DENPASAR – Belum ada tanda-tanda kasus positif Covid-19 di Bali menurun. Penambahan kasus positif justru masih konsisten di angka ratusan per harinya, meski berjalan seiring dengan kasus yang sembuh.
Seperti Rabu (30/9) ada tambahan kasus positif sebanyak 133 orang dan yang sembuh ada 116 orang dan meninggal dunia sebanyak 4 orang.
Melihat kasus yang belum masuk ke fase menurun ini, radarbali.id pun mencari data terkait jumlah test PCR yang dilakukan oleh petugas. Data ini dipegang oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Hasilnya, data yang diberikan adalah rekapan jumlah spesimen PCR Covid-19 hingga 27 September 2020 ini. Rata-rata jumlah spesimen PCR yang diperiksa di Bali ada ratusan. Total sudah ada 95.190 spesimen yang diperiksa dari 95.532 spesimen yang masuk dari 25 Maret 2020 sampai 27 September 2020.
Dan khusus untuk September, dari tanggal 1 sampai 27, hanya ada 18.180 spesimen. Maka, rata-rata per hari hanya mencapai 673 spesimen.
Data ini penting untuk mengetahui berapa orang yang sudah diperiksa untuk mencari orang positif di Bali agar dapat segera disembuhkan dan dikarantina agar kasus positif kembali menjadi nol di Bali. Hal ini juga sesuai dengan permintaan para ahli.
Namun sayangnya, data spesimen tersebut tak bisa menjadi tolak ukur yang tepat untuk memperlihatkan keseriusan pemerintah provinsi Bali. Mengapa? Ahli Epidemiologi dari Universitas Udayana, I Made Ady Wirawan, data yang dibutuhkan untuk menghitung dalam epidemiologi adalah bukan jumlah spesimen, melainkan jumlah orang yang ditest PCR.
“Kalau jumlah spesimen susah diartikan, karena dari 1 pasien bisa lebih dari 1 spesimen. Yang bisa dibaca adalah jumlah orang yang dites PCR,” ujarnya pada Rabu (30/9).
Secara ideal, untuk mempercepat kasus ini menjadi nol, maka harus dilakukan pencarian orang yang positif secara massif. Pola yang dianjurka WHO adalah 1:1000 penduduk per pekan. “Ini standar minimal,” ujarnya.
Dengan standar minimal 1:1000, artinya kalau penduduk Bali 4 juta jiwa maka perlu ada 4.000 orang yang dites per pekan, bukan 4000 spesimen. Maka, per harinya sekitar 571 orang per hari yang dites PCR. “Kalau bisa lebih dari itu lebih bagus lagi,” harapnya.
Artinya, data spesimen PCR tak bisa menjadi tolok ukur? “Data spesimen secara epidemiology tidak menggambarkan kapasitas testing,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, data yang disebutkan Pemprov Bali saat ini hanya jumlah spesimen diperiksa per hari. Padahal, spesimen per hari itu sudah memasukkan data pasien yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19. Misalnya, ada pasien dirawat karena Covid-19. Kemudian dia dites lagi setelah beberapa hari untuk mendiagnosis apakah masih ada Covid-19 di dalam tubuhnya atau sudah negatif. Ini disebut spesimen pengulangan.
Dalam perhitungan Pemprov Bali, spesimen pengulangan itu dimasukkan dalam spesimen yang diperiksa per hari. Artinya dicampur dengan orang yang baru dites, misalnya karena hasil tracing. Akibatnya, data yang disediakan itu tidak murni jumlah tes PCR orang per hari.