25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:37 AM WIB

Tahan Air, Pasar Terbuka, Buleleng Siapkan 25 Ha Lahan Jagung Sorgum

SINGARAJA – Jagung sorgum mulai diperkenalkan kembali di Buleleng. Padahal, selama ini tanaman pangan ini sudah ditinggalkan oleh para petani.

Jagung sorgum adalah salah satu ciri khas tanaman pangan Buleleng. Mengingat dalam lambang Kabupaten Buleleng Singaraja Ambaraja memegang hasil tanaman pangan jagung sorgum.

Tanaman pangan jagung sorgum diperkenalkan kepada petani di Subak Anyar Tegallinggah Tempek Dangin Margi, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Karena subak tersebut menjadi lokasi demplot penanaman awal jagung sorgum yang kemudian hasilnya akan dikembangkan

menjadi benih bibit jagung sorgum untuk ditanaman kembali di seluruh lahan pertanian yang ada di kecamatan di Buleleng.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengaku, ada beberapa alasan pihaknya kembali melakukan budidaya dan memperkenalkan tanaman pangan jagung sorgum kepada petani.

Selain sisi historis, kondisi lahan pertanian di Buleleng yang minim pasokan air, sangat cocok untuk budidaya sorgum.

“Jadi, ciri khas tanaman pangan sorgum di Buleleng sudah lama ada. Dan kita sebenarnya sangat berpotensi mengembalikan kejayaan tanaman pangan ini.

Agar nantinya tidak hanya Desa Tegallinggah saja yang mengembangkan mungkin kedepan bisa di tanam di seluruh kecamatan di Buleleng,” ungkap Sumiarta.  

Untuk pengembangan jagung sorgum, Dinas Pertanian sudah menyiapkan lahan sekitar 25 hektare yang rencana ditanam pada bulan November mendatang.

Karena hasil panen jagung Sorgum di Subak Anyar Tegallinggah Tempek Dangin Margi, Desa Tegallinggah seluas 1 hektar baru sebatas pengembangan benih dasar.

Benih dasar ini yang kemudian disebar dan ditanam di daerah Buleleng barat, yakni di Kecamatan Gerokgak. Selain itu rencananya juga akan di tanam di Kecamatan Kubutambahan.

“25 hektare luas lahan untuk budidaya jagung sorgum kami rasa masih kurang karena begitu luas lahan pertanian di Buleleng,” ujarnya

Saat ini, untuk benih bibit dasar jagung sorgum baru ditanam di dua lokasi di Desa Tegallinggah dan Desa Sambangan dengan hasil produksi 1 hektare lahan sekitar 3 ton.

“Kami berharap mulai dikenalkan tanaman pangan jagung sorgum kepada para petani. Mudah-mudah diikuti oleh petani lainnya. Kemudian Buleleng menjadi pusat sorgum atau jagung gembal,” tandas Sumiarta.

Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunarta menjelaskan, jagung sorgum sebenarnya salah satu tanaman alternatif selain tanaman pangan padi.

Pengembangan jagung sorgum sebagai tanaman alternatif sehat bisa dikembangkan di lahan kondisi kering dengan sedikit air. Apalagi lahan persawahan yang terbatas lebih lagi masa pandemi covid-19 saat ini.

Ada beberapa keunggulan dari jagung sorgum dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain kandungan gula sedikit, juga dapat diolah menjadi berbagai bahan makanan lainnya.

Bahkan, menjadi tepung. “Yang menarik lagi biaya operasionalnya lebih sedikit dikeluarkan petani. Mulai dari pupuk, bibit dan lebih hemat air (irigasi),” ucapnya.

Sedangkan dari sisi pemasaran jagung sorgum terbuka untuk pasar wilayah NTT dan daerah lainnya di Indonesia.

Karena selama ini wilayah NTT dan Sulawesi menjadi satu daerah dengan ciri khas makanan pangan mereka: jagung sorgum.

Disisi lain, Gede Sukrada, petani Subak Anyar Tegallinggah Tempek Dangin Margi, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada mengaku menanam jagung sorgum sejak bulan Juni lalu.

Dari luas 1 hektar lahan yang ditanam jagung sorgum total menghabis biaya operasional pengolahan lahan sekitar Rp 5 juta.

Sementara kalau menanam padi menghabiskan biaya sekitar Rp 6 juta lebih. Selain itu saat pengolahan tak banyak memerlukan air.

Dan, sangat tepat dengan kondisi lahan di desanya. “Karena ini baru demplot hanya untuk bibit sorgum awal, kami kembangkan lagi,” pungkasnya.

SINGARAJA – Jagung sorgum mulai diperkenalkan kembali di Buleleng. Padahal, selama ini tanaman pangan ini sudah ditinggalkan oleh para petani.

Jagung sorgum adalah salah satu ciri khas tanaman pangan Buleleng. Mengingat dalam lambang Kabupaten Buleleng Singaraja Ambaraja memegang hasil tanaman pangan jagung sorgum.

Tanaman pangan jagung sorgum diperkenalkan kepada petani di Subak Anyar Tegallinggah Tempek Dangin Margi, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Karena subak tersebut menjadi lokasi demplot penanaman awal jagung sorgum yang kemudian hasilnya akan dikembangkan

menjadi benih bibit jagung sorgum untuk ditanaman kembali di seluruh lahan pertanian yang ada di kecamatan di Buleleng.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengaku, ada beberapa alasan pihaknya kembali melakukan budidaya dan memperkenalkan tanaman pangan jagung sorgum kepada petani.

Selain sisi historis, kondisi lahan pertanian di Buleleng yang minim pasokan air, sangat cocok untuk budidaya sorgum.

“Jadi, ciri khas tanaman pangan sorgum di Buleleng sudah lama ada. Dan kita sebenarnya sangat berpotensi mengembalikan kejayaan tanaman pangan ini.

Agar nantinya tidak hanya Desa Tegallinggah saja yang mengembangkan mungkin kedepan bisa di tanam di seluruh kecamatan di Buleleng,” ungkap Sumiarta.  

Untuk pengembangan jagung sorgum, Dinas Pertanian sudah menyiapkan lahan sekitar 25 hektare yang rencana ditanam pada bulan November mendatang.

Karena hasil panen jagung Sorgum di Subak Anyar Tegallinggah Tempek Dangin Margi, Desa Tegallinggah seluas 1 hektar baru sebatas pengembangan benih dasar.

Benih dasar ini yang kemudian disebar dan ditanam di daerah Buleleng barat, yakni di Kecamatan Gerokgak. Selain itu rencananya juga akan di tanam di Kecamatan Kubutambahan.

“25 hektare luas lahan untuk budidaya jagung sorgum kami rasa masih kurang karena begitu luas lahan pertanian di Buleleng,” ujarnya

Saat ini, untuk benih bibit dasar jagung sorgum baru ditanam di dua lokasi di Desa Tegallinggah dan Desa Sambangan dengan hasil produksi 1 hektare lahan sekitar 3 ton.

“Kami berharap mulai dikenalkan tanaman pangan jagung sorgum kepada para petani. Mudah-mudah diikuti oleh petani lainnya. Kemudian Buleleng menjadi pusat sorgum atau jagung gembal,” tandas Sumiarta.

Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunarta menjelaskan, jagung sorgum sebenarnya salah satu tanaman alternatif selain tanaman pangan padi.

Pengembangan jagung sorgum sebagai tanaman alternatif sehat bisa dikembangkan di lahan kondisi kering dengan sedikit air. Apalagi lahan persawahan yang terbatas lebih lagi masa pandemi covid-19 saat ini.

Ada beberapa keunggulan dari jagung sorgum dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain kandungan gula sedikit, juga dapat diolah menjadi berbagai bahan makanan lainnya.

Bahkan, menjadi tepung. “Yang menarik lagi biaya operasionalnya lebih sedikit dikeluarkan petani. Mulai dari pupuk, bibit dan lebih hemat air (irigasi),” ucapnya.

Sedangkan dari sisi pemasaran jagung sorgum terbuka untuk pasar wilayah NTT dan daerah lainnya di Indonesia.

Karena selama ini wilayah NTT dan Sulawesi menjadi satu daerah dengan ciri khas makanan pangan mereka: jagung sorgum.

Disisi lain, Gede Sukrada, petani Subak Anyar Tegallinggah Tempek Dangin Margi, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada mengaku menanam jagung sorgum sejak bulan Juni lalu.

Dari luas 1 hektar lahan yang ditanam jagung sorgum total menghabis biaya operasional pengolahan lahan sekitar Rp 5 juta.

Sementara kalau menanam padi menghabiskan biaya sekitar Rp 6 juta lebih. Selain itu saat pengolahan tak banyak memerlukan air.

Dan, sangat tepat dengan kondisi lahan di desanya. “Karena ini baru demplot hanya untuk bibit sorgum awal, kami kembangkan lagi,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/