RadarBali.com – Ratusan warga dari Desa Ban, Kecamatan Kubu, memilih pulang kampung. Kondisi kegempaan yang semakin turun, membuat warga tak lagi khawatir tidur di kampung.
Mereka lebih nyaman mempersiapkan hari raya Galungan di kampung. Selama ini warga dari Desa Ban, memang memiliki keyakinan tersendiri pada kondisi Gunung Agung.
Warga menilai apabila gunung sebatas menghembuskan asap putih, belum termasuk bahaya. Namun bila menghembuskan asap hitam, itu artinya warga harus segera mengungsi.
Meski kini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah memasang alat canggih untuk memantau kondisi Gunung Agung, warga lebih percaya dengan metode tradisional.
Jelang Hari Raya Galungan, warga pun memilih kembali ke kampung halaman. Selain itu, kondisi kegempaan juga sudah jauh menurun. Sehingga warga berani pulang ke kampung halaman.
“Selama ini yang membuat takut itu kan gempanya pak. Karena gempanya itu keras dan sering, makanya kami takut. Kalau malam tidak bisa tidur. Lebih baik mengungsi,” kata Nengah Kerti, salah seorang warga Banjar Dinas Darmaji, Desa Ban.
Kerti mengaku sempat pulang-pergi dari pengungsian, karena ternak peliharaannya ada di rumah. Sementara anak dan istrinya tinggal di pengungsian.
Belakangan setelah kondisi gempa menurun, ia pun memboyong kembali keluarganya ke rumah. Sudah hampir dua pekan ia tinggal di rumahnya.
“Kalau sekarang sudah lebih jarang ada gempa. Seminggu lalu sempat keras. Sekarang kan sudah agak stabil, makanya saya berani di rumah. Kalau masih ada gempa keras begitu, yatakut,” imbuhnya.
Dengan berada di kampung halaman, kini Nengah Kerti mengaku lebih nyaman mempersiapkan Hari Raya Galungan. Apalagi hari raya kini tinggal menghitung hari.