29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:32 AM WIB

Hanya 1 Persen, Harap Hotel Berbintang Terima Menu Masakan Bali

RadarBali.com – Masakan khas Bali ternyata belum menjadi tuan rumah di Pulau Dewata. Hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar sementara hanya menyertakan 1 persen masakan lokal dalam menu atau daftar makanan yang ditawarkan.

Kabag Perekonomian Pemkot Denpasar I Made Suryawan menyebut, fakta tersebut harus segera ditangani.

Dirinya menyebut minimal dalam menu masakan hotel berbintang tertera 10 persen masakan khas Bali. “10 persen minimal,” tandasnya ditemui langsung dalam acara Balinese Rijsttafel Cooking Competition di Inna Bali Hotel Jalan Veteran No. 2 Denpasar kemarin.

Membangkitkan produk lokal ke ajang internasional dipilih sebagai tema kegiatan yang diselenggarakan oleh Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kota Denpasar tersebut.

“Intinya membangkitkan kuliner tradisional ke ajang internasional. Tujuannya memperkenalkan masakan Bali agar diterima di hotel berbintang,” ucap Saryawan sembari menyebut para peserta merupakan chef atau koki hotel berbintang dimaksud.

 Ditanyai apakah selama ini masakan khas Bali tidak diterima, Saryawan menjawab kurang diterima karena tidak sesuai dengan lidah orang asing.

“Yang sudah masuk betutu, lawar. Mungkin rasanya harus disesuaikan dengan lidah orang asing. Bagaimana pun kuliner merupakan unsur penunjang pariwisata,” ungkapnya.

Saryawan menyebut tantangan para chef profesional adalah menyesuaikan rasa masakan Bali dengan lidah orang asing.

President Indonesian Chef Association (ICA), Henry Alexie Bloem yang hadir sebagai dewan juri mengaku rasa masakan para peserta belum nendang.

“Mereka harus berlatih lagi membuat base genep. Bumbu lengkap khas Bali. Belajarnya ya sama kakek nenek di rumah,” ucap chef Bloem.

Pria berpenampilan nyentrik dan mengaku menemukan rasa khas masakan Bali di pasar-pasar tradisional tersebut menyentil chef-chef muda saat ini yang melupakan bumbu khas daerahnya masing-masing.

“Baru-baru ini saya didatangi para mahasiswa dari Yogya yang ingin belajar masakan western. Saya bilang ke mereka harus berkuah-kuah dulu belajar bagaimana bikin gudeg yang enak,” ungkapnya.

Ditanyai tentang fakta bahwa masakan Bali tidak sesuai dengan lidah orang asing, chef Bloem menjawab datar. “Pasti tidak akan masuk ke lidah orang asing,” ucapnya.

Apakah harus disesuaikan dengan lidah mereka? Chef Bloem menjawab tegas, tidak. “Rasa tidak boleh diubah. Cara memasak, cara menyajikan, silakan. Rasa tidak,” ungkapnya.

Dijelaskan bahwa sebagai dewan juri dirinya mencari masakan dengan cita rasa asli Bali. “Yang harus pedas ya pedas. Masuk ke hotel. 

Kita nggak boleh mengubah rasa. Itu pikiran yang salah,” tegasnya. Bloem menyebut para turis harus mengetahui atau mendapatkan rasa masakan Bali yang otentik.

RadarBali.com – Masakan khas Bali ternyata belum menjadi tuan rumah di Pulau Dewata. Hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar sementara hanya menyertakan 1 persen masakan lokal dalam menu atau daftar makanan yang ditawarkan.

Kabag Perekonomian Pemkot Denpasar I Made Suryawan menyebut, fakta tersebut harus segera ditangani.

Dirinya menyebut minimal dalam menu masakan hotel berbintang tertera 10 persen masakan khas Bali. “10 persen minimal,” tandasnya ditemui langsung dalam acara Balinese Rijsttafel Cooking Competition di Inna Bali Hotel Jalan Veteran No. 2 Denpasar kemarin.

Membangkitkan produk lokal ke ajang internasional dipilih sebagai tema kegiatan yang diselenggarakan oleh Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kota Denpasar tersebut.

“Intinya membangkitkan kuliner tradisional ke ajang internasional. Tujuannya memperkenalkan masakan Bali agar diterima di hotel berbintang,” ucap Saryawan sembari menyebut para peserta merupakan chef atau koki hotel berbintang dimaksud.

 Ditanyai apakah selama ini masakan khas Bali tidak diterima, Saryawan menjawab kurang diterima karena tidak sesuai dengan lidah orang asing.

“Yang sudah masuk betutu, lawar. Mungkin rasanya harus disesuaikan dengan lidah orang asing. Bagaimana pun kuliner merupakan unsur penunjang pariwisata,” ungkapnya.

Saryawan menyebut tantangan para chef profesional adalah menyesuaikan rasa masakan Bali dengan lidah orang asing.

President Indonesian Chef Association (ICA), Henry Alexie Bloem yang hadir sebagai dewan juri mengaku rasa masakan para peserta belum nendang.

“Mereka harus berlatih lagi membuat base genep. Bumbu lengkap khas Bali. Belajarnya ya sama kakek nenek di rumah,” ucap chef Bloem.

Pria berpenampilan nyentrik dan mengaku menemukan rasa khas masakan Bali di pasar-pasar tradisional tersebut menyentil chef-chef muda saat ini yang melupakan bumbu khas daerahnya masing-masing.

“Baru-baru ini saya didatangi para mahasiswa dari Yogya yang ingin belajar masakan western. Saya bilang ke mereka harus berkuah-kuah dulu belajar bagaimana bikin gudeg yang enak,” ungkapnya.

Ditanyai tentang fakta bahwa masakan Bali tidak sesuai dengan lidah orang asing, chef Bloem menjawab datar. “Pasti tidak akan masuk ke lidah orang asing,” ucapnya.

Apakah harus disesuaikan dengan lidah mereka? Chef Bloem menjawab tegas, tidak. “Rasa tidak boleh diubah. Cara memasak, cara menyajikan, silakan. Rasa tidak,” ungkapnya.

Dijelaskan bahwa sebagai dewan juri dirinya mencari masakan dengan cita rasa asli Bali. “Yang harus pedas ya pedas. Masuk ke hotel. 

Kita nggak boleh mengubah rasa. Itu pikiran yang salah,” tegasnya. Bloem menyebut para turis harus mengetahui atau mendapatkan rasa masakan Bali yang otentik.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/