29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:09 AM WIB

Sungai Jorok Tempat Penampungan Sampah di Ubud Disulap Jadi Tracking

Pandemi covid-19, rupanya, membawa hikmah tersendiri. Aliran sungai Emas yang berada di Banjar Tengah, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, yang tadinya

merupakan tempat penampungan sampah dan kotoran cair, sejak dua bulan lalu, saat puncak Covid melanda, warga gotong royong membersihkan sungai. Hasilnya, sungai itu disulap jadi tracking.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TANGAN terampil warga Banjar Tengah di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud menyulap gang di wilayah Banjar Tengah dengan ukiran menarik, patut diapresiasi.

Betapa tidak, aliran sungai Emas yang berada di bawah jembatan dulunya sangat kumuh. “Macam-macam sampah semua menumpuk di sini.

Segala macam plastik. Bahkan, ada warga yang buang limbah ke sungai itu,” ujar Pokja Banjar Tengah, I Wayan Dwita.

Dwita mengenang, awalnya memang sudah lama terbersit untuk menyulap aliran sungai sepanjang 1,4 kilometer itu.

“Karena dulu tidak sempat. Banyak kesibukan mencari duit. Akhirnya, pandemi ini bisa dibilang ada hikmahnya,” ujarnya.

Ketika banyak warga yang berdiam diri di rumah, tidak ada kegiatan apa-apa, akhirnya timbul niat membersihkan sungai ini.

“Sejak dua bulan lalu, kami mulai dengan angkat sampah plastiknya. Kalau sampah daun biarkan saja kan alami itu,” terangnya.

Kemudian, bantuan dari pemerintah digunakan membuat jalan di tepi sungai. Sebagai masyarakat seni, sungai yang dijadikan tracking tidak sekadar tempat jalan-jalan.

Sungai yang banyak terdapat Kura-kura hijau, kemudian ditata apik. Pekerja membuat kolam kura-kura.

“Kura-kura ini jadi ikon. Kami buatkan kolam. Di kolam ini sudah terkumpul 8 kura-kura. Kalau sudah besar atau keluar kolam, kami biarkan, karena memang habitat dia di sini,” jelasnya.

Disamping itu, warga juga membuat patung kura-kura berukuran cukup besar. Selain itu, tebing dari paras juga dipahat, berukir.

Meski belum 100 persen rampung, namun sudah banyak anak-anak bermain ke sungai. “Kalau dulu anak-anak main HP. Sekarang mereka main ke sungai sejak dibangunkan jalan,” jelasnya.

Penggagas penataan sungai, I Wayan Sudiarta, menyatakan dulu para orang tua menggunakan sungai itu untuk mandi.

“Orang tua kami dulu, memiliki banyak kenangan di sini. Sehingga ada niat untuk menata sungai ini kembali,” jelasnya.

Ke depannya, bisa saja kawasan itu jadi ikon wisata baru. “Kalau ada orang lain memanfaatkan tempat ini juga untuk rekreasi juga dipersilakan.

Ataupun inovasi lanjutan jadi sumber pendapatan (pariwisata, red) itu bukan hal tidak mungkin,” papar seniman lukisan itu.

Kata dia, yang terpenting dari penataan sungai ini, untuk menyadarkan masyarakat tentang sampah.

“Warga sudah sadar tidak ada sampah lagi masuk sini. Sampah baru maksudnya. Kadang ada juga warga luar usil biasanya cari waktu malam, dibungkus sampahnya langsung lempar dari jembatan,” pungkasnya. (*)

Pandemi covid-19, rupanya, membawa hikmah tersendiri. Aliran sungai Emas yang berada di Banjar Tengah, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, yang tadinya

merupakan tempat penampungan sampah dan kotoran cair, sejak dua bulan lalu, saat puncak Covid melanda, warga gotong royong membersihkan sungai. Hasilnya, sungai itu disulap jadi tracking.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TANGAN terampil warga Banjar Tengah di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud menyulap gang di wilayah Banjar Tengah dengan ukiran menarik, patut diapresiasi.

Betapa tidak, aliran sungai Emas yang berada di bawah jembatan dulunya sangat kumuh. “Macam-macam sampah semua menumpuk di sini.

Segala macam plastik. Bahkan, ada warga yang buang limbah ke sungai itu,” ujar Pokja Banjar Tengah, I Wayan Dwita.

Dwita mengenang, awalnya memang sudah lama terbersit untuk menyulap aliran sungai sepanjang 1,4 kilometer itu.

“Karena dulu tidak sempat. Banyak kesibukan mencari duit. Akhirnya, pandemi ini bisa dibilang ada hikmahnya,” ujarnya.

Ketika banyak warga yang berdiam diri di rumah, tidak ada kegiatan apa-apa, akhirnya timbul niat membersihkan sungai ini.

“Sejak dua bulan lalu, kami mulai dengan angkat sampah plastiknya. Kalau sampah daun biarkan saja kan alami itu,” terangnya.

Kemudian, bantuan dari pemerintah digunakan membuat jalan di tepi sungai. Sebagai masyarakat seni, sungai yang dijadikan tracking tidak sekadar tempat jalan-jalan.

Sungai yang banyak terdapat Kura-kura hijau, kemudian ditata apik. Pekerja membuat kolam kura-kura.

“Kura-kura ini jadi ikon. Kami buatkan kolam. Di kolam ini sudah terkumpul 8 kura-kura. Kalau sudah besar atau keluar kolam, kami biarkan, karena memang habitat dia di sini,” jelasnya.

Disamping itu, warga juga membuat patung kura-kura berukuran cukup besar. Selain itu, tebing dari paras juga dipahat, berukir.

Meski belum 100 persen rampung, namun sudah banyak anak-anak bermain ke sungai. “Kalau dulu anak-anak main HP. Sekarang mereka main ke sungai sejak dibangunkan jalan,” jelasnya.

Penggagas penataan sungai, I Wayan Sudiarta, menyatakan dulu para orang tua menggunakan sungai itu untuk mandi.

“Orang tua kami dulu, memiliki banyak kenangan di sini. Sehingga ada niat untuk menata sungai ini kembali,” jelasnya.

Ke depannya, bisa saja kawasan itu jadi ikon wisata baru. “Kalau ada orang lain memanfaatkan tempat ini juga untuk rekreasi juga dipersilakan.

Ataupun inovasi lanjutan jadi sumber pendapatan (pariwisata, red) itu bukan hal tidak mungkin,” papar seniman lukisan itu.

Kata dia, yang terpenting dari penataan sungai ini, untuk menyadarkan masyarakat tentang sampah.

“Warga sudah sadar tidak ada sampah lagi masuk sini. Sampah baru maksudnya. Kadang ada juga warga luar usil biasanya cari waktu malam, dibungkus sampahnya langsung lempar dari jembatan,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/