GIANYAR – Keberadaan bank sampah yang dibangun warga Banjar Mas, Desa Sayan, Kecamatan Ubud sejak Maret 2019 lalu sedikit membantu masyarakat di tengah pandemi saat ini.
Bank sampah ini, selain bisa untuk menabung uang, juga bisa menukar sampah plastik dengan beras.
Kelihan Dinas Banjar Mas I Made Dwi Prayoga mengakui bank sampah yang berlangsung tahun lalu rupanya dirasakan saat pandemi ini.
“Selain membuat lingkungan menjadi bersih, juga beban masyarakat yang memerlukan beras juga dapat dibantu dengan program ini,” ujar Made Dwi Prayoga.
Kata dia, program tukar sampah plastik dapat beras ini merupakan edukasi kepada warga yang paling ampuh.
Salah satunya mengedukasi untuk menjaga lingkungan supaya bersih dari sampah, terutama sampah plastik.
Kemudian mengedukasi pengelolaan sampah yang mana seharusnya bisa diolah dan mana harus langsung dibuang.
“Kepada masyarakat ini sangat membantu dalam proses kesadaran akan lingkungan sekitar supaya menjadi bersih dari sampah,” jelasnya.
Selain itu juga dapat mengedukasi warga untuk pengolahan sampah dari masing-masing rumah tangga.
“Sehingga akan ada pengurangan timbunan sampah plastik yang terbuang di sungai maupun telajakan desa,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Bank Sampah Luwu Mas, Ni Ketut Maskar Denawangi, menyatakan bank sampah di Banjar Mas sudah ada sebelum covid melanda.
“Ini sebenarnya kegiatan kami lakukan sebelum pandemi yang terlaksana setiap bulan. Karena situasi pandemi, makanya sekarang ada dua kegiatan. Yaitu bank sampah dan tukar sampah plastik dapat beras,” ujarnya.
Maskar menambahkan, lewat bank sampah ini, masyarakat cukup datang ke balai banjar sambil membawa sampah berupa plastik maupun sampah yang dapat didaur ulang. Kemudian hasilnya ditabung.
Sedangkan bagi warga yang memerlukan beras, sampah yang dibawa langsung ditukar dengan beras. Bekerjasama dengan para donatur yang ada di banjar setempat, pihaknya menyediakan beras sekitar 289 kilogram.
“Kami bekersajama dengan para donatur yang ada di desa ini untuk tukar sampah dapat berasnya yang sudah berjalan selama empat kali. Sedangkan bank sampah sudah tujuh kali,” jelasnya.
Sedangkan, untuk tabungan sampah, masyarakat sudah punya tabungan, meski jumlahnya tidak besar.
“Rata-rata tabungannya di bawah Rp 100 ribu. Tapi ada yang paling besar sampai Rp 80 ribu. Karena yang mereka tabung adalah sampah plastik, sehingga ringan saat ditimbang,” pungkasnya.