berpasir. Dari unsur tanah, cita rasa khas singkong ada khas (Banjar, Red) Silungan,” terangnya.
Belum lagi, kata dia, proses pembuatan tape singkong Lodtunduh ini dibuat dengan cara tradisional. “Sekarang Bisa dihitung jari. Ini mau kami geliatkan. Jangan sampai kuliner bersejarah hilang,” pintanya.
Diakui, keberadaan tape ini sudah ada dari dulu. “Setelah terbentuknya desa adat. Turun temurun,” ungkapnya.
Lantaran pembuatan tradisional, pemasarannya pun masih sistem titip di warung dan pasar umum. “Pasarannya ke warung dan pasar umum. Sukawati, Singapadu Kaler. Paling jauh Pasar Mambal (Kabupaten Badung),” ungkapnya.
Dari segi kemasan, tape singkong Lodtunduh masih dikemas dengan daun pisang. “Ke pasar oleh-oleh belum. Terkait kemasan, kemasan daun pisang, nanti kami sudah coba kemasan,” jelasnya.
Menurutnya, tape singkong ini mulai langka lantaran perkembangan wisata. “Banyak lahan (tanam, red) jadi vila,” jelasnya.
Justru, untuk mendukung vila, masyarakat Lodtunduh kini banyak beralih jualan ikatan ilalang. Tumbuhan itu untuk atap vila. “Sekarang usaha ikatan. Enggan tanam singkong. Lebih baik tanam ilalang,” pungkasnya.