25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:00 AM WIB

Gunung Agung Awas, Seniman Ikut Terkena Dampak

RadarBali.com – Tidak hanya dirasakan warga Karangasem, dampak kondisi Gunung Agung saat ini juga dirasakan oleh seniman lukis dan patung Klungkung, Made Sukanta Wahyu.

Menurut Sukanta Wahyu saat ditemui di galerinya di Banjar Sengkiding, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, kemarin, wisatawan yang datang untuk sekadar melihat hasil karyanya saat ini cukup jarang.

Padahal biasanya, per harinya setidaknya 5-10 orang wisatawan yang didominasi wisatawan asal Eropa akan berkeliling di galerinya untuk melihat dan kemudian membeli hasil karyanya.

“Biasanya pemandu wisata yang ajak wisatawannya ke sini sebelum atau pun sesudah ke Gunung Agung,” ungkap Sukanta Wahyu.

Meski jumlah wisatawan yang berkunjung ke galerinya saat ini cukup jarang setelah Gunung Agung berstatus awas, namun, menurutnya, tidak terlalu signifikan mempengaruhi penjualannya.

Karena beberapa tahun belakangan ini, diungkapkannya, kualitas wisatawan yang berkunjung ke galerinya memang hanya untuk melihat-lihat dan jarang untuk membeli.

Bahkan, tidak jarang dirinya memberi patung secara cuma-cuma kepada wisatawan karena wisatawan tersebut tertarik dengan karya seninya namun tidak memiliki uang

“Sekarang kecenderungannya wisatawan menggunakan uangnya untuk berbelanja makanan. Hanya beberapa saja yang membeli karya seni.

Apalagi karya seni saya ini bentuknya cukup besar sehingga biaya untuk membawa ke negara asal wisatawan cukup besar,” terang seniman yang kelahiran tahun 1939 itu.

Walau begitu, dia mengaku tetap berkarya membuat patung yang terbuat dari batang pohon jepun besar yang kini harus didatangkan dari wilayah Jawa karena di Bali sudah sangat langka.

Adapun gaji pensiunannya sebagai seorang guru merupakan salah satu sumber penghasilan yang digunakannya untuk dapat terus berkarya.

“Antara pohon jepun dari Bali dan Jawa, bentuk dan bagusnya sama saja. Hanya saja taksu atau rasa saat mengerjakannya yang agak berbeda.

Mungkin karena ada unsur-unsur kedekatan saat membuat karya seni dari pohon jepun yang didatangkan dari Bali,” katanya.

Lebih lanjur dia berharap, agar kondisi ini cepat pulih. Sebab diungkapkannya banyak seniman akhirnya beralih profesi karena harus mencari biaya hidup

RadarBali.com – Tidak hanya dirasakan warga Karangasem, dampak kondisi Gunung Agung saat ini juga dirasakan oleh seniman lukis dan patung Klungkung, Made Sukanta Wahyu.

Menurut Sukanta Wahyu saat ditemui di galerinya di Banjar Sengkiding, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, kemarin, wisatawan yang datang untuk sekadar melihat hasil karyanya saat ini cukup jarang.

Padahal biasanya, per harinya setidaknya 5-10 orang wisatawan yang didominasi wisatawan asal Eropa akan berkeliling di galerinya untuk melihat dan kemudian membeli hasil karyanya.

“Biasanya pemandu wisata yang ajak wisatawannya ke sini sebelum atau pun sesudah ke Gunung Agung,” ungkap Sukanta Wahyu.

Meski jumlah wisatawan yang berkunjung ke galerinya saat ini cukup jarang setelah Gunung Agung berstatus awas, namun, menurutnya, tidak terlalu signifikan mempengaruhi penjualannya.

Karena beberapa tahun belakangan ini, diungkapkannya, kualitas wisatawan yang berkunjung ke galerinya memang hanya untuk melihat-lihat dan jarang untuk membeli.

Bahkan, tidak jarang dirinya memberi patung secara cuma-cuma kepada wisatawan karena wisatawan tersebut tertarik dengan karya seninya namun tidak memiliki uang

“Sekarang kecenderungannya wisatawan menggunakan uangnya untuk berbelanja makanan. Hanya beberapa saja yang membeli karya seni.

Apalagi karya seni saya ini bentuknya cukup besar sehingga biaya untuk membawa ke negara asal wisatawan cukup besar,” terang seniman yang kelahiran tahun 1939 itu.

Walau begitu, dia mengaku tetap berkarya membuat patung yang terbuat dari batang pohon jepun besar yang kini harus didatangkan dari wilayah Jawa karena di Bali sudah sangat langka.

Adapun gaji pensiunannya sebagai seorang guru merupakan salah satu sumber penghasilan yang digunakannya untuk dapat terus berkarya.

“Antara pohon jepun dari Bali dan Jawa, bentuk dan bagusnya sama saja. Hanya saja taksu atau rasa saat mengerjakannya yang agak berbeda.

Mungkin karena ada unsur-unsur kedekatan saat membuat karya seni dari pohon jepun yang didatangkan dari Bali,” katanya.

Lebih lanjur dia berharap, agar kondisi ini cepat pulih. Sebab diungkapkannya banyak seniman akhirnya beralih profesi karena harus mencari biaya hidup

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/