Merintis usaha kedai atau café kopi dikala pandemi memang tak mudah. Apalagi baru memulai membuka usaha kedai kopi.
Di Kota Singaraja bisnis kedai kopi memang sudah menjamur sebelum masa pandemi dan sudah terjadi persaingan.
Namun, itu tak menjadi kendala. Justru menjadi tantangan bagi Agus Samijaya, salah seorang advokat kawakan yang membuka bisnis kopi saat ekonomi masyarakat terpuruk.
JULIDADI, Singaraja
PANDEMI Covid-19 membuat usaha warung kopi lesu. Sejak muncul Covid-19 sangat sedikit warung kopi ramai pengunjung, bahkan tutup.
Padahal, sebelum adanya pandemi, warung kopi mungkin menjadi sasaran bagi kaum muda hingga pekerja untuk bersantai ataupun berkumpul sekedar melepas penat dari rutinitas.
Namun, yang perlu dicatat pandemi bukan menjadi halangan dalam memulai usaha. Mungkin ini yang ada dibenak Agus Samijaya saat mulai membuka usaha kedai kopi bernama Asa Coffee & Resto di Jalan Ngurah Rai Singaraja.
Saat menentukan untuk membuka usaha kopi, lelaki 50 tahun ini melihat kopi kini sudah menjadi trend dan gaya hidup yang meningkat. Khususnya dikalangan anak muda dan para pekerja.
Bahkan, semakin bersemangat kala mengetahui tantangan bisnis kopi kedai atau café kopi cukup ketat dengan menjamurnya kompetitor kedai kopi di Singaraja.
“Saya sebetulnya ingin menerobos stigma di masa pandemi ini orang takut membuat usaha atau membuat sesuatu yang baru. Kemudian lebih baik berdiam diri atau stagnan.
Tapi, saya ingin mencoba menjadi influencer mempengaruhi publik khusus kalangan entrepreneur disamping pekerjaan saya sebagai advokat.
Jangan takut untuk berinovasi dan kreasi didalam situasi pandemi,” ujar pria yang akrab disapa Agus Samijaya ini saat ditemui di usaha café kopi miliknya.
Menurutnya, sebagai pendatang baru membuka usaha memang menjadi tantangan tersendiri. Lebih-lebih dikala pandemi dengan kondisi ekonomi masyarakat masih lesu.
Salah satu kunci membuka memulai usaha ditengah pandemi agar awet adalah membuka layanan melalui akses digital.
“Bisnis kopi kekinian agar dapat dijangkau langsung oleh pembeli mengadopsi sistem digital. Jadi usaha cafe kopi yang saya buka, pembeli bisa membeli secara online, tanpa harus datang,” ujarnya.
Selain itu yang menyajikan menu varian kopi yang bisa menjadi pilihan pembeli. Misal, kopi susu dengan gula aren dan olah kopi lainnya.
Dan, tak kalah lagi menyajikan makanan khas daerah yang cocok untuk kantong-kantong anak muda.
Agus menyebut dia memilih Buleleng sebagai ekspansi usaha café kopi miliknya kedua setelah Denpasar. Karena kondisi Buleleng yang sangat dinamis. Disamping itu kurangnya tempat tongkrongan anak muda milenial. Tetapi tongkrongan dengan harga murah yang bisa dijangkau.
“Yang lebih penting café kopi ini menjadi satu wadah saring informasi dan berdiskusi dalam segala hal. Sekaligus edukasi bagi semua masyarakat Buleleng,” ungkapnya.
Agus memulai bisnis café kopi karena ingin mengajarkan dan melatih anak-anak muda Buleleng menjadi seorang barista dan mendidik mereka menjadi entrepreneur.
Sekaligus berkontribusi di Buleleng, karena saat pandemi banyak pekerja yang di PHK. “Nah, kami merekrut mereka. Saat ini ada sekitar 15 orang pekerja warga Buleleng yang terserap sebagai pekerja,” pungkasnya. (*)