DENPASAR – Produk UMKM Bali berupa kopi liqueur siap masuk pasar nasional Indonesia. Produk ini merupakan kombinasi antara kopi Bali dan arak Bali yang sudah dikenal selama ini.
Perpaduan dua produk kearifan lokal Bali ini diharapkan bisa mengisi ceruk pasar yang selama ini dikuasai oleh produk impor. Sekaligus menjadi inovasi baru untuk mengangkat kembali potensi ekonomi Bali yang amat terpukul oleh pandemi Covid-19.
Kerja sama pengembangan produksi dan pemasaran kopi liqueur asli Bali tersebut ditandatangani di kantor PT. Sarana Bali Ventura (SBV) Denpasar, Kamis, (29/10). Kerja sama tersebut melibatkan PT. Sarana Bali Ventura yang menggandeng perusahaan bisnis inkubasi UMKM, PT. Lumina Kaya Indonesia (Kaya.id) yang akan fokus pada kegiatan pemasaran dan promosi produk UMKM binaan SBV ini.
Sementara UMKM yang terlibat dalam produksi kopi liqueur khas Bali ini adalah CV. Parta Jaya yang selama ini memproduksi arak bali di Kabupaten Karangasem dan Koperasi Sumber Mertha Buana, produsen kopi arabica dan robusta yang berbasis di Plaga, Badung.
Kerja sama tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama SBV I Made Gunawirawan, Direktur Kaya.id Junita Kartikasari, Direktur CV. Parta Jaya Wayan Suantara dan Ketua Koperasi Sumber Mertha Buana Wayan Terima. Hadir pula pada acara tersebut, Komisaris SBV Muhammad Sidik Heruwibowo dan Komisaris Kaya.id Richard Sam Bera.
I Made Gunawirawan menjelaskan dengan skema kerja sama tersebut, SBV bertanggungjawab pada pengembangan produk yang digarap oleh UMKM binaannya. Sementara KAYA.id fokus pada promosi, pemasaran dan pengembangan Brand Kopi Liqueur.
“Kami memiliki mimpi besar mengangkat usaha arak dan kopi yang selama inı terpinggirkan agar bisa naik kelas. Kami ingin mengubah paradigma arak bali dan kopi bali yang masıh menjadi tamu di negeri sendiri, menjadi tuan rumah,” ungkap Gunawirawan.
Sedangkan Nita Kartikasari menyatakan produk kopi liqueur Bali ini adalah sebuah terobosan baru dengan memadukan dua produk asli Bali, yaitu kopi dan arak Balı.
“Kami yakin kopi liqueur ini akan menjangkau pasar yang lebih besar, baik di Bali maupun d Indonesia. Selama ini Bali memiliki tradisi meminum kopi, arak, ataupun perpaduan keduanya. Produk perpaduan keunggulan kopi dan arak bali tersebut akan menjadi kopi liqueur kami yakini akan menarik di pasaran,” ujar Sang Direktur Kaya.id.
Di sisi lain, Wayan Suantara menyatakan bahwa percobaan produk baru ini sudah dilakukan sejak awal Oktober 2020 dan telah menghasilkan berbagai varian.
“Kami siap dengan fasilitas produksi kami yang sanggup mendestilasi sampai 600 liter per hari, dan siap pua untuk ditingkatkan seiring kebutuhan pasar jika diperlukan,” ujarnya.
Sementara Wayan Terima pun menyambut baik kerja sama ini karena produk kopi liqueur bias menjadi potensi pasar yang baru bagi para petani kopi bali di bawah naungan koperasinya.
“Area petani yang bernaung di kami mencapai 120 hektar dengan produksi tahunan bisa mencapai 200 ton kopi arabica maupun robusta. Jadi pasokan kopi aman. Berapa pun dibutuhkan kami siap. Jika kerja sama ini bisa dimaksimalkan, ujung-ujungnya akan sangat membantu para petani kopi,” ujarnya.
Pasar produk kopi liqueur saat ini masih dikuasai oleh produk-produk merek impor, tanpa ada saingan produk nasional. Fakta ini yang dinilai oleh SBV dan Kaya.id masih memiliki potensi bagi merk nasional untuk berkembang, melalui produk UMKM ini.
Saat ini potensi pasar untuk produk kopi liqueur ada di 2,2 juta jiwa masyarakat Indonesia yang bernilai Rp 720 miliar per tahun. Kerja sama di tahun pertama ini baru akan menyasar kepada sekitar 10% dari potensi pasar tersebut atau di nilai Rp 72 miliar.
SBV dan Kaya.id juga sadar bahwa saat ini sedang terjadi kelesuan di pasar akibat dari pandemi Covid-19. Akan tetapi, baik SBV dan Kaya.id juga berkeyakinan bahwa saat ini justru menjadi momentum terbaik untuk masuk ke pasar dan bersiap diri untuk pasar yang diperkirakan pulih di tahun 2021.
Produk kopi liqueur diharapkan akan siap dipasarkan di akhir tahun 2020.