DENPASAR – Legenda sepakbola Bali Ida Bagus Mahayasa angkat bicara dengan ditundanya Liga 1 hingga bulan November mendatang.
Apalagi ada kemungkinan Liga 1 2020 dihentikan total jika pandemic Covid-19 tak kunjung berakhir di Indonesia.
“Mungkin orang (yang mengurus Liga Indonesia) “pintar-pintar” dibanding dengan dulu,” ucap Ida Bagus Mahayasa kepada Jawa Pos Radar Bali.
Bahasa satir ini keluar dari Mahayasa karena pelaksanaan Liga 1 dari tahun ketahun sangat carut marut.
Liga dagelan. Begitu banyak orang mengatakannya.
Liga dengan penuh ketidakpastian yang terjadi tiap tahun. Bahkan, banyak orang mengatakan setiap tahun sudah ada “arisan” untuk menentukan siapa yang layak menjadi juara.
Karena itu, ketika Liga 1 tidak mendapatkan izin keramaian dari Kapolri Jenderal Idham Aziz padahal kick off kurang dari lima hari lagi, berbagai pihak menanyakan apa alasan logisnya.
Kasus Covid-19 yang masih melambung di Indonesia menjadi alasan pihak kepolisian untuk tidak memberikan izin keramaian, dianggap menjadi alasan semu dan tidak logis.
Pasalnya, protokol kesehatan baku sudah diberikan kepada 18 kontestan Liga 1. PCR test pun dilakukan sebanyak 11 kali selama kompetisi termasuk juga rapid test.
Suporter juga tidak diperbolehkan untuk datang ke stadion tapi tetap saja tidak ada izin keramaian. Tapi Pilkada serentak pada 9 Desember mendatang tetap jalan terus.
Istilah zaman sekarang itu, los gak rewel. “Kalau untuk disangkutpautkan dengan politik, saya no comment. Bukan kapasitas saya berbicara seperti ini,” ujarnya.
Bagi mantan pemain Gelora Dewata tersebut, lebih mudah menjalankan kompetisi di era Liga Dunhill, Liga Kansas, Galatama, bahkan sampai ISL dibanding dengan Liga 1.
“Dulu, semua elemen untuk masalah jadwal sudah satu suara. Sekarang mungkin saja ada pro – kontra masalah jadwal atau hal lain yang bersifat non teknis sehingga banyak masukan-masukan dari berbagai pihak,” ungkapnya.
Dia juga tidak sepenuhnya mempermasalahkan pihak kepolisian. Sebab apa yang dilakukan pihak kepolisian sudah tepat ditengah pagebluk COvid-19 yang belum melandai.
Tapi, disatu sisi klub yang sangat merugi, terutama kerugian materi karena beberapa hari sebelum pertandingan, klub sudah datang ke Jogjakarta seperti PSM Makassar, Persiraja, dan Barito Putera.
Barito bahkan sudah satu bulan berada di Kota Gudeg. Persipura Jayapura juga sudah berada di Malang, Jawa Timur.
“Disaat situasi seperti ini, keputusan kepolisian ada benarnya. Tapi, disatu sisi klub merugi. Mereka sudah latihan segala macam, dana juga banyak keluar,” terangnya.
“Apakah sebelumnya tidak ada komunikasi antara PSSI, operator Liga 1 (PT LIB) dengan Kapolri? Pertanyaan selanjutnya, siapa sebenarnya yang membatalkan ini?
Apakah ada oknum dibalik penundaan ini atau tidak? Seharusnya jauh sebelum kompetisi digelar, sudah ada pembicaraan dari pihak-pihak terkait,” tambah Mahayasa.
Sebagai seorang mantan pesepak bola dan mantan Pelatih Timnas Sepak Bola Pantai, dia hanya bisa memberikan saran kepada
pihak-pihak terkait dalam hal ini PSSI, PT LIB, dan pihak kepolisian untuk segera bertemu membahas kelanjutan Liga 1 pekan ini.
Jika ditunda terus, ada kemungkinan Liga 1 benar-benar dibatalkan karena mepetnya waktu pelaksanaan.
Baginya, sepak bola dan olahraga lainnya adalah hiburan masyarakat ditengah pagebluk Covid-19.
“Secara tidak langsung menonton pertandingan dari layar kaca bisa meningkatkan imunitas. Kasihan juga pemain sudah lama
tidak ada kompetisi. Saya yakin suporter tidak ada yang bandel untuk datang ke stadion karena regulasi yang ketat,” bebernya.
“Suporter sudah bisa menyaksikan klubnya bermain dari TV saja sudah cukup senang. Masa liga negara-negara tetangga dan
negara-negara lain di Asia dan Eropa sudah berjalan, tapi disini masih sibuk memikirkan masalah-masalah lain?” tutupnya.