Sejenis tupai tapi hidupnya layak kanguru. Itulah Sugar Glider, satwa imut yang kini banyak dikoleksi warga Kota Denpasar. Bukan semata hobi, tapi juga bisa jadi lahan bisnis yang menggiurkan. Kok bisa?
NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar
SUGAR GLIDER, namanya. Lucu nan mengemaskan. Hewan sekilas tupai ini kini jadi primadona penggemar satwa di Kota Denpasar untuk dipelihara.
Untuk merawatnya bak merawat bayi. Yang membedakan dengan tupai, hewai ini memiliki selaput di antara kakinya yang membuatnya bisa meloncat .
Memelihara binatang lucu ini tak terlalu sulit. Hanya perlu rajin untuk memberinya makan, yakni bubur bayi dan buah yang dipotong kecil-kecil.
Setiap tiga minggu sekali, kukunya mesti dipotong dan dimandikan seminggu sekali. “Kalau masih kecil bisa dilap pakai tissue basah,” kata salah satu kolektor Sugar Glider, Dewangga Ibnu Hafrizal.
Menurutnya, jenis yang paling diminati kolektor yakni classic grey. Jenis ini cocok untuk pemula karena kuat dan harganya paling terjangkau.
“Kalau di alam liar hewan ini hidup di hutan Papua dan Australia. Dia bisa meloncat sampai belasan meter,” kata Dewangga Ibnu Hafrizal saat ditemui di kediamannya di Perumahan Dinas TNI AD Yang Batu, Denpasar.
Hewan ini pun termasuk hewan nokturnal dan memiliki kantung layaknya kanguru tempat anaknya yang kecil untuk berlindung.
Yang menarik, ternyata di Bali pencinta hewan ini lumayan banyak. Bahkan, kini sudah ada komunitasnya.
Selain dipelihara sebagai hobi, Sugar Glider juga bisa menjadi lahan bisnis baru. Dewangga mulai memelihara Sugar Glider ini sejak tahun 2017 bermula dari hobi.
Sejak 2018 dirinya bersama sang istri mulai menjual anakan. Sampai saat ini dirinya telah memelihara 20 pasang Sugar Glider
“Awalnya hobi, karena banyak punya anak dan banyak yang nanya juga, jadi saya jual,” kata Dewangga lagi.
Untuk harganya bervariasi tergantung jenisnya. Seperti classic grey harganya Rp 600 ribu. Sedangkan untuk mozaik tergantung tingkat kemozaikannya dengan kisaran harga di atas Rp 1.8 juta hingga Rp 3 juta lebih.
“Saya pernah jual yang mozaik sampai Rp 3.6 juta, tapi dia obesitas dan lucu memang,” kata staf di Kodam IX Udayana ini.
Di sela-sela kesibukannya bertugas, dia selalu menyempatkan membagi waktunya untuk menjalani hobi sekaligus menjadikannya lahan bisnis.(*)