33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:23 PM WIB

Datangi Rumah Pasien Hingga ke Pelosok, Bayar Seikhlasnya Tanpa Tarif

Berawal dari dari kepedulian terhadap penderita penyakit diabetes. Itulah yang membuat I Made Aditiasthana tergerak membangun komunitas sosial yang dia beri nama Ganesha Care.

Komunitas inilah yang bergerak tanpa memandang imbalan untuk memberikan perawatan bagi penderita kencing manis di pelosok desa di Buleleng.

 

 

JULIADI, Sukasada

PANDEMI Covid-19 tak membuat aktivitas komunitas sosial bernama Ganesha Care terhenti. Kendati Covid-19 masih terjadi penularan secara massif,

I Made Aditiasthana, 31, bersama kawan-kawan masih tetap semangat memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga Buleleng yang menderita penyakit kencing manis (diabetes).

“Tidak harus saya turun datangi warga setiap hari ke rumah mereka. Ada juga yang datang ke rumah perawatan kami Ganesha Care

di Jalan Pratu Mas Nomor. 7 Sangket Sukasada, Buleleng,” kata pria yang disapa Aditya saat ditemui belum lama ini di rumahnya.

Alumni keperawatan Universitas Udayana Denpasar ini mengaku, banyak faktor sebenarnya dirinya tertarik mengobati pasien penderita luka kencing manis dengan mendirikan Ganesha Care pada tahun 2013 lalu.

Selain karena klop dengan jurusan kesehatan, Aditya melihat kondisi warga. Dimana sebagian besar penderita kencing manis di Buleleng adalah warga kurang mampu.

“Tak hanya itu fenomena penyakit kencing manis ibarat gunung es. Penyakitnya tidak berat, namun mampu membuat penderita kehilangan salah satu bagian tubuhnya.

Seperti kaki diamputasi, lantaran penyakit luka kencing manis yang sudah menyebar dan memicu munculnya borok,” ungkapnya.

Aditya juga menyebut penderita kencing manis bukan hanya menyerang usai mereka yang lansia. Melainkan juga usia produktif.

Di Buleleng penderita penyakit kencing manis sangat ironi. Di wilayah perkotaan, misalnya. Penderita penyakit kencing manis lebih banyak dibandingkan dengan di wilayah pedesaan bagian barat maupun timur.

Penderita kencing manis di pedesaan dengan kondisi luka cukup parah dan belum mendapat penanganan perawatan bertahun-tahun, cukup banyak.

Aditya mengaku awalnya pengobatan luka kencing manis dilakukan rumah perawatan Ganesha Care.

Namun, karena banyaknya pasien kurang mampu dan karena jarak, akhirnya pihaknya harus mengalah dengan mendatangi rumah-rumah pasien penderita kencing manis.

“Ya, mau tidak mau terpaksa kami harus jemput bola. Kesehatan memang tak boleh ditawar. Harus dilakukan secara sosial dan tanpa modal dan imbalan.

Bahkan, karena kondisi dari pasien tidak mampu kami dibayar pelayanan tanpa tarif. Kalau mau bayar seikhlasnya. Kalau tidak juga tak apa-apa,” ungkapnya.

Perawatan luka kencing manis beda perawatan luka akibat kecelakaan. Begitu pula dengan obat tidak bisa dibandingkan dengan perawatan kesehatan milik pemerintah.

Untuk perawatan luka kencing manis, dia menggunakan metode dressing. Disamping itu menggunakan obat herbal lainnya. Seperti daun sirih.

Pasien kencing manis dilakukan perawatan jalan. Dalam sebulan pasien bisa pihaknya kunjungi selama 3 kali.

Pasien datang dari wilayah Desa Pemuteran, Tinga-tinga, Gerokgak dan Kubutambahan dan berbagai wilayah kecamatan di Buleleng.

“Total sejak kami bergerak dalam perawatan luka kencing manis sudah 375 pasien saya obati. Bahkan harus ada pasien yang diamputasi kakinya karena penyakit kencing manis,” terangnya.

Penyakit diabetes saat ini paling banyak bukan karena faktor keturunan. Melainkan karena faktor pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup.

Selama ini pembiayaan terhadap pasien luka kencing manis masih mengandalkan sumbangan dari para donatur. Disamping ada pula pasien yang membayar secara ikhlas.

“Harapan kami yang bergerak dalam kesehatan tidak hanya mampu merawat pasien dengan luka diabetes. Tapi, juga mengedukasi masyarakat agar mulai dengan pola hidup sehat,” pungkasnya. (*)

Berawal dari dari kepedulian terhadap penderita penyakit diabetes. Itulah yang membuat I Made Aditiasthana tergerak membangun komunitas sosial yang dia beri nama Ganesha Care.

Komunitas inilah yang bergerak tanpa memandang imbalan untuk memberikan perawatan bagi penderita kencing manis di pelosok desa di Buleleng.

 

 

JULIADI, Sukasada

PANDEMI Covid-19 tak membuat aktivitas komunitas sosial bernama Ganesha Care terhenti. Kendati Covid-19 masih terjadi penularan secara massif,

I Made Aditiasthana, 31, bersama kawan-kawan masih tetap semangat memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga Buleleng yang menderita penyakit kencing manis (diabetes).

“Tidak harus saya turun datangi warga setiap hari ke rumah mereka. Ada juga yang datang ke rumah perawatan kami Ganesha Care

di Jalan Pratu Mas Nomor. 7 Sangket Sukasada, Buleleng,” kata pria yang disapa Aditya saat ditemui belum lama ini di rumahnya.

Alumni keperawatan Universitas Udayana Denpasar ini mengaku, banyak faktor sebenarnya dirinya tertarik mengobati pasien penderita luka kencing manis dengan mendirikan Ganesha Care pada tahun 2013 lalu.

Selain karena klop dengan jurusan kesehatan, Aditya melihat kondisi warga. Dimana sebagian besar penderita kencing manis di Buleleng adalah warga kurang mampu.

“Tak hanya itu fenomena penyakit kencing manis ibarat gunung es. Penyakitnya tidak berat, namun mampu membuat penderita kehilangan salah satu bagian tubuhnya.

Seperti kaki diamputasi, lantaran penyakit luka kencing manis yang sudah menyebar dan memicu munculnya borok,” ungkapnya.

Aditya juga menyebut penderita kencing manis bukan hanya menyerang usai mereka yang lansia. Melainkan juga usia produktif.

Di Buleleng penderita penyakit kencing manis sangat ironi. Di wilayah perkotaan, misalnya. Penderita penyakit kencing manis lebih banyak dibandingkan dengan di wilayah pedesaan bagian barat maupun timur.

Penderita kencing manis di pedesaan dengan kondisi luka cukup parah dan belum mendapat penanganan perawatan bertahun-tahun, cukup banyak.

Aditya mengaku awalnya pengobatan luka kencing manis dilakukan rumah perawatan Ganesha Care.

Namun, karena banyaknya pasien kurang mampu dan karena jarak, akhirnya pihaknya harus mengalah dengan mendatangi rumah-rumah pasien penderita kencing manis.

“Ya, mau tidak mau terpaksa kami harus jemput bola. Kesehatan memang tak boleh ditawar. Harus dilakukan secara sosial dan tanpa modal dan imbalan.

Bahkan, karena kondisi dari pasien tidak mampu kami dibayar pelayanan tanpa tarif. Kalau mau bayar seikhlasnya. Kalau tidak juga tak apa-apa,” ungkapnya.

Perawatan luka kencing manis beda perawatan luka akibat kecelakaan. Begitu pula dengan obat tidak bisa dibandingkan dengan perawatan kesehatan milik pemerintah.

Untuk perawatan luka kencing manis, dia menggunakan metode dressing. Disamping itu menggunakan obat herbal lainnya. Seperti daun sirih.

Pasien kencing manis dilakukan perawatan jalan. Dalam sebulan pasien bisa pihaknya kunjungi selama 3 kali.

Pasien datang dari wilayah Desa Pemuteran, Tinga-tinga, Gerokgak dan Kubutambahan dan berbagai wilayah kecamatan di Buleleng.

“Total sejak kami bergerak dalam perawatan luka kencing manis sudah 375 pasien saya obati. Bahkan harus ada pasien yang diamputasi kakinya karena penyakit kencing manis,” terangnya.

Penyakit diabetes saat ini paling banyak bukan karena faktor keturunan. Melainkan karena faktor pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup.

Selama ini pembiayaan terhadap pasien luka kencing manis masih mengandalkan sumbangan dari para donatur. Disamping ada pula pasien yang membayar secara ikhlas.

“Harapan kami yang bergerak dalam kesehatan tidak hanya mampu merawat pasien dengan luka diabetes. Tapi, juga mengedukasi masyarakat agar mulai dengan pola hidup sehat,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/